1 April 2012

ANALISIS SOSIOLOGIS MENGENAI SISTEM PENDIDIKAN


MAKALAH
ANALISIS SOSIOLOGIS
MENGENAI SISTEM PENDIDIKAN


Dosen Pembimbing: Drs. H. Mudjahid, Am, M.Pd

 








Kelompok VIII
Disusun Oleh:
1.     Sri Sudarsini                 02.7313
2.     Sunari                           02.7312
3.     Muslim Hidayat           02.7116
4.     Umi Kulsum                 02.7144




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
(STAIMUS)
2012





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan
Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan melalui undang-undang berupa Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989.
B.     Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan?
2.      Bagaimana gambaran analisis sosiologi mengenai sistem pendidikan?
3.      Bagaimana sifat dan tipe – tipe sistem pendidikan?
4.      Bagaimana munculnya sistem pendidikan modern?
5.      Apa yang di maksud pendidikan ilmiah?
C.    Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian Sistem Pendidikan.
2.      Untuk mengetahui pandangan Analisis sosiologi mengenai sistem pendidikan.
3.      Untuk mengetahui sifat dan tipe-tipe sistem pendidikan
4.      Untuk mengetahui munculnya sistem pendidikan modern.
5.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan ilmiah.
D.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini. 



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sistem Pendidikan.
Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani system yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli :
1.      L. James Havery
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
2.      John Mc Manama
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
3.      C.W. Churchman.
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
4.      J.C. Hinggins
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.
5.      Edgar F Huse dan James L. Bowdict
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.

Sedangkan Pengertian pendidikan kalau ditinjau dari segi asal kata adalah, bahwa pendidikan itu berasal dari kata “Pedagogi” dimana kata tersebut berasal dari bahasa yunani kuno, yang kalau di eja menjadi 2 kata yaitu :
1.      Paid artinya=> anak
2.      Agagos artinya =>  membimbing
Dengan demikian pengertian pendidikan kalau ditinjau dari suku kata tersebut adalah : ” Cara atau ilmu untuk mengajar/membimbing anak”
Namun demikian ada beberapa pengertian pendidikan yang bisa dijabarkan lebih luas lagi, diantaranya :
1.        Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No.20 tahun 2003)
2.        Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.(Wikipedia)
3.        Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. (Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232)
Dari pengertian di atas maka yang dimaksud sistem pendidikan adalah: Sistem pendidikan berarti keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan.

B.     Pandangan Analisis sosiologi mengenai sistem pendidikan.
Pendidikan selalu dilihat sebagai usaha manusia optimistik mendasar yang dikenali dari aspirasi untuk kemajuan dan kesejahteraan.[2] Pendidikan dipahami oleh banyak orang sebagai usaha untuk melebihi kemampuan orang cacat, mencapai kesetaraan yang lebih tinggi dan memperoleh kekayaan dan status sosial.[3] Pendidikan dianggap sebagai tempat anak-anak bisa berkembang sesuai kebutuhan dan potensi unik mereka.[2] Selain itu juga sebagai salah satu arti terbaik dalam mencapai kesetaraan sosial yang lebih tinggi.[3]
Banyak orang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan setiap orang hingga potensi tertinggi mereka dan memberi kesempatan untuk mencapai segalanya dalam kehidupan sesuai kemampuan alami mereka (meritokrasi). Banyak juga orang yang meragukan bahwa sistem pendidikan apapun mencapai tujuan ini dengan sempurna. Pendapat lain mengemukakan pandangan negatif, menyatakan bahwa sistem pendidikan dirancang dengan tujuan mengakibatkan reproduksi ketidaksetaraan sosial.

C.    Sifat dan tipe-tipe sistem pendidikan
Sistem pendidikan di Indonesia menjadi sebuah polemik yang hangat dibicarakan di masyarakat, dimana sistem pendidikan di Negara ini selalu berubah-ubah setiap tahunnya atau setiap pergantian Menteri Pendidikan yang baru selalu saja menggunakan system/formula yang baru. Ini akan menjadi sebuah masalah yang besar dan komplek apabila tidak di tanggulangi dengan cepat.
Tidak menutup kemungkinan pendidikan di Indonesia akan kembali menurun di masa-masa yang akan datang dikarenakan banyaknya penggunaan sistem-sistem yang baru yang menyebabkan pendidikan di Negara ini menjadi terhenti.
Para pelajar hanya digunakan sebagai kelinci percobaan sistem pendidikan yang baru, dengan selalu mengganti-ganti sistem kurikulum mulai dari kurikulum 1994 sampai dengan sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) sampai baru-baru ini muncul KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Ini menjadi sebuah permasalahan besar  karena buku yang dipakai sebagai pegangan pelajar sehari-hari selalu berganti-ganti.
Itulah semua hal yang harus diterima oleh pelajar guna meningkatkan mutu pendididkan ke depan. Tetapi pemerintah tidak hanya diam menghadapi semua permasalahan terebut, sekarang Pemerintah sudah berupaya agar mutu pendidikan yang ada di Indonesia ini setara dengan Negara-Negara lain. Misalnya dengan selalu meningkatkan standart kelulusan Ujian Nasional, menyediakan buku elektronik yang dapat didownload secara gratis di internet, program sekolah gratis untuk SD dan SMP dan pada tahun selanjutnya SMA.
Upaya-upaya itulah yang digunakan untuk memajukan pendidikan di Negara ini. Tetapi itu semua akan sia-sia tanpa SDM yang memadai dari guru-guru pengajar dan juga yang sangat penting adalah sarana dan prasarana sekolah, banyak dijumpai banyak sekolah-sekolah yang ambruk bangunannya karena termakan usia, sarana penunjang yang minim dimiliki sekolah, dan masih dalam ingatan kita peristiwa perebutan paksa bangku-bangku sekolah di Malang. Itu membuktikan masih bayaknya sekolah-sekolah di Negeri ini yang mempunyai sarana dan prasarana yang pas-pasan.
Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya dibebankan hanya pada Pemerintah semata tetapi banyak pihak yang harus dilibatkan dalam pelaksanaanya seperti orang tua, tenaga pendidik, serta yang paling penting adalah keikutsertaan para pelajar sebagai modal utama untuk kesuksesan untuk kemajuan pendidikan di Negeri ini.
Pelajar harus mempunyai tekad yang kuat untuk memajukan pendidikan di negeri ini dengan peningkatan mutu SDM yang dimilikinya agar dapat bersaing dengan SDM dari luar negeri baik dalam bidang apapun. Tidak lepas dari itu peran tenaga pendidik juga sangat penting karena dengan tenaga pendidik yang mempunyai SDM yang memadai maka akan menghasilkan output yang insyAllah bagus juga. Itulah sistem pendidikan di negeri ini.

D.    Munculnya sistem pendidikan modern.
Gagasan program modernisasi pendidikan lebih khususnya pendidikan Islam mempunyai akar-akarnya dalam gagasan tentang “modernnisme” pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan.
Modernisasi yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah “pembangunan” (development) adalah proses multi-dimensional yang kompleks. Pada satu segi pendidikan dipandang sebagai suatu variabel modernisasi. Dalam konteks ini pendidikan dianggaap merupakan prasyarat dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan mencapai tujuan-tujuan modernsasi atau pembangunan. Tanpa pendidikan yang memadai, akan sulit bagi masyarakat manapun untuk mencapai kamajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa “ pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu ke arah modernisasi” (Harbison & Myers, 1964:181).
Pendidikan dalam masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak ke arah modern (modernizing) pada dasarnya berfungsi untuk memberikan kaitan antara anak didik dan lingkungan sosio-kulturalnya yang terus berubah. Begitu juga dengan sisitem pendidikan yang berubah demi kesempurnaan dan menyesuaikan perkembangan yang ada.
Untuk mencapai semua tujuan ini, pendidikan dalam proses modernisasi akan mengalami perubahan fungsional dan antar sistem. Perubahan-perubahan tersebut pada tingkat konseptual dapat dirumuskan dengan menggunakan “pendekatan sistem-sistem” (systems approach). Don Adams (1970) yang menggunakan “pendekatan sistem-sistem” ini dalam kajian pendidikan dan modernsasi atau modern menemukan variabel-variabel yang relevan bagi transformasi pendidikan.
Variabel-variabel ini dapat pula diterapkan dalam agenda modernisasi pendidikan Islam dalam konteks Indonesia secara keseluruhan. Input dari Masyarakat ke dalam Sistem Pendidikan:
1.      Ideologi-Normatif: Orientasi-orientasi ideologi tertentu yang diekspresikan dalam norma-norma nasional (Misal, Pancasila) menuntut sistem pendidikan untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional anak didik.
2.      Mobilitas Politik: Kebutuhan bagi modernisasi dan pembangunan menuntut sistem pendidikan untuk mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan kepemimpinan modernisasi dan innovator yang dapat memelihara dan bahkan meningkatkan momentum pembangunan.
3.      Mobilitas ekonomi: Kebutuhan akan tenaga kerja yang handal menuntut sistem pendidikan untuk mempersiapkan anak didik menjadi SDM yang unggul dan mampu mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam proses pembangunan.
4.      Modernisasi sosial: Penngkatan harapan bagi mobilitas sosial dalam modernisasi menuntut pendidikan untuk memberikan akses dan venue ke arah tersebut.
5.      Mobilitas kultural: Modernisasi yang menimbulkan perubahan-perubahan kultural menuntut sistem pendidikan untuk mampu memelihara stabilitas dan mengembangkan warisan kultural yang kondusif bagi pembangunan.

Pada saat yang sama variabel-variabel yang tercakup dalam transformasi sistem pendidikan adalah sebagai berikut.
1.      Modernisasi administratif: Modernisasi menuntut differensasi sitem pendidikan untuk mengantisipasi dan mengakomodasi berbagai kepentingan differensasi sosial, tehnik dan manajerial.
2.      Differensasi struktural: Pembagian dan difersifikasi lembaga-lembaga pendidikan sesuai dengan fungsi-fungsi yang akan dimainkannya.
3.      Ekspansi kapasitas: Perluasan sistem pendidikan untuk menyediakan pendidikan bagi sebanyak-banyanya peserta didik sesuai kebutuhan yang dikehendaki berbagai sektor masyarakat.
E.     Pendidikan ilmiah.
Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik
artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a.       Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b.      Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c.       Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4. Obyektif,
artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
5. Replikatif,
artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Berdasarkan pengertian penelitian ilmiah di atas maka kita dapat menarik garis yang serupa untuk pendidikan ilmiah yaitu pendidikan yang berdasarkan asas-asas ilmiah. Jadi pendidikan ilmiah harus didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah.


BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
            Sistem pendidikan berarti keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan.
            Pandangan analisis sosiologi mengenai sistem pendidikan adalah mengembangkan setiap orang hingga potensi tertinggi mereka dan memberi kesempatan untuk mencapai segalanya dalam kehidupan sesuai kemampuan alami mereka (meritokrasi). Banyak juga orang yang meragukan bahwa sistem pendidikan apapun mencapai tujuan ini dengan sempurna. Pendapat lain mengemukakan pandangan negatif, menyatakan bahwa sistem pendidikan dirancang dengan tujuan mengakibatkan reproduksi ketidaksetaraan sosial.
Sistem kurikulum/ sistem pendidikan mulai dari kurikulum 1994 sampai dengan sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) sampai baru-baru ini muncul KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
            Pendidikan modern, pendidikan tersebut telah memenuhi sarat dengan kemampuan pedagogis yang mumpuni, seharusnya bertindak layaknya sebuah bengkel canggih untuk meng-kiat-i peserta didik yang memang perlu dicermati karakter multidisliplin yang mampu menyongsong jaman.

2.      Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Apabila terdapat kekurangan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.




DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. Prof. Dr.,M.A. 1987. Pendidikan Islam; Tradisi dan modernisasi menuju milinium baru. Jakarta: Logos Wacana, 2000.Cet. II
http://bambang-sukmadji.blogspot.com/2010/08/meramu-sistem-pendidikan-modern.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023808-pengertian-penelitian-ilmiah-dan-non/#ixzz1qfsaZVd5
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2201120-pengertian-sistem-pendidikan/#ixzz1qfVqzuMk
Nasution. S, Prof. DR. MA, Sosiologi Pendidikan. 1995. Jakarta: Bumi Aksara Edisi 2. Cet. 1
Sargent, M. (1994) The New Sociology for Australians (3rd Ed), Longman Chesire, Melbourne
Schofield, K. (1999). The Purposes of Education, Queensland State Education: 2010 Accessed 2002, Oct 28.


1 komentar:

My New Style

My New Style

My Family

My Family
Miyya Kak Cintha and Family

Prambanan In Action

Prambanan In Action

Kakak Miya

Kakak Miya

PKN STAIMUS 2013

PKN STAIMUS 2013
Mahasiswa PKN dan Peserta Lomba TPQ

PKN 2013 STAIMUS

PKN 2013 STAIMUS


Entri Populer