Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran di sekolah
merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan
membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang lebih baik. Keberhasilan
suatu proses pembelajaran dari ketercapaian siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Keberhasilan yang dimaksud dapat diamati dari dua sisi yaitu dari
tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru (Sudjana,
2001).
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa, yaitu
dengan menggunakan pembelajaran aktif di mana siswa melakukan sebagian besar
pekerjaan yang harus dilakukan. Siswa menggunakan otak untuk melakukan
pekerjaannya, mengeluarkan gagasan, memecahkan masalah dan dapat menerapkan apa
yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan,
mendukung dan menarik hati dalam belajar untuk mempelajari sesuatu dengan baik.
Belajar aktif membantu untuk mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentang
pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain. Dalam belajar aktif
yang paling penting bagi siswa perlu memecahkan masalah sendiri, menemukan
contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan dan mengerjakan tugas-tugas
yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang akan
dicapai (Silberman, 2001).
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan langkah-langkah
sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal yang harus
dilakukan dengan menggunakan metode yang cocok dengan kondisi siswa agar siswa
dapat berpikir kritis, logis, dan dapat memecahkan masalah dengan sikap
terbuka, kreatif, dan inovatif. Dalam pembelajaran dikenal berbagai model
pembelajaran salah satunya adalah pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Sebagian guru berpikir bahwa mereka sudah menerapkan cooperative
learning tiap kali menyuruh siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil.
Tetapi guru belum memperhatikan adanya aktivitas kelas yang terstruktur
sehingga peran setiap anggota kelompok belum terlihat.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah antara lain adalah
: 1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi; 2) Memperbaiki kehadiran; 3)
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; 4) Perilaku mengganggu
menjadi lebih kecil; 5) Konflik antara pribadi berkurang; 6) Pemahaman yang
lebih mendalam; 7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; 8) Hasil
belajar lebih tinggi (Ibrahim, 2000).
Numbered Heads Together pada dasarnya merupakan sebuah
varian diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa
yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan
mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara
ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok.
B. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat
bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut
merupakan hasil dari pengalaman. Dengan perkembangan teknologi informasi,
belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan
manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan belajar menurut sudut pandang mereka.
Belajar merupakan proses penting
bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan
dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena
itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu
memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses
psikologis.
Menurut Slameto (1995:2) belajar
adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel
(1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan
belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat
disimpulkan sebagai berikut.
- Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
- Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
- Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani, kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilai-nilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik).
- Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Kingsley (Sudjana, 2001: 22) membagi tiga macam hasil belajar,
yaitu : (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c)
sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang
ada pada kurikulum sekolah.
Secara garis besar faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai
berikut:
a.
Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia.
Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni
faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis antara lain usia,
kematangan dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana
hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
b.
Faktor yang bersumber dari luar manusia.
Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor
manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan
fisik.
Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranah,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berhubungan dengan
berpikir, ranah afektif berhubungan dengan kemampuan perasaan, sikap dan
kepribadian, sedangkan ranah psikomotor berhubungan dengan persoalan
keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis (Hasan et
all, 1991:23-27).
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Arends (1997) menyatakan bahwa
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas (Ibrahim et al, 2000:2).
Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2007:7). Merujuk pada
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran memberikan
kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Fungsi model pembelajaran adalah
sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat materi
yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut,
serta tingkat kemampuan peserta didik. Beberapa macam model pembelajaran yang
sering digunakan guru dalam mengajar yaitu: pengajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem
base instruction), dan diskusi.
Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan,
dan penghargaan kooperatif. Siswa yang belajar dalam kondisi pembelajaran
kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas
bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugasnya.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together
Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Kagen (1993) untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Ibrahim at all, 2000:28).
Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Kagen (1993) untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Ibrahim at all, 2000:28).
Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran
yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas (Rahayu, 2006).
Struktur yang dikembangkan oleh
Kagen ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan
lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual.
Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi
akademik dan ada pula struktur yang tujuannnya untuk mengajarkan keterampilan
sosial (Ibrahim at all, 2000:25). Model NHT adalah bagian dari model
pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan
menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok
kecil secara kooperatif.
Struktur tersebut dikembangkan
sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan
tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab
pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan
dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan
untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
a.
Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
b.
Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai latar belakang.
c.
Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya
Numbered Head Together dikembangkan oleh Spencer Kagen dengan melibatkan para siswa dalam
mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa
pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan
langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah sebagai
berikut:
- Langkah 1, penomoran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda,
- Langkah 2, pengajuan pertanyaan: guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum,
- Langkah 3, berpikir bersama (Head Together): para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut,
- Langkah 4, pemberian jawaban: guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas (Ibrahim et all, 2000: 28).
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim
(2000: 18), antara lain adalah :
a. Rasa harga diri menjadi lebih
tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
Kelebihan dari model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008)
bahwa model NHT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam
pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif
siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu
siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki,
serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
C. Penutup
Dalam pembelajaran aktif siswa
dipandang sebagai subyek bukan obyek dan belajar lebih dipentingkan daripada
mengajar. Disamping itu siswa ikut berpartisipasi ikut mencoba dan melakukan
sendiri yang sedang dipelajari. Sedangkan dalam pembelajaran yang mengacu pada
pembelajaran aktif, fungsi guru adalah menciptakan suatu kondisi belajar yang
memungkinkan siswa berkembang secara optimal.
Penerapan model pembelajaran
kooperatif NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, sehingga hasil
belajar siswa akan lebih baik karena siswa yang senantiasa menyelesaikan
soal-soal latihan akan dapat menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh
guru secara baik.
Kepustakaan:
Ani,Tri C. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 1983. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together), (Online), http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses tanggal 24 Nopember 2011.
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Ani,Tri C. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 1983. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together), (Online), http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses tanggal 24 Nopember 2011.
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.