8 Desember 2011

Pendekatan Psikologi Islam


MAKALAH
PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM PANDANGAN ISLAM


Disusun untuk mengembangkan cara berfikir kalangan mahasiswa khusunya di Falkultas Tarbiyah




Disusun Oleh:

Nama            : SRI SUDARSINI
NIM                : 02. 7313
Jurusan       : TARBIYAH
Semester     : V (Lima)



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
(STAIMUS)
2011/2012


PENDAHULUAN
Psikologi sebagai ilmu terapan berkembang sejalan dengan kegunaannya. Psikologi yang diakui sebagai disiplin yang mandiri sejak tahun 1879 ini ternyata telah memperlihatkan berbagai sumbangannya dalam berbagai problema dan menguak misteri hidup manusia serta mengupayakan peningkatan sumber daya manusia (Djamaludin Anlok, 1994:1). Kajian-kajian yang khusus mengenai agama melalui pendekatan psikologis ini sejak awal abad ke-19 menjadi kian berkembang, sehingga para ahli psikologi yang bersangkutan melalui karya mereka telah membuka lapangan baru dalam kajian psikologi, psikologi agama.


PEMBAHASAN

1. Pendekatan Psikologi
Pada kajian ini secara spesifik akan dibahas satu pendekatan dalam studi agama, yaitu psikologi. Beberapa pandangan para ahli sangat beragam dalam hal ini, misalnya saja ada yang menyatakan bahwa tekanan terhadap seorang pribadi yang kemudian melahirkan pengalaman individu yang mempunyai keterkaitan kepada yang transenden (Tuhan). Pendapat lain, ada yang berposisi dengan pendapat ini yang menyatakan bahwa, tekanan/pengalaman seorang individu merupakan persoalan murni psikologi.
Beberapa pendapat para tokoh yang akan penulis uraikan secara singkat adalah :
a. William James
William James mengembangkan teori keagamaan berlandaskan pengalaman pribadi, menempatkan agama sebagai fenomena dan intuisi sosial yang memungkinkan untuk didekati secara psikologi. Perasaan keagamaan adalah hal yang serupa dengan perasaan-perasaan yang lain.

b. Sigmund Freud
Menurut Sigmund Freud, agama ialah sebuah khayalan yang kemudian dikembangkan dalam bukunya “The Future of An Illusion” (1961), agama merupakan bagian gejala psikologi yang berupa penggabungan pengalaman pribadi dengan pengalaman masyarakat

c. Carl Gustav Jung
Menurutnya, agama merupakan landasan positif yang mengayomin aspek psikologi, sebuah intuisi yang tercipta dari pengalaman keagamaan yang datang dari luar dunia manusia melewati perorangan atau kelompok masyarakat.1

Manusia menurut terminology Al-Qur’an dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Manusia disebut al-basyar berdasarkan pendekatan aspek biologinya. Al-insan dilihat dari fungsi dan potensi yang dimilikinya, sebagai khalifah dan mengembangkan ilmu. Kemudian manusia disebut al-nas yang umumnya dilihat dari sudut pandang hubungan sosial yang dilakukannya. Dalam bentuk pengertian umum, Al-Qur’an menyebut manusia sebagai Bani Adam. Selanjutnya, manusia menurut pandangan Islam juga dipandang sebagai makhluk psikis, menurut konsep Islam senantiasa dihubungkan dengan nilai-nilai agama.

Nafs terbagi menjadi:
1. Nafs muthmainnah yang memberi ketenangan batin,
2. Nafs ammarah yang mendorong ke tindakan negatif, dan
3. Nafs lawwamah yang menyadarkan manusia dari kesalahan hingga timbul penyesalan.

Pendekatan psikologi terhadap kedua aspek keagamaan itu bersumber dari pandangan aliran psikologi terhadap manusia. Aliran Behaviorisme berpendapat bahwa perilaku manusia ditentukan oleh hukum stimulus dan respon, mengisyaratkan bahwa perilaku agama erat kaitannya dengan stimulus lingkungan seseorang, jadi pandangan ini bersifat kondisional (tergantung dari kondisi yang diciptakan lingkungan). Aliran Psikoanalisis: perilaku manusia didorong oleh kebutuhan libidonya.

Beranjak dari pendekatan, konsep Islam tentang manusia, terungkap bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang memiliki hubungan makhluk khalik secara fitrah. Dengan demikian, psikologi agama dalam pandangan Islam berawal dari pendekatan fitrah keagamaan itu sendiri.

Dari berbagai sumber yang dijumpai, tampaknya memang perkembangan psikologi agama di dunia Islam baru tampak sekitar abad 20, landasan yang telah disediakan untuk pengembangan psikologi agama termuat dalam ajaran Islam.

Semua itu telah dipraktikkan dalam kehidupan dimasa Rasulullah saw, dan para sahabat, yang selanjutnya dikaji dan dibukukan oleh ilmuwan muslim dizaman klasik. Buku-buku karya ilmuwan muslim dizaman klasik, seperti tahzib al-akhlaq, al-fauz al-ashqar oleh Abu Ali Ibn Muhammad Makawaih.

2. Pandangan Islam Tentang Manusia
a. Istilah Manusia dalam Al-Qur’an
ü  Al-Qur’an memberikan gambaran tentang manusia sebagai berikut:
ü  Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam  insan, nas atau unas.
ü  Menggunakan kata basyar.
ü  Menggunakan kata Bani Adam, dan Zuriyat Adam.

b. Produksi dan Reproduksi Manusia
Al-Qur’an menguraikan produksi dan reproduksi manusia ketika berbicara tentang penciptaan manusia. Al-Qur’an tidak menguraikan secara rinci proses penciptaan Adam sebagai manusia pertama. Al-Qur’an hanya menyampaikan bahwa:
1. Awal manusia adalah dari tanah.
2. Bahan tersebut disempurnakan
3. Setelah proses penyempurnaan tersebut sebagai, ditiupkan padanya ruh
    illahi.

c. Potensi Manusia dalam Al-Qur’an
Dengan akal dan rohani inilah Allah memberikan beberapa potensi kepada manusia, antara lain:
ü  Potensi untuk mengetahui nama-nama dan fungsi benda-benda alam.
ü  Pengalaman hidup di surga, baik yang berhubungan dengan kecukupan dan kenikmatannya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya.
ü  Petunjuk-petunjuk agama.
Unsur lain yang terdapat dalam diri manusia antara lain adala fitrah, nafs, qaib, dan ruh.

d. Ciri-Ciri Manusia dalam Pandangan Al-Qur’an
Ciri-ciri manusia antara lain:
1.      Manusia mempunyai raga dengan bentuk sebaik-baiknya, dengan rupa dan bentuk sebaik-baiknya, dan diharapkan manusia menjadi bersyukur terhadap Allah.
2.      Manusia itu sebaik dari segi fitrah, ciri utama fitrah manusia adalah  menerima Allah sebagai Tuhan.
3.      Ruh.
4.      Kebebasan, kemauan berkehendak
5.      Akal.
6.      Nafs.

Urgensi rekonstruksi islami pada studi kejiwaan antara lain:
1.      Kebutuhan untuk mengenal lebih jauh manusia.
2.      Kebutuhan akan definisi.
3.      Kebutuhan yang bersifat ilmiah dan untuk membangun peradaban.
4.      Kebutuhan dari sisi kemanusiaan.

Sikap Al-Qur’an dan As-Sunnah Terhadap Rekonstruksi Islami Pada Kajian  Psikologi
1.      Makna kata “nafs” dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
ü  Jiwa atau sesuatu yang memiliki eksistensi dan hakikat.
ü  Nyawa yang memicu adanya kehidupan.
ü  Suatu tempat dimana hati nurani bersemayam
ü  Suatu sifat untuk cenderung berbuat kebaikan atau keburukan.
ü  Sifat pada diri manusia yang berupa perasaan dan indera yang ditinggalkannya ketika ia tidur.
ü  Satu gaya bahasa yang majemuk yang berarti “saling”

2.      Berpikir tentang nafs
Untuk bisa melakukan pengamatan pada diri manusia yang mencakup semua aspeknya, yakni fisik, akal, psikis, dan sosialnya, maka tidak cukup hanya dengan menggunakan ilmu psikologi belaka dalam membedah ayat-ayat Al- Qur’an yang membahas diri manusia, dibutuhkan banyak ilmu lain untuk bekerja sama dalam merealisasikannya.

3.      Mensucikan nafs.
Apabila semua penelitian dan model itu bisa diaplikasikan dan selaras dengan islami, maka semua lebih masuk dalam cakupan melaksanakan perintah Al- Qur’an unutk dapat mensucikan diri.

4.      Menjaga nafs.
Diantaranya perintah untuk mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan dalam Islam.


KESIMPULAN

Islam adalah agama bagi seluruh manusia, dan bukan hanya untuk kaum muslim saja. Itulah sebabnya mengapa rekonstruksi islami dalam kajian psikologi ini merupakan salah satu proyek kemanusiaan. Psikologi adalah milik semua umat. Siapapun dapat memberikan konstribusi, merekonstruksi arahnya, mengembangkan konsepnya serta memperkaya kajiannya.
Dengan kajian psikologi islami, maka akan terjadi penyatuan antara ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui akal dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui wahyu.


DAFTAR PUSTAKA

Taufiq, Muhammad Izzuddin. 2006. Psikologi Islam. Jakarta: Gema Insani.
Jalaludin. 2004. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Shaleh, Abdul Rahman dan Mubib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar
(dalam Perspektif Islam). Jakarta: Prenada Media.

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM




TUGAS
FILSAFAT PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Drs. Moh. Hasyim, MBA













Disusun Oleh :
Nama              : SRI SUDARSINI
NIM                 : 02.7313
Semester        : V (Reguler)


JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
STAIMUS
2011



FILSAFAT PENDIDIKAN

1)   Karena manusia itu mengalami pertumbuhan dan perkembangan, kaitannya sangat erat sekali antara manusia dengan pendidikan. Kita sebagai manusia wajib belajar bagaimana cara mengatasi masalah/problem dalam kehidupan ini, disamping itu kita wajib memiliki ilmu pendidikan agar hidup kita lebih mapan, terarah sesuai dengan tujuan yang kita inginkan, dan juga dapat membuat kita lebih pintar dan semakin berkembang karena manusia juga mempunyai potensi cipta rasa dan karsa.

2)   Faktor lingkungan, karena lingkungan termasuk faktor pendidikan yang terdapat dalam kehidupan kita sehari-hari dan pasti ada dampak. Entah dampak positif/negative dan juga ada masalah-masalah yang harus bisa kita atasi/selesaikan.

3)   Untuk individu dan juga masyarakat, faktor hereditas= faktor keturunan kedua-duanya yaitu duniawi juga akhirat, karena setiap manusia wajib mempunyai ilmu pendidikan, agar bisa berkembang dan pendidikan dapat menentukan kehidupan kita di alam ini secara baik dan teratur sesuai keinginan. Begitupun juga di akhirat nanti pendidikan sangat kita butuhkan.

4)   Semuanya (masing-masing individu), karena pendidikan wajib dilakukan bagi setiap orang.

5)   Jadi semuanya harus seimbang saling keterkaitan/ berhubungan agar kehidupan ini yang kita jalani bisa optimal sesuai keinginan, semuanya harus sama seimbang(intinya).

6)   Hakekat masyarakat itu adalah mempunyai pendidikan dan harus berfilsafat, kita individu dengan masyarakat atau setiap masing-masing orang wajib bersosial/hidup bersama-sama satu dengan yang lainnya dengan saling membantu dan berkesinambungan dan bersosialisasi satu sama lain agar terwujud kehidupan yang baik dan kesejahteraan di dunia ini. Independent yang saling berkaitan dengan lainnya, itu disebut makhluk sosial.

7)   Yaitu manusia yang beribadah kepada Allah SWT dalam rangka fungsi pelaksanaan kekholifahannya di bumi ini. Baik sentralisasi, desentralisasi dan otonomi semuanya saling berkaitan sehingga terwujudlah kehidupan yang baik pula, rukun, aman dan sejahtera. Dan oleh negara  dilakukan pada peraturan-peraturan tersendiri didalamnya. Sedangkan swasta kurang mencakup keseluruhan.

8)   Tanggung jawab lembaga pendidikan (produsen) dengan masyarakat sebagai pengguna jasa adalah dengan cara mengatur/mengolah lahan pekerjaan serta mengkoordinir tempat kerja dengan sebaik-baiknya dengan semaksimal mungkin agar bisa dicapai sesuai yang diharapkan. Dan misalnya juga aktif memberikan peluang pekerjaan yang lebih banyak secara terus menerus dan permanen sehingga pengangguran di negeri ini sedikit demi sedikit akan berkurang. Melakukan pembelajaran sistem pendidikan yang normatif dan merata sesuai aturan yang telah ada.

9)   Sangat perlu diadakan aturan-aturan pemerintah tentang jumlah sekolah kejuruan/sekolah umum, karena dengan adanya aturan yang ada maka sikap kedisiplinan, sifat atau kegiatan semuanya akan menjadi stabil dan baik sesuai yang diharapkan, bila perlu peraturan ditegakkan dengan semaksimal mungkin sehingga proses kegiatan pendidikan dan pembelajaran akan tercipta dengan baik dan maksimal pula. Tahun-tahun sekarang SMK lebih berkwalitas dan dapat menarik perhatian orang/murid dari pada Sekolah Menengah Umum. Itu salah satu dampak positif juga bagi negara kita hubungannya tentang pendidikan.

10)  Harus, karena dengan persiapan maka kegiatan pendidikan akan terwujud baik dan dapat hidup secara layak sesuai denga harapan, kalau tidak ada persiapan maka kegiatan tidak akan berjalan dengan maksimal/baik. Kehidupan anak bisa bermakna terhadap orang lain, itu juga bisa terwujud setelah semuanya dilakukan maka efek/pengaruhya akan tersangkut dengan orang lain karena satu sama lain saling berkaitan dan dampaknya juga akan tercipta kebaikan pula terhadap orang lain, yang terkhusus adalah orang/anak itu selanjutnya baru orang lain.

11)  Untuk memecahkan persoalan-persoalan tersebut, filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan antara lain:
1.   Pendekatan secara Spekulatif ( Spekulative approach ) / pendekatan Reflektif, yaitu memikirkan, mempertimbangkan, membayangkan, menggambarkan.
2.   Pendekatan Normatif (Normative approach) yaitu hukum, ketentuan, aturan yang berlaku di junjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.
3.   Pendekatan analisa konsep (conseptual analisis) setiap orang mempunyai pengertian yang berbeda-beda terhadap/mengenai konsep.
4.   Pendekatan historis yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dan kejadian masa lalu
5.   Pendekatan analisis ilmiah yaitu analisa terhadap realitas kehidupan sekarang yang aktual.
6.   Pendekatan filsafat kritis yaitu mengajukan berbagai pertanyaan filosofis, diusahakan jawabannya secara filosofis pula.

My New Style

My New Style

My Family

My Family
Miyya Kak Cintha and Family

Prambanan In Action

Prambanan In Action

Kakak Miya

Kakak Miya

PKN STAIMUS 2013

PKN STAIMUS 2013
Mahasiswa PKN dan Peserta Lomba TPQ

PKN 2013 STAIMUS

PKN 2013 STAIMUS


Entri Populer