ISLAM DAN KEPEDULIAN SOSIAL
A. Pengertian
Islam
Islam berasal dari bahasa arab salima
yang artinya “selamat, sentosa, dan damai”. Kemudian salima diubah menjadi aslama
yang mengandung arti “berserah diri masuk dalam kedamaia”.[1]
Selain pendapat diatas ada sumber lain yang mengatakan bahwa Islam berasal dari
bahasa arab kata salima dibentuk
menjadi aslamna yang artinya
“memelihara dari keadaan selamat sentausa, dan berarti pula menyerahkan diri,
tunduk, patuh, dan taat”.
Islam juga dapat dipahami dalam surah Al-Baqarah ayat 202.
Yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman ,masuklah
kamu kedalam islam secara keseluruhanya, dan janganlah kamu turuti
langkah-langkah syaiton, sesungguhnya syaiton itu adalah musuh yang nyata bagi
mu”.[2]
Jika di teliti kandungan ayat tersebut menjelaskan bahwa kita diperintah Allah
untuk masuk agama islam dan menjauhi syaitan, sebab syaitan adalah musuh yang
nyata bagi manusia.[3]
Secara istilah pengertian islam menurut Harun Nasution adalah Agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui nabi Muhammad SAW,
sebagai Rasul.
B.
Pengertian Sosial
Social
berasal dari kata socius yang artinya
teman atau kawan, Dalam ruang lingkup sosial terdapat masyarakat. Masyarakat
adalah penduduk yang menempati suatu wilayah tertentu. Bangsa Ialah sejumlah
orang-orang yang bersama-sama berkemauan untuk bersatu dalam satu susunan
kenegaraan, karena didorong oleh bermacam-macam sebab yang sama, persamaan
senasib, seperjuangan, persamaan sejarah, dll.
C.
Hubungan islam terhadap kepedulian social
Hubungan islam terhdap kepedulian sosial itu sangat erat, karena Ajaran Islam
pada dasarnya ditunjukan untuk kesejahteraan manusia, termasuk dalam bidang
sosial Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak
dan kesabaran, kesetiakawaan, egaliter (kesamaan drajat), tentang rasa dan
kebersamaan. Dalam islam juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berbagi
kepada orang yang membutuhkan. Misalnya dalam islam mengajarkan kepada kita
untuk sedekah, infaq, zakat, dan lain-lain.
Kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan kita
untuk membantu orang lain. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar
dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita. Lingkungan yang di maksud
disini adalah keluarga, teman, dan lingkungan. Kepedulian
sosial juga bias di maksut fitrah manusia. Kepedulian sosial sangat beragam ada
yang berupa memberikan bantuan uang makanan dan
pakaian, tenaga relawan, obat- obatan, dan masih banyak lagi bentuk
kepedulian sosial.[4]
Contoh kepedulian sosial pada masa Rosulullah SAW.
Pada saat itu ada rombongan bangsawan yang baru masuk islam datang ke masjid
nabi, pada saat itu Nabi sedang berada dekat dengan para budak. Bangsawan itu
mencibir dan menunjukan keberaniannya, mereka berkata kepada nabi ”Kami minta dibuatkan majlis khusus untuk
kami”. Mereka berkata “orang-orang
arab akan mengenal kemuliaan kita para utusan dari berbagai kabilah arab akan
datang menemuimu”. Mereka (kabilah arab) berkata bahwa mereka malu melihat
bangsawan duduk dengan budak-budak ini.
“Jika urusan kami selesai anda (nabi) bolehlah duduk bersama mereka sesuka anda
(nabi”). Para kabilah arab tidak suka kalau nabi duduk berdampingan dengan
orang miskin. Mereka meminta kepada nabi untuk membuatkan suatu majlis yang
khusus bagi para bangsawan. Allah tidak suka terhadap kaum yang seperti itu,
kemdian turunlah malaikat jibril menyampaikan wahyu Allah yaitu Surah al-An’an [6] ayat 52.[5]
Yang artinya :
“Dan janganlah kamu mengusir
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang
mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun
terhadap perbuatan mereka. Begitu pula mereka tidak memikul tanggung jawab
sedikitpun terhadap perbuatanmu,yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka,
sehingga kamu termasukorang-orang yang zalim.”[6]
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa Allah tidak suka terhadap orang-orang
yang suka mengucilkan, mencibir orang karena status yang dimiliki. Sebab Allah
tidak pernah mengajarkan sikap seperti itu, dan orang-orang yang suka
mengucilkan, mencibir, termasuk orang-orang yang zalim.
Allah menegaskan lagi dalam Surat al-Balad [90] ayat 10 -18.
Yang artinya :
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi MAKAN pada hari kelaparan (kepada) anak YATIM yang ada hubungan kerabat, atau orang MISKIN yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih saying Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa ada dua jalan yang bisa kita pakai
dalam memanfaatkan harta kita. Al-Qur’an menyarankan kita untuk mengambil jalan
yang sukar dan mendaki, yaitu memerdekakan budak atau memberi makan pada anak
yatim atau orang miskin. Allah tidak menjelaskan tentang jalan yang mudah,
melainkan memberi contoh jalan yang sukar.
Mengapa
disebut jalan yang sukar? karena kebanyakan manusia enggan atau merasa berat
atau merasa sukar untuk melakukannya. Bila kita mampu mengalahkan rasa berat
dan rasa sukar pada diri kita dalam beramal, maka Allah menjanjikan kita
termasuk golongan yang kanan; ahli surga. Bukalah cermin hati kita sekali lagi.
Apakah kita merasa sukar untuk beramal pada orang miskin dan anak yatim? Hanya
cermin hati yang teramat dalam yang mampu menjawabnya dengan jujur.
Allah berfirman dalam Surat al-Ma’arij [70] ayat 19-25
“Sesungguhnya manusia diciptakan
bersifat keluh kesah lagi KIKIR, Apabila ia ditimpakesusahan ia berkeluh kesah,
dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecualiorang-orang yang
mengerjakan SHALAT, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,dan orang-orang
yang dalam HARTAnya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yangmeminta
dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”[7]
Secara tegas Allah menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu telah
menjadi sifat bawaan manusia sejak ia diciptakan. Allah melukiskan sifat
manusia dengan sangat baik. Bagi saya pribadi, ayat di atas telah menelanjangi
sifat kita. Bukankah kalau kita tidak memiliki harta kita sering berkeluh
kesah, sebaliknya, kalau memiliki banyak harta kita cenderung untuk kikir. Lalu
bagaimana caranya agar sifat bawaan (keluh kesah & kikir) kita tersebut
tidak menjelma atau dapat kita padamkan.
Allah menyebutkan, paling tidak, dua jalan. Pertama, mengerjakan
sembahyang secara kontinu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki
terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin. Dua resep ini insya Allah akan
mampu memadamkan sifat keluh kesah dan sifat kikir yang kita miliki, untuk
tetap peduli terhadap sesama.
D.
Analisis
Dari
penjelasan di atas dapat kami analisis, bahwa kepedulian social itu sangat
penting, karena kita hidup di dunia ini selain makhluk individu juga makhluk
sosial, yang artinya makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan
bantuan orang lain.
Ada kalanya di saat orang lain kesusahan, dan kesulitan, kita sebagai insan
Secara istilah yang beragama, rasa kepedulian sosial itu harus ditanamkan. Baik
di dalam keluarga, dalam kehidupan bertetangga, bermasyarakat dan bernegara
agar tercapai perdamaian yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa peduli terhadap sesama, untuk saling
tolong menolong terhadap saudaranya yang kekurangan.
E.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
Secara istilah pengertian islam
menurut Harun Nasution adalah Agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan
kepada manusia melalaui nabi Muhammad SAW sebagai rosul.
Social berasal dari kata socius yang artinya teman atau kawan. Dalam ruang
lingkup sosial terdapat suatu masyarakat.
Kepedulian
sosial adalah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain.
Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat
kepedulian sosial kita. Lingkungan yang di maksud disini adalah keluarga,
teman, dan lingkungan.
Hubungan islam terhadap kepedulian sosial itu sangat erat, karena Ajaran islam
pada dasarnya ditujukan untuk kesejah teraan manusia, termasuk dalam bidang
social islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak
dan kesabaran, kesetiakawaan, egaliter (kesamaan drajat), tentang rasa dan
kebersamaan.
Dalam islam juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berbagi kepada orang
yang membutuhkan. Misalnya dalam islam mengajarkan kepada kita untuk sedekah,
infaq, zakat, dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Quran Dan Terjemahnya. 1999. Semarang : CV.Wicaksana
http://www.pkpu.or.id/zakat.php
diakses 19 Desember 2011
Nata, Abuddin. 1999. metodologi studi islam. Jakarta
: PT.Grafindo Persada.
http://stitattaqwa.blogspot.com/2013/01/islam-dan-kepedulian-sosial.html
Diakses Minggu, 27 Januari 2013 Jam 09.09 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar