27 Desember 2011

Tafsir Al Israa' ayat 26, Tafsir Ali Imran ayat 159, Tafsir Al-Hujarat 13, Tafsir Al-Maidah ayat 2




1. Surah Al-Isra ayat : 26
 
Artinya :
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
A. Tafsirnya Surah Al-Isra ayat : 26
Berikanlah olehmu wahai mukallaf, kepada kasihmu segala haknya, yaitu menghubungi kasih sayang, menjiarahinya dan bergaul baik dengan mereka itu. Jika ia berhajat kepada harta maka, berilah sekedar menutup kebutuhannya.
Demikian pula beri olehmu pertolongan-pertolonganmu dan bantuan-bantuanmu kepada orang miskin dan kepada musafir yang berjalan untuk sesuatu kepentingannya yang dibenarkan agama, agar ia memperoleh maksudnya itu. Dan janganlah kamu memboros-boroskan harta dan jangan kamu mengeluarkan harta-hartamu pada jalan maksiat atau kepada orang yang tidak berhak menerimanya.

B. Asbabun Nuzul
Ayat ke 26 ketika diturunkan oleh Allah SWT, Rasulullah SAW langsung memberikan tanah hasil rampasan perang kepada Fathimah.
(HR. Thabrani dan yang lain dari Abi SA’id Al-Khudri Ibnu Marduwaih meriwayatkan hadits serupa dari Ibnu Abbas)
Keterangan : Menurut pendapat Ibnu Katsir, keterangan asbabun nuzul dalam hadits ini sangat musykil, sulit di pahami,sebab seakan-akan dalam riwayat ini mengisahkan bahwa ayat ini turun di Madinah, padahal kenyataannya turun di Mekkah.

C. Syarah Ayat
Allah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menunaikan kewajiban yaitu memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, maksudnya menyantuni mereka dengan membantu memenuhi kebutuhan pokok yang diperlukan mereka.

D. Hadits yang Berkaitan dengan Surah Al-isra’ ayat 26
Artinya :
“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata jika ada hamba Allah yang berada di waktu pagi, kecuali di waktu Malaikat turun, lalu salah satunya berdoa “Ya Allah berikanlah orang yang mendermakan hartanya pengganti harta-harta itu” sedang lainnya berdoa “Ya Allah berilah orang yang kikir (tidak mau mendermakan harta) itu kehancuran (rusak harta bendanya) (HR. Al-Bukhari).

E. Pelajaran yang Dapat Diambil
Surah Al-Isra’ ayat 26 memerintahkan kewajiban memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan. Ayat tersebut menyuruh agar menyantuni, membantu dan memenuhi kebutuhan pokok mereka, dan ayat tersebut melarang menghambur-hamburkan harta dengan secara boros

F. Kesimpulan
Dalam ayat ini Allah menengatakan memberi pertolongan kepada sesama terutama orang miskin sebagaimasyarakat yang mempunyai jiwa sosial.

2. Surah Ali Imran ayat : 159
 
Artinya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[2]

A. Tafsirnya
Nabi Muhammad SAW berbudi pekerti yang halus, berhati lunak lembut dan penyanyang kepada umatnya.
Oleh sebab itu berduyun-duyun manusia masuk agama Islam yang dibawanya. Pada waktu itu ia tidak lupa bermusyawarah dengan mereka tentang pekerjaan yang bersangkut paut dengan urusan negeri, seperti peperangan. Setelah nabi Muhammad bermusyawarah dengan mereka barulah mengerjakan tugas itu, menyerahkan diri kepada Allah.
Maka agama Islam telah lebih 1000 tahun lamanya menyuruh bermusyawarah dengan orang-orang cerdik (pandai) tentang urusan dalam negeri.

B. Asbabun nuzul
Pada waktu kaum muslimin mendapatkan kemenangan dalam perang badar, banyak orang-orang musyrikin yang menjadi tawanan perang. Untuk menyelesaikan masalah itu Rasulullah saw, mengadakan musyawarah dengan Abu bakar siddiq dan Umar bin khatab. Rasulullah saw meminta pendapat Abu bakar tentang tawanan perang tersebut. Abu bakar memberikan pendapatnya bahwa tawanan perang itu sebaiknya di kembalikan kepada keluarganya dengan membayar tebusan. Hal man sebagai bukti bahwa Islam itu lunak. Kepada Umar bin khatab juga diminta pendapatnya. Dia mengemukakan, bahwa tawanan perang itu dibunub saja. Yang diperintah membunuh adalah keluarganya. Hal mana dimaksudkan agar di belakang hari mereka tidak berani lagi menghina dan mencaci Islam. Sebab bagaimana Islam perlu memperlihatkan kekuatan di mata mereka.
Dari dua pendapat yang bertolak belakang ini Rasulullah saw sangat kesulitan untuk mengambil keputusan. Akhir Allah swt menurunkan ayat ke-159 yang menegaskan agar Rasulullah berbuat lemah lembut. Kalau berkeras hati, mereka tentu tidak akan menarik simpati sehingga mereka akan lari dari agama Islam. Alhasil ayat ini di turunkan sebagai dukungan atas pendapat Abu bakar siddiq. Disisi lain memberi peringatan kepada Umar bin khatab, apabila permusyawarahan pendapat hendaklah diterima dan bertawakal kepada Allah swt. ( H.R. Kalabi dari Abi shalih dari Ibnu abbas ).

C. Syarah
Ayat 159 ini turun sebagai penjelasan untuk berlaku lemah lembut, bersikap tidak kasar dan memaafkan serta memohonkan ampun bagi mereka serta bermusyawarah dengan mereka serta membulatkan tekad lalu bertawakkal.

D. Pelajaran Yang Dapat Diambil
- Q.S. Ali Imran ayat : 159 menjelaskan tentang masyarakat agar berlaku lemah lembut.
- Jangan bersifat keras dan kasar sehingga mereka menjauhkan diri darimu.
- Mudah memaafkan dan memohon ampun untuk mereka.
- Bermusyawarah dengan mereka dalam segala urusan.
- Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal.

E. Kesimpulan
Allah menerangkan bahwa semua manusia adalah dari satu keturunan dari seorang ayat dan seorang Ibu. Karna itu tidaklah pantas seorang saudara menghinakan saudara nya sendiri.
Allah menjadikan mereka berbanga, bersuku, dan menyatu Agar timbul rasa tolong-menolong dan kesempurnaan jiwa. Itulah bahan kelebihan seorang atas yang lainnya.


3. Surah Al-Hujarat Ayat : 13
Artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

A. Tafsirnya
Hai manusia Allah telah menjadikan kamu daripada seorang lelaki dan seorang perempuan, maka bagaimana sebahagian kaum menghinakan kebahagiaan yang lain. Sedang kamu sebenarnya adalah orang-orang yang seketurunan.
Dan kami jadikan kamu bersuku-suku, berbangsa-bangsa supaya kamu saling mengenal, bukan untuk bermusuh-musuhan. Jelasnya Allah menjadikan kami terdiri dari beberapa bangsa dan beberapa warna kulit adalah supaya kamu lebih tertrik kepada saling berkenal-kenalan.

B. Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat di kemukakan bahwa ketika peristiwa penaklukan kota Mekkah maka Bilal naik ke atas Ka’bah untuk mengumandangkan azan, melihat akan hal ini maka ada beberapa orang yang berkata “apakah pantas budak hitam macam dia mengumandangkan azan diatas ka’bah ?. Maka berkatalah yang lainnya : ‘sekiranya Allah membenci orang ini, pasti orang ini menggantinya,” ayat 13 ini turun sebagai penegasan bahwa di dalam islam tidak ada diskliminasi orang yang paling muka adalah dia yang paling takwa. (HR. Abi Hatim dari Ibnu Abi Mulaikah).

C. Syarah
Dalam islam tidak ada perbedaan antara bekas budak dan orang merdeka. (HR. Ibnu Katsir dalam kitab Muhammad (yang ditulis oleh Ibnu Basykual) dari Abu Bakar bin Abi Dawud dalam Tafsirnya).

D. Hadits yang Bersangkutan
Artinya :
“ Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada kemegahan-kemegahan orangtua mu, tidak melihat kepada keturunan-keturunanmu, tidak melihat kepada tubuhmu, tidak melihat kepada hartamu. Akan tetapi Allah melihat kepada hatimu. Barang siapa mempunyai hati yang sholeh pasilah Allah mengasihnya kamu semua hanya anak Adam dan yang paling di kasihi Allah di antara kamu hanyalah yang paling taqwa kepadaNya. (HR. Ath-Thabari).

E. Kandungan Ayat
Allah menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal dan orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Allah lah yang Maha menhetahui lagi Maha mengenal.

F. Kesimpulan
Ayat ini ditujukan kepada umat manusia seluruhnya, tidak hanya kaum muslimin, walaupun dapat di pahami bahwa dalam dunia yang sempurna arti keduanya sama, sebagai mansia, ia diturunkan dari sepasang suami istri, suku, ras dan bangsa. Sehingga dengan itu kita dapat mengenal perbedaan sifat-sifat tertentu dan yang paling mulia ialah yang paling bertaqwa.

2. Al-Maidah ayat : 2 
Artinya :
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

A. Tafsir Ayat
Dan tolong-menolonglah kamu kepada kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong pada dosa dan permusuhan, kebaikan daripada berbuat aniaya setelah di larang menganiaya, diperintahkan untuk melakukan (ﺍﻟﺑﺭ) birr berarti segala kebaikan yang ada kalanya berhubungan perbuatan wajib maupun perbuatan sunnah, sedangkan arti taqwa hanya pekerjaan kebaikan yang wajib saja, sedangkan menurut Mawardi, birr itu berarti keridhoan orang banyak, sedangkan taqwa berarti keridhoan Allah. Dari pengertian tersebut, bertolong-tolonglah kamu yang menyenangkan hati orang banyak dan meridhokan Allah, jika seorang manusia dapat melakukan itu, maka sempurnakanlah kebahagiaannya.

B. Asbabun Nuzul
Pada waktu Rasulullah SAW dan para sahabatnya terhalang melakukan ibadah umrah, ibadah haji tidak di bulan haji di masjidil haram Mekkah, para sahabat meresa kesal dibuatnya. Dalam peristiwa ini terjadi perjanjian Hudaibiyah antara kakum muslimin dan kaum kafir Quraisy. Pada waktu orang-orang yahudi dari tanah Masyrik bermaksud melakukan umrah juga di Baitullah haram, dimana di sana berhala mereka masih ada. Melihat orang-orang Yahudi di ijinkan masuk ke kota Mekkah oleh orang-orang kafir Quraisy. Para sahabat tidak bisa menahan emosinya, kemudian berkata “mari kita cegah saja mereka sebagaimana mereka mencegah sahabat-sahabat kita yang henak melakukan umrah” (HR. Ibnu Abi Hatim dari Zaid bin Aslam).

C. Syarah
Sehubungan dengan itu Allah menurunkan ayat ke 2 sebagai keterangan tentang larangan mengadakan peperangan pada bulan haram dan larangan mengadakan balas dendam.

D. Hadits yang Berkenaan
yang artinya :
Tolonglah saudaramu yang dzalim (menganiaya) atau di aniaya, ditanya Rasulullah, “Ya Rasulullah aku dapat menolongnya jika ia dianiaya dan bagaimana aku akan menolongnya jika ia menganiaya? Jawab Nabi, “Anda cegah dan menahannya dari pada menganiaya, itulah arti menolong padanya. (HR. Ahmad Bukhari).

[1] Mutiara Qur’an dan Hadits H. Abd Aziz Masyhuti Al-Ikhlas, Surabaya, Indonesia. Hlm. 64
[2] Al- Qur’an dan terjemahan Departemen Agama, penerbit Surya Cipta. Aksara Surabaya.

Tafsir An Nissa' ayat 24


TUGAS
PENGERTIAN TARBIYAH DALAM AL-QUR’AN
(Surat Al-Israa’ ayat 24)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Tafsir Pendidikan
Dosen Pengampu: Drs. Sarbini, M.Ag



 






                                                                                                     


         Disusun Oleh:
Nama                  : SRI SUDARSINI
NIM                   : 02.7313
Semester             : V / PAI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
(STAIMUS)
2011



PENGERTIAN TARBIYAH DALAM AL-QUR’AN
(Surat Al-Israa’ ayat 24)

A.    Q.S. Al-Israa’ ayat 24


B.     Terjemah
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
C.    Asbabul Nuzul


D.    Munasabat Al-Qur’an (Kolerasi sengan ayat lain)
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin agar merendahkan diri kepada kedua orang tua, dengan penuh kasih sayang. Yang dimaksud dengan merendahkan diri dalam ayat ini ialah menaati apa yang mereka perintahkan selama perintah itu tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan syarak. Taat anak kepada kedua orang tuanya merupakan tanda kasih sayangnya kepada orang tuanya yang sangat diharapkan, terutama pada saat-saat kedua orang ibu bapak itu sangat memerlukan pertolongannya.

Di akhir ayat Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk mendoakan kedua ibu bapak mereka, agar diberi limpahan kasih sayang Allah sebagai imbalan dari kasih sayang kedua ibu bapak itu dengan mendidik mereka ketika masih kanak-kanak.

Adapun hadis-hadis Nabi yang memerintahkan agar kaum Muslimin berbakti kepada kedua ibu bapaknya adalah sebagai berikut:
Pertama:

أن رجلا جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم يستأذنه في الجهاد فقال : أحي والداك؟ قلت نعم، قال ففيها فجاهد

Artinya:
Sesungguhnya telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw meminta izin kepadanya, agar diperbolehkan ikut berperang bersamanya, lalu Nabi bersabda: "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?". Orang laki-laki itu menjawab: "Ya". Nabi bersabda: "Maka berbaktilah kepada kedua orang tuanmu".

Kedua:
Disebut juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya:

لا يجزي ولد والده إلا أن يجده مملوكا فيشتريه ويعتقه

Artinya:
"Seorang anak belumlah dianggap membalas jasa kedua itu bapaknya, kecuali apabila ia menemukan mereka dalam keadaan menjadi budak, kemudian ia menebus mereka dan memerdekakannya."

Ketiga:
Dalam hadis yang lain, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud ia berkata:

سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم أي العمل أحب إلى رسول الله ؟ قال الصلاة على وقتها قلت ثم أي؟ قال بر الوالدين

Artinya:
Saya bertanya kepada Rasulullah saw: "Amal yang manakah yang paling dicintai Allah dan Rasul Nya?". Rasulullah menjawab: "Melakukan salat pada waktunya". Saya bertanya: "Kemudian amal yang mana lagi?" Rasulullah menjawab: "Berbuat baik kepada kedua ibu bapak." (H.R. Ibnu Mas'ud)

Keempat:
Di dalam ayat yang ditafsirkan di atas tidak diterangkan siapakah yang harus didahulukan mendapat kebaktian antara kedua ibu bapak. Akan tetapi dalam hadis dijelaskan bahwa berbakti kepada ibu didahulukan dari pada berbakti kepada bapak, seperti dariwayatkan dalam sahih Bukhari dan Muslim:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل من أحواج الناس بحسن صحابتي؟ قال أمك. قال ثم من؟ قال أمك، قال ثم من؟ قال أمك قال ثم من؟ قال أبوك

Artinya:
Bahwa Rasulullah saw ditanya: "Siapakah yang paling berhak mendapat pergaulan yang paling baik dari padaku?". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang itu bertanya: "Siapa lagi?". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang itu bertanya lagi: "Siapa lagi". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang itu bertanya lagi: "siapa lagi". Rasulullah menjawab: "Ayahmu". (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kelima:
Kebaktian kepada kedua orang tua, tidaklah dicukupkan pada saat mereka masih hidup, akan tetapi kebaktian itu haruslah diteruskan meskipun kedua ibu bapak itu sudah meninggal dunia, sedang caranya disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah:

روى أحمد عن أنس بن مالك أنه قال: أتى رجل من بني تميم إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله إني ذو مال كثير وذو ولد وحاضرة فأخبرني كيف أنفق وكيف أصنع؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: تخرج الزكاة من مالك إن كان فإنها طهرة تطهرك وتصل أقرباءك وتعرف حق السائل والجار والمسكين. فقال يا رسول الله؟: أقلل لي: فقال فأت ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل ولا تبذر تبذيرا. فقال : حسبي يا رسول الله إذا أديت الزكاة إلى رسولك فقد برئت منها إلى الله ورسوله فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نعم إذا أديتها إلى رسولي فقد برئت منها ولك أجرها وإثمها على من بدل لها


Artinya:
Diriwayatkan dari Imam Ahmad dan Anas bin Malik bahwa ia berkata: "Datang seorang laki-laki dari Bani Tamim kepada Rasulullah saw seraya berkata: "Hai Rasulullah! Saya adalah seorang yang berharta dan banyak keluarga, banyak anak serta banyak tamu yang selalu hadir, maka terangkanlah kepadaku bagaimana saya harus membelanjakan harta, dan bagaimana saya harus berbuat". Maka Rasulullah saw bersabda: "Hendaklah kamu mengeluarkan zakat dari hartamu jika kamu mempunyai harta, karena sesungguhnya zakat itu menyucikan harta dan menyucikan kamu peliharalah silaturahmi dengan kaum kerabatmu, dan hendaklah kamu ketahui hak orang yang meminta pertolongan, hak tetangga dan hak orang miskin. Kemudian lelaki itu berkata: "Hai Rasulullah! Dapatkah engkau mengurangi kewajiban itu kepadaku". Rasulullah saw membacakan:

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا

(Berikanlah kepada karib kerabat haknya, orang miskin dan Ibnu Sabil dan janganlah mubazir).

Sesudah itu lelaki itu berkata: "Cukupkah bagiku hai Rasulullah, apabila aku telah menunaikan zakat kepada amil zakatmu, lalu aku telah bebas dari pada kewajiban zakat yang harus dibayarkan kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu Rasulullah saw bersabda: "Ya, apabila engkau telah membayar zakat itu kepada amilku, engkau telah bebas dari kewajiban itu dan engkau akan menerima pahalanya, dan orang yang menggantikannya dengan yang lain akan berdosa".

Keenam :
Di samping itu diterangkan pula dalam hadis yang lain:


أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل : هل بقي من بر أبوي شيئ أبرهما بعد موتهما؟ قال نعم، حصال أربع: الدعاء والإستغفار لهما والوفاء بعهدهما وإكرام صديقهما وصلة الرحم التي لا رحم لك إلا من قبلهما، فهذا الذي بقي عليك من برهما بعد موتهما

Artinya:
Bahwa Rasulullah saw, ditanya: Masih adakah kebaktian kepada kedua orang tuaku, setelah mereka meninggal dunia?. Rasulullah saw menjawab: "Ya, masih ada empat perkara, mendoakan ibu bapak itu kepada Allah dan memintakan ampun bagi mereka, menunaikan janji mereka, menghormati teman-teman mereka serta menghubungkan tali persaudaraan dengan orang-orang yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan kamu kecuali dari pihak mereka. Maka inilah kebaktian yang masih tinggal yang harus kamu tunaikan, sebagai kebaktian kepada mereka setelah mereka meninggal dunia". (H.R. Ibnu Majah)
.

E.     Pesan Dasar Ayat
Ditegaskan bahwa sikap rendah diri itu haruslah dilakukan dengan penuh kasih sayang, agar tidak sampai terjadi sikap rendah diri yang dibuat-buat, hanya untuk sekadar menutupi celaan orang lain atau untuk menghindari rasa malu pada orang lain, akan tetapi agar sikap merendahkan diri itu betul-betul dilakukan, karena kesadaran yang timbul dari hati nurani.

F.     Analisis Ayat
Rasa rendah diri, adalah perasaan bahwa seseorang lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal. Perasaan demikian dapat muncul sebagai akibat sesuatu yang nyata atau hasil imajinasinya saja. Rasa rendah diri sering terjadi tanpa disadari dan bisa membuat orang yang merasakannya melakukan kompensasi yang berlebihan untuk mengimbanginya, berupa prestasi yang spektakuler, atau perilaku antisosial yang ekstrem, atau keduanya sekaligus.

G.    Referensi
1.      Al – Qur’an dan Terjemah


My New Style

My New Style

My Family

My Family
Miyya Kak Cintha and Family

Prambanan In Action

Prambanan In Action

Kakak Miya

Kakak Miya

PKN STAIMUS 2013

PKN STAIMUS 2013
Mahasiswa PKN dan Peserta Lomba TPQ

PKN 2013 STAIMUS

PKN 2013 STAIMUS


Entri Populer