MAKALAH
ANALISIS SOSIOLOGIS
MENGENAI SISTEM PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing: Drs. H. Mudjahid, Am,
M.Pd
Kelompok VIII
Disusun Oleh:
1. Sri Sudarsini 02.7313
2. Sunari 02.7312
3. Muslim Hidayat 02.7116
4. Umi Kulsum 02.7144
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
(STAIMUS)
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya
sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah
pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang
dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang
termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan
keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan
yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga
kependidikan
Sistem Pendidikan Nasional
ditetapkan melalui undang-undang berupa Undang-undang Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989.
B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:
1.
Apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan?
2.
Bagaimana gambaran analisis sosiologi
mengenai sistem pendidikan?
3.
Bagaimana sifat dan tipe – tipe sistem
pendidikan?
4.
Bagaimana munculnya sistem pendidikan
modern?
5.
Apa yang di maksud pendidikan ilmiah?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan
penyusunan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Sistem Pendidikan.
2. Untuk mengetahui pandangan Analisis sosiologi mengenai sistem
pendidikan.
3. Untuk mengetahui sifat dan tipe-tipe sistem pendidikan
4. Untuk mengetahui munculnya sistem pendidikan modern.
5. Untuk mengetahui pengertian pendidikan ilmiah.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam
penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pendidikan.
Istilah sistem merupakan istilah
dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling
berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
Pengertian sistem menurut sejumlah
para ahli :
1.
L. James
Havery
Menurutnya
sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian
komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk
berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan.
2.
John Mc
Manama
Menurutnya
sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang
saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai
suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
3.
C.W.
Churchman.
Menurutnya
sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan
seperangkat tujuan.
4.
J.C.
Hinggins
Menurutnya
sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.
5.
Edgar F
Huse dan James L. Bowdict
Menurutnya
sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan
dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu
bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
Sedangkan Pengertian pendidikan kalau ditinjau dari segi asal
kata adalah, bahwa pendidikan itu berasal dari kata “Pedagogi” dimana
kata tersebut berasal dari bahasa yunani kuno, yang kalau di eja menjadi 2 kata
yaitu :
1.
Paid artinya=> anak
2.
Agagos artinya => membimbing
Dengan demikian pengertian pendidikan kalau
ditinjau dari suku kata tersebut adalah : ” Cara atau ilmu untuk
mengajar/membimbing anak”
Namun demikian ada beberapa pengertian pendidikan yang
bisa dijabarkan lebih luas lagi, diantaranya :
1.
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. (UU No.20 tahun 2003)
2.
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.(Wikipedia)
3.
Pendidikan berasal dari
kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga
menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. (Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232)
Dari pengertian di
atas maka yang dimaksud sistem pendidikan adalah: Sistem pendidikan berarti keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan.
B. Pandangan Analisis sosiologi mengenai sistem pendidikan.
Pendidikan
selalu dilihat sebagai usaha manusia optimistik mendasar yang dikenali dari aspirasi untuk kemajuan dan kesejahteraan.[2] Pendidikan dipahami oleh banyak
orang sebagai usaha untuk melebihi kemampuan orang cacat, mencapai kesetaraan yang lebih tinggi dan memperoleh
kekayaan dan status sosial.[3] Pendidikan dianggap sebagai
tempat anak-anak bisa berkembang sesuai kebutuhan dan potensi unik mereka.[2] Selain itu juga sebagai salah
satu arti terbaik dalam mencapai kesetaraan sosial yang lebih tinggi.[3]
Banyak
orang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan setiap orang
hingga potensi tertinggi mereka dan memberi kesempatan untuk mencapai segalanya
dalam kehidupan sesuai kemampuan alami mereka (meritokrasi). Banyak juga orang yang
meragukan bahwa sistem pendidikan apapun mencapai tujuan ini dengan sempurna.
Pendapat lain mengemukakan pandangan negatif, menyatakan bahwa sistem
pendidikan dirancang dengan tujuan mengakibatkan reproduksi ketidaksetaraan sosial.
C. Sifat dan tipe-tipe sistem pendidikan
Sistem pendidikan di Indonesia menjadi sebuah polemik yang hangat
dibicarakan di masyarakat, dimana sistem pendidikan di Negara ini selalu
berubah-ubah setiap tahunnya atau setiap pergantian Menteri Pendidikan yang
baru selalu saja menggunakan system/formula yang baru. Ini akan menjadi sebuah
masalah yang besar dan komplek apabila tidak di tanggulangi dengan cepat.
Tidak menutup kemungkinan pendidikan di Indonesia akan kembali menurun di
masa-masa yang akan datang dikarenakan banyaknya penggunaan sistem-sistem yang
baru yang menyebabkan pendidikan di Negara ini menjadi terhenti.
Para pelajar hanya digunakan sebagai kelinci percobaan sistem pendidikan
yang baru, dengan selalu mengganti-ganti sistem kurikulum mulai dari kurikulum
1994 sampai dengan sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) sampai
baru-baru ini muncul KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Ini
menjadi sebuah permasalahan besar karena buku yang dipakai sebagai
pegangan pelajar sehari-hari selalu berganti-ganti.
Itulah semua hal yang harus diterima oleh pelajar guna meningkatkan mutu
pendididkan ke depan. Tetapi pemerintah tidak hanya diam menghadapi semua
permasalahan terebut, sekarang Pemerintah sudah berupaya agar mutu pendidikan
yang ada di Indonesia ini setara dengan Negara-Negara lain. Misalnya dengan
selalu meningkatkan standart kelulusan Ujian Nasional, menyediakan buku
elektronik yang dapat didownload secara gratis di internet, program sekolah
gratis untuk SD dan SMP dan pada tahun selanjutnya SMA.
Upaya-upaya itulah yang digunakan untuk memajukan pendidikan di Negara ini.
Tetapi itu semua akan sia-sia tanpa SDM yang memadai dari guru-guru pengajar
dan juga yang sangat penting adalah sarana dan prasarana sekolah, banyak
dijumpai banyak sekolah-sekolah yang ambruk bangunannya karena termakan usia,
sarana penunjang yang minim dimiliki sekolah, dan masih dalam ingatan kita
peristiwa perebutan paksa bangku-bangku sekolah di Malang. Itu membuktikan
masih bayaknya sekolah-sekolah di Negeri ini yang mempunyai sarana dan prasarana
yang pas-pasan.
Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya dibebankan hanya pada Pemerintah
semata tetapi banyak pihak yang harus dilibatkan dalam pelaksanaanya seperti
orang tua, tenaga pendidik, serta yang paling penting adalah keikutsertaan para
pelajar sebagai modal utama untuk kesuksesan untuk kemajuan pendidikan di
Negeri ini.
Pelajar harus mempunyai tekad yang kuat untuk memajukan pendidikan di
negeri ini dengan peningkatan mutu SDM yang dimilikinya agar dapat bersaing
dengan SDM dari luar negeri baik dalam bidang apapun. Tidak lepas dari itu
peran tenaga pendidik juga sangat penting karena dengan tenaga pendidik yang
mempunyai SDM yang memadai maka akan menghasilkan output yang insyAllah bagus
juga. Itulah sistem pendidikan di negeri ini.
D. Munculnya sistem pendidikan modern.
Gagasan program modernisasi pendidikan lebih khususnya pendidikan Islam mempunyai
akar-akarnya dalam gagasan tentang “modernnisme” pemikiran dan institusi Islam
secara keseluruhan.
Modernisasi yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah “pembangunan”
(development) adalah proses multi-dimensional yang kompleks. Pada satu segi
pendidikan dipandang sebagai suatu variabel modernisasi. Dalam konteks ini
pendidikan dianggaap merupakan prasyarat dan kondisi yang mutlak bagi
masyarakat untuk menjalankan program dan mencapai tujuan-tujuan modernsasi atau
pembangunan. Tanpa pendidikan yang memadai, akan sulit bagi masyarakat manapun
untuk mencapai kamajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan
bahwa “ pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu ke arah modernisasi” (Harbison
& Myers, 1964:181).
Pendidikan dalam masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak
ke arah modern (modernizing) pada dasarnya berfungsi untuk memberikan kaitan
antara anak didik dan lingkungan sosio-kulturalnya yang terus berubah. Begitu juga
dengan sisitem pendidikan yang berubah demi kesempurnaan dan menyesuaikan
perkembangan yang ada.
Untuk mencapai semua tujuan ini, pendidikan dalam proses modernisasi
akan mengalami perubahan fungsional dan antar sistem. Perubahan-perubahan
tersebut pada tingkat konseptual dapat dirumuskan dengan menggunakan “pendekatan
sistem-sistem” (systems approach). Don Adams (1970) yang menggunakan “pendekatan
sistem-sistem” ini dalam kajian pendidikan dan modernsasi atau modern menemukan
variabel-variabel yang relevan bagi transformasi pendidikan.
Variabel-variabel ini dapat pula diterapkan dalam agenda modernisasi
pendidikan Islam dalam konteks Indonesia secara keseluruhan. Input dari
Masyarakat ke dalam Sistem Pendidikan:
1. Ideologi-Normatif: Orientasi-orientasi ideologi tertentu yang
diekspresikan dalam norma-norma nasional (Misal, Pancasila) menuntut sistem
pendidikan untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional anak didik.
2. Mobilitas Politik: Kebutuhan bagi modernisasi dan pembangunan menuntut
sistem pendidikan untuk mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan kepemimpinan
modernisasi dan innovator yang dapat memelihara dan bahkan meningkatkan
momentum pembangunan.
3. Mobilitas ekonomi: Kebutuhan akan tenaga kerja yang handal menuntut
sistem pendidikan untuk mempersiapkan anak didik menjadi SDM yang unggul dan
mampu mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam proses pembangunan.
4. Modernisasi sosial: Penngkatan harapan bagi mobilitas sosial dalam
modernisasi menuntut pendidikan untuk memberikan akses dan venue ke arah
tersebut.
5. Mobilitas kultural: Modernisasi yang menimbulkan perubahan-perubahan
kultural menuntut sistem pendidikan untuk mampu memelihara stabilitas dan
mengembangkan warisan kultural yang kondusif bagi pembangunan.
Pada saat yang sama variabel-variabel yang tercakup dalam transformasi
sistem pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Modernisasi administratif: Modernisasi menuntut differensasi sitem
pendidikan untuk mengantisipasi dan mengakomodasi berbagai kepentingan
differensasi sosial, tehnik dan manajerial.
2. Differensasi struktural: Pembagian dan difersifikasi lembaga-lembaga
pendidikan sesuai dengan fungsi-fungsi yang akan dimainkannya.
3. Ekspansi kapasitas: Perluasan sistem pendidikan untuk menyediakan
pendidikan bagi sebanyak-banyanya peserta didik sesuai kebutuhan yang
dikehendaki berbagai sektor masyarakat.
E. Pendidikan ilmiah.
Penelitian
yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian
harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian
ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik
Berarti
suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola
dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis
Suatu
penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah
bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur
induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik
kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik
artinya
suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan
atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan
penelitian empirik ada tiga yaitu :
a. Hal-hal
empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain).
b. Hal-hal
empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c. Hal-hal
empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan
sebab akibat).
4. Obyektif,
artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak
mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
5.
Replikatif,
artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan
metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan
definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Berdasarkan pengertian penelitian ilmiah di
atas maka kita dapat menarik garis yang serupa untuk pendidikan ilmiah yaitu
pendidikan yang berdasarkan asas-asas ilmiah. Jadi pendidikan ilmiah harus
didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang telah disampaikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Sistem pendidikan berarti
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pandangan analisis sosiologi
mengenai sistem pendidikan adalah mengembangkan setiap orang hingga
potensi tertinggi mereka dan memberi kesempatan untuk mencapai segalanya dalam
kehidupan sesuai kemampuan alami mereka (meritokrasi). Banyak juga orang yang
meragukan bahwa sistem pendidikan apapun mencapai tujuan ini dengan sempurna.
Pendapat lain mengemukakan pandangan negatif, menyatakan bahwa sistem pendidikan
dirancang dengan tujuan mengakibatkan reproduksi ketidaksetaraan sosial.
Sistem
kurikulum/ sistem pendidikan mulai dari kurikulum
1994 sampai dengan sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) sampai
baru-baru ini muncul KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Pendidikan modern, pendidikan tersebut telah memenuhi sarat
dengan kemampuan pedagogis yang mumpuni, seharusnya bertindak layaknya sebuah
bengkel canggih untuk meng-kiat-i
peserta didik yang memang perlu dicermati karakter multidisliplin yang mampu
menyongsong jaman.
2. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Apabila terdapat kekurangan
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Prof. Dr.,M.A. 1987. Pendidikan
Islam; Tradisi dan modernisasi menuju milinium baru. Jakarta: Logos Wacana,
2000.Cet. II
http://bambang-sukmadji.blogspot.com/2010/08/meramu-sistem-pendidikan-modern.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023808-pengertian-penelitian-ilmiah-dan-non/#ixzz1qfsaZVd5
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2201120-pengertian-sistem-pendidikan/#ixzz1qfVqzuMk
Nasution. S, Prof. DR. MA, Sosiologi
Pendidikan. 1995. Jakarta: Bumi Aksara Edisi 2. Cet. 1
Sargent, M. (1994) The
New Sociology for Australians (3rd Ed), Longman Chesire, Melbourne
Schofield, K. (1999).
The Purposes of Education, Queensland State Education: 2010 Accessed
2002, Oct 28.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus