EVALUASI PENDIDIKAN DALAM AL QUR’AN
A. MENULIS AYAT
Surah Al Fajr 15
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِي (15)
Surah Al Fajr 16
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِي (16)
“ Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: `Tuhanku telah memuliakanku`.(QS. 89:15)”.
“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: `Tuhanku menghinakanku`.(QS. 89:16)”
C.ASBABUN NUZUL
Surah Al Fajr 15
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa apabila Alloh menguji manusia dengan diberi-Nya kenikmatan dan melapangkan rizki kepadanya, maka ia akan menyangka bahwa karunia ini merupakan penghormatan Alloh baginya,kemadan tmbul anggapan dalam hatinya bahwa Alloh bahwa Alloh sama sekali tidak akan menhukumnya,sekalpun ia berbuat sekehendak hatinya. Oleh sebab itu ia melakukan segala perbuatan sekehendak hatinya, oleh sebab itu ia melakukan segala perbuatan yang melewati batas dan menimbulkan kerusakan di muka bumi
Surah Al Fajr 16
Dalam ayat ini Tuhan mengungkapkan, bahwa apabila Alloh menguji dengan menyempitkan rezekinya dan merasa rizkinya, ia mengira bahwa hal itu adalah suatu penghinaan Alloh baginya.
Kedua anggapan manusia di atas adalah anggapan yang salah, sebab semuanya itu merupakan ujian Allah SWT kepada manusia.
Kedua anggapan manusia di atas adalah anggapan yang salah, sebab semuanya itu merupakan ujian Allah SWT kepada manusia.
D. KOLERASI DENGAN AYAT AL QUR’AN YANG LAIN
a. Hubungan surat al fajr dengan surat al balad
Dalam surat Al-Fajr terdapat celaan kepada orang yang amat mencintai harta, yang memakan harta warisan dengan campur aduk dan tidak membantu orang-orang miskin, sedang pada surat Al-Balad dijelaskan penggunaan harta yang terpuji di sisi Allah yaitu memerdekakan hamba sahaya, memberi makan anak yatim dan anak-anak miskin.
b. Hubungan surat al fajr dengan surat-surat lain
Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya, lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata, "Tuhanku telah memuliakanku." Adapun bila Tuhannya mengujinya, lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku." (QS Al Fajr, 89:15-16)
Allah telah menciptakan nikmat yang tidak terhitung jumlahnya di bumi ini. Namun, orang yang tidak menyadari hal ini lupa bahwa hanya atas kehendak Allah dan izin-Nya sajalah mereka dapat membeli makanan dan pakaian mereka. Mereka tidak berterima kasih kepada Allah. Mereka justru terus-menerus bertindak di bawah kendali hawa nafsu. Semua yang mereka pikirkan di saat berbelanja adalah pakaian mana yang akan dikagumi teman-teman mereka. Apa yang memenuhi pikiran mereka seringkali adalah: di mana mereka dapat membeli pakaian dengan model terbaru dan paling menarik dalam hal warna dan mutu yang mereka inginkan. Mereka selalu menaruh perhatian kepada apa yang dimiliki orang lain. Mereka iri akan semua itu. Mereka tidak sanggup hidup tanpa harta benda maupun materi. Mereka sangat menginginkan memiliki kekayaan dan harta benda. Mereka membandingkan apa yang telah mereka terima dengan apa yang diterima oleh orang lain. Mereka menjadi tidak sabar. Mereka berpikir bahwa mereka diperlakukan tidak adil dan mereka tidak bersyukur. Dalam Al Qur'an, Allah menerangkan sikap tidak bersyukur orang yang tidak puas dengan apa yang mereka miliki dan selalu menginginkan lebih banyak lagi:
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya). (QS An Naml, 27:73)
Orang beriman yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur'an mengetahui bahwa nikmat yang ada di sekelilingnya merupakan pemberian dari Allah. Mereka berhati-hati untuk tidak membelanjakan uang dengan tergesa-gesa. Di saat sedang berbelanja, dia berusaha sekuat tenaga untuk menghindari buang-buang uang dan waktu. Dia bertindak sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an:
“.. makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (QS Al A’raf, 7:27).
Dia tidak pernah lupa bahwa Allah menyebut orang yang menghambur-hamburkan uang secara berlebihan sebagai “saudara-saudara setan” (QS Al Isra’, 17:27).
Al Qur'an menuntut kita untuk tidak menghamburkan uang dalam berbelanja atau membeli barang lainnya. Seperti itu pula kita dituntut untuk bersifat dermawan. Allah menerangkan hal ini di dalam Surat al-Furqan: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah yang demikian (QS. al-Furqan, 25:67)”. Ayat ini meningkatkan kearifan yang ditunjukkan oleh orang-orang beriman dalam cara mereka berbelanja
E.PESAN DASAR AYAT
Allah telah menciptakan berbagai macam keadaan untuk menguji manusia. Dan orang beriman tidak akan berhenti bersyukur atas apa yang diterimanya, dalam keadaan apa pun dia berada. Dia menyadari bahwa ujian dan keadaan dirinya hanyalah bersifat sementara. Untuk itu, dia berkemauan keras untuk bertindak setiap saat dengan cara yang disukai Allah. Dia mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah atas nikmat-Nya di dalam hati, dalam ucapannya, dan dalam tindakannya. Dia membelanjakan karunia yang dimilikinya pada amal saleh, dan jika Allah membatasi nikmat yang diterimanya, dia akan bersabar dan tetap bersyukur dengan ikhlas kepada-Nya. Dia tahu bahwa dia sedang diuji dengan kemiskinan dan berdoa agar Allah memberinya kesabaran. Dalam segala keadaan, orang beriman ridha atas keputusan Allah dan berharap agar Allah merasa ridha dengannya.
Namun manusia yang mengikuti tradisi, kebiasaan, dan norma masyarakat yang tidak hidup berdasarkan ajaran Al Qur'an, segera kehilangan rasa bersyukur mereka di saat berhadapan dengan ketidak nyamanan yang paling kecil sekalipun. Allah melaknat mereka dalam Al Qur'an, sebagai kehinaan karena tidak mampu melihat bahwa kekayaan dan kemakmuran mereka adalah sebuah cobaan yang sama dengan pengalaman mereka akan kemiskinan dan kekurangan:
F. ANALISIS SESUAI TEMA
1. tarjamah tafsir al-maraghi juz 30,syekh ahmad musthafa al-maraghi,cv rosda bandung,1987
2. tafsir al-maraghi 30,syekh ahmad mushthafa al-maraghi,cv toha putra semarang,1985
3. tafsir al jalalain,Muhammad bin ahmad al-mahalli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar