Pengembangan Tujuan, Pendekatan, dan Metode
Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, tujuan,
pendekatan dan metode belajar mengajar memilki peran yang sangat strategis dan
fungsional. Dikatakan strategis karena merupakan “siasat” yang penuh makna
untuk mencapai tujuan. Fungsional berarti memberikan dampak langsung terhadap
pencapaian tujuan.
Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar bukanlah
sekedar aktivitas yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berada dalam
suatu ruangan atau lingkungan, melainkan merupakan suatu interaksi orientasi,
target dan bertujuan yang jelas. Interaksi yang bertujuan itu diciptakan dan
dimaknai guru dalam membentuk lingkungan yang bernilai religious, edukatif, dan
produktif dengan sepenuhnya diabadikan demi kepentingan anak didik dalam
belajar. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban yang inheren bagi guru agar
menjadi pembimbing yang baik, arif dan bijaksana, untuk menciptakan lingkungan
belajar yang nyaman, menyenangkan dan mencerdaskan, sehingga tercipta
lingkungan benar-benar edukatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengembangan tujuan, pendekatan dan
metode pembelajaran?
2. Pendekatan apa saja yang digunakan dalam proses
pembelajaran? khususnya dalam proses pembelajaran PAI !
3. Metode apa
saja yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tujuan, Pendekatan, Dan Metode
Pembelajaran
1) Pengertian Pengembangan Tujuan Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar
adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh
siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Dalam
klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang di sebut juga
dengan tujuan intruksional, merupakan tujuan yang paling khusus.
Tujuan
pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat di definisikan
sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka
mempelajari bahasan tertentu dalam bidang study tertentu dalam satu kali
pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami
karakteristik siswa yang akan melalukan pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan
tujuan pembelajaran itu adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses
belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai
oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran.
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa :
(1) tujuan
pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran;
(2) tujuan
dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik
untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa
perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis.
Hal ini
mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogya nya dibuat
secara tertulis (written plan).
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu (1) perilaku terminal, (2) kondisi-kondisi dan (3) standar ukuran. Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu (1) perilaku terminal, (2) kondisi-kondisi dan (3) standar ukuran. Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Tujuan
pembelajaran harus dirumuskan secara jelas. Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008)
menekankan pentingnya penguasaan guru tentang tata bahasa, karena dari rumusan
tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan proses berfikir guru
yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran.
2) Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum dan Pendekatan lebih menekankan
pada strategi dalam perencanaan.
Roy Killen
(1998) mencatat ada dua pendekatan dalam belajar dan pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan
yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang
berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan,
pendekatan belajar dan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran
induktif.
Penentuan
pendekatan pembelajaran bagi guru jelas harus di landaskan pada nilai-nilai
yang dapat di pertanggungjawabkan, baik secara akademis maupun secara tehnik.
3) Pengertian Metode Pembelajaran
Metode secara
harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai
suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata
‘pembelajaran’ berarti segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses belajar pada pada diri siswa. Jadi metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
belajar pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Metode juga
dapat di artikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi
yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian system pembelajaran
memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran.
Dengan demikan,
salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran
adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan
usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan
kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal. Oleh
karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah
bagaimna memahami kedudukan metoe sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan
kegiatan belajar mengajar yang sama pentingnya dengan komponen-komponen lain
dalam keseluruhan komponen pendidikan.
B. Pendekatan Belajar Mengajar
Berdasarkan
kurikulum atau garis-garis besar Program Pengajaran (GBPP) pendidikan agama
islam SLTP tahun 1994 disebutkan lima macam pendekatan untuk Pendidikan Agama
Islam yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional,
pendekatan rasional dan pendekatan fungsional. Kelima pendekatan tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendekatan Pengalaman
Sebuah
peribahasa mengatakan bahwa experience is the best teacher. Pengalaman adalah
guru yang terbaik. Belajar dari pengalaman adalah belajar tentang realitas dan
merupakan belajar langsung dari setiap peristiwa yang dijalani dan dirasakan
langsung, bukan yang kita hayalkan. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan
oleh segenap potensi seseorang baik fisik maupun psikis. Karena itu, the
prosess of learning is doing reaching undergoing experiencing The product of
learning are all achieved by the learner througt his own activity.
Pendekatan
belajar pengalaman bagi pendidikan agama islam dapat berupa ibadah Qurban
disekolah, melakukan shalat idul fitrri, shalat berjamaah di sekolah, ibadah
puasa, pembagian zakat fitrah dan lain-lain, dengan kewajiban siswa untuk
melaporkan secara tertulis dan kalau perlu menceritakan pengalaman mereka
masing-masing dikelas agar terjadi saling mewariskan, saling belajar dan
masing-masing mencoba untuk menemukan pengalaman masing-masing.
Untuk
pendekatan ini maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain
adalah metode pemberian tugas (resitasi), bermain peran, diskusi dan dialog
mengenai pengalaman keagaman masing-masing siswa.
2. Pendekatan Pembiasaan
Menanamkan
kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang memakan waktu yang
lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya.
Maka menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada awalkehidupan anak merupakan
kunci dan prinsip yang harus di pegang dalam pendidikan, jangan sekali-kali
mendidik anak berbohong, berdusta, tidak disiplin, suka berkelahi, tindakan
asusila dan tidak bermoral, sebab kebiasaan ini akan berlanjut hingga dewasa.
J.B Waston
(1991.29 1) berpendapat bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu
sedikit sekali. Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan, karena
latihan dan belajar. Jadi, dalam masalah kebiasaan ini, aliran behaviorisme
dari J.B Waston dan aliran Empirisme dari john locke lebih dominan di
bandingkan dengan aliran nativisme dari schophenhour.
Bertolak dari pendekatan diatas, maka Pendidikan Agama Islam sangat berkepentingan dengan pendekatan pembiasaan, karena berkaitan dengan ketaatan pada ajaran islam, dengan salah satunya melalui pembiasaan. Dalam pendekatan ini terkadang mengesampingkan pengertian atau pemahaman akan apa yang dilakukannya, tetapi yang di utamakan adalah kebiasan melakukan sesuatu secara istiqomah, sedangkan pengertian dan pemahaman akan muncul pada tahapan-tahapan berikutnya.
Bertolak dari pendekatan diatas, maka Pendidikan Agama Islam sangat berkepentingan dengan pendekatan pembiasaan, karena berkaitan dengan ketaatan pada ajaran islam, dengan salah satunya melalui pembiasaan. Dalam pendekatan ini terkadang mengesampingkan pengertian atau pemahaman akan apa yang dilakukannya, tetapi yang di utamakan adalah kebiasan melakukan sesuatu secara istiqomah, sedangkan pengertian dan pemahaman akan muncul pada tahapan-tahapan berikutnya.
3. Pendekatan
Emosional
Akhir-akhir ini
dunia pendidikan kita mendapatkan angin segar dari Lawrence E Shapiro, penulis
buku mengajarkan Emotional Intelligence pada anak, yang dengan tegas mengakui
pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada anak dengan kedudukan yang
setara dengan kecerdasan intelektual. Kecerdasan Emosional meliputi, empati,
mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian,
kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar
pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat.
Prinsip pemakaian metode dalam pendekatan ini adalah bagaimana agar setiap proses pendidikan mampu melahirkan keseimbangan perkembangan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional sehingga dapat menghasilkan anak didik yang cerdas tetapi memiliki moralitas yang tinggi. Kata B.J. Habibie, “Bangsa kita perlu memiliki otak jerman tetapi berhati Mekah”. Ungkapan ini untuk menunjukan urgensi kecerdasan intelektual dan emosional dikembangkan secara bersamaan.
4. Pendekatan
Rasional
Manusia
merupakan makhluk yang berfikir. Berfikir merupakan ciri dan karakter manusia
yang paling asasi. Dengan berfikir manusia mampu mengembangkan ilmu (science),
pengetahuan (knowledge), dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Menurut Dedi Supriadi (1994,47), kapasitas otak manusia atau kemampuan berfikir manusia yang di tunjukkan dalam memory otaknya mampu menampung satu milyar megabyte informasi. Apabila diperhatikan secara seksama, kekeliruan dalam pengajaran selama ini adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan fungsi-fungsi otak belahan kanan, sedangkan belahan otak kiri terus dijejali kemampuan berfikir ligis, rasional dan linier, sehingga terjadilah ketidak seimbangan. Isi pendidikan yang baik bukanlah yang mengutamakan salah satu fungsi otak, tetapi yang dapat melatih keseimbangan kedua fungsi otak, sebab seperti halnya kreativitas hanya dapat muncul dari adanya perpaduan kedua fungsi tersebut.
5.
Pendekatan Fungsional
Pendekatan
fungsioanal dalam pembelajaran menghendaki adanya proses belajar yang lebih
bersifat pragmatis, praktis dan fungsional. Pragmatis memiliki arti bahwa
kemampuan-kemampuan teoritik yang diperoleh dalam pembelajaran memberikan ruang
bertindak secara realistis, bertindak berdasarkan asis teori yang jelas.
Sedangkan praktis memiliki arti bahwa belajar memiliki arti teknis untuk
melakukan pekerjaan secara fungsional, memiliki makna, bermanfaat, dan memiliki
nilai guna yang dirasakan langsung oleh si pembelajar dalam kehidupan
sehari-hari.
Berbagai jenis
pendekatan dalam pembelajaran merupakan salah satu refleksi guru atas pemahaman
hakekat anak didik dalam memberikan informasi.
C. Macam-Macam Metode Yang Dapat Dipakai Dalam Proses
Pembelajaran
Berikut ini
beberapa metode pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran.
1) Metode Ceramah
Metode ceramah
dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara
lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Metode ceramah
merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau
instruktur. Hal ini selain di sebabakan oleh beberapa pertimbangan tertentu,
juga kartena adanya factor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru
biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak
melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada
guru yang memberikan materi pelajaan melalui ceramah, sehingga ada guru yang
berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada
belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran ekspositori.
Kelebihan dan
kelemahan metode ceramah:
a) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk
dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan
peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti
demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan
suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
b) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan
pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
c) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang
perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
d) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas,
oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggungjawab guruyang memberikan
ceramah.
e) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah agar
menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam,
atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat
menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat
dilakukan.
Disamping beberapa kelebihan diatas, ceramah juga
memilki beberapa kelemahan, di antaranya:
a) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari
ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang
kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang
dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang
dikuasai guru.
b) Ceramah tidak disertai dengan peragaan dapat
mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat
mungkin di sebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannya
guru hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan
auditifnya. Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang
tidak sama.
c) Guru yang memiliki kemampuan bertutur yang baik,
ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi,
walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama
sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran.
Melalui ceramah sangat sulit untuk mengetahui apakah
seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
2) Metode Demonstrasi
Metode
Demonstrasi di gunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat
sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan sesuatu, membandingkan
sesuatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran
sesuatu.
Metode
demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian,
demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun
dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi
pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi
pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Tujuan pokok
penggunaan ini dalam proses pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian
konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya
sesuatu.
Sebagai suatu
metode pembelajaran demonstrasi memiliki benerapa kelebihan diantaranya:
a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan
dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang
dijelaskan.
b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa
tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan
memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Kelemahannya:
a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang sangat
matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga bisa
menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
b. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-baahn dan
tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan
yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan
guru yang khusus, sehingga guru di tuntut untuk professional.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi
adalah pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan
utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan (Killen,1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat
mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Dilihat dari
pengorganisasian materi pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip
dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi. Kalau
metode ceramah atau demonstrasi materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian
rupa sehingga guru tinggal menyampaikannya, maka tidak demikian halnya dengan
metode diskusi. Pada metode ini bahan atau materi pembelajaran tidak
diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa,
materi pembelajaran ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri, oleh karena
tujuan utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar, tetapi yang lebih
penting adalah proses belajar.
Secara umum ada
dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama
diskusi kelompok, diskusi ini dinamakan diskusi kelas. Pada diskusi ini
permasalahan yang disajikan oleh guru di pecahkan oleh kelas secara
keseluruhan.
Dan yang
mengatur jalannya disjusi itu adalag guru sendiri. Kedua, diskusi kelompok
kecil. Siswa di bagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok di bagi 3-7
orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah
dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan submasalah yang
disampaikan guru, dan proses diskusi diakhiri dengan laporan kelompok.
Kelebihan dari
metode diskusi adalah:
a. Metode
diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b. Dapat
melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan.
c. Dapat
melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.
Selain itu diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Kelemahannya:
a. Sering
terjadi pembicartaan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki
keterampilan berbicara.
b.
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi
kabur.
c. Memerlukan
waktu yang cukup panjang
d. Dalam
diskisi sring terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak
terkontrol. Akibatnya kadang2 ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat
mengganggu iklim pembelajaran.
4. Metode Simulasi
Simulasi
berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
beljar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip
atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar
engan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin
yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin
yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian
juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa,
penggunan simulasi akan sangat bermanfaat.
Adapun
bentuk-bentuk simulasi adalah:
a. Peer teaching
Latihan atau
praktek mengajar, yang menjadi siswanya adalah temannya sendiri, tujuannya
untuk memperoleh keterampilan dalam mengajar.
b. Sosiodrama
Sandiwara atau
dramatisasi tanpa bahan tertulis tanpa latihan terlebih dahulu, dan tanpa menyuruh
anak menghafal sesuatu.
c. Psikodrama
Permainan
peranan yang dilakukan, dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan self concept. Dan
psikodarma di gunakan untuk kebutuhan terapi.
d. Simulasi game
Permainan
bersaing untuk mencapai tujuan tertentu dengan menaati peraturan-peraturan yang
di tetapkan. Misalnya permainan ular tangga, catur,dan lain-lain.
e. Role Playing
Situasi suatu
masalah yang diperagakan secara singkat, dengan tekanan utama pada karakter
atau sifat orang-orang, kemudian di ikuti oleh diskusi tentang masalah yang
baru di peragakan tersebut. Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah dan agar
memperoleh kesempatan untuk merasakan perasan orang lain.
5. Metode tanya jawab
Metode Tanya
jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyan yang harus di
jawab, terutama dari guru pada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
Metode tanya
jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan
pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir.
Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berfikir dan membimbing siswa dalam
mencapai kebenaran.
Kemampuan
berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok-pokok pikirannya dapat
terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi
siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar.
Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses
pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
6. Metode belajar kooperatif
Dalam metode
ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri
dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok
ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu.
Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif
model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk
disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
7. Metode ekspositori atau pemeran
Metode
ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi
atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk
membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
8. Metode karyawisata/widyamisata
Metode
karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari
materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas
dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi
karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan
persiapan yang tidak sebentar.
Alasan
penggunaan metode ini antara lain adalah karena objek yang akan dipelajari
hanya ada ditempat objek itu berada. Selain itu pengalaman langsung pada
umumnya lebih baik dari pada tidak langsung. Beragam manfat atau faedah yang
dapat dipetik dari kegiatan karyawisata, diantaranya: menyegarkan tubuh,
menambah kesehatan, melatih anak-anak agar kuat, mampu menahan dahaga dan
lapar, dan lain-lain.
9. Metode penugasan
Metode
penugasan adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas
tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa
mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya.
Metode ini
berarti juga guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih
banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan
mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dalam metode ini sulit mengawasi
mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
10.Metode eksperimen
Metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan
melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal dari pada
hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan
sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.
Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
11.Metode bermain peran
Pembelajaran
dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah-olah berada
dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep.
Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih
memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
12.Brain storming
Dalam Metode
ini disajikan sebuah soal. Lalu para peserta / siswa diajak untuk mengajukan
ide apapun mengenai soal itu, tidak peduli seaneh apapun ide itu. Ide-ide yang
aneh tidak ditolak secara apriori, tetapi dianalisis, disintesis, dan dievaluasi
juga.
13.Metode tutorial
Metode ini
diberikan bantuan tutor. Setelah siswa diberikan bahan ajar, kemudian siswa di
mintai untuk mempelajari bahan ajar tersebut pada bagian yang dirsakan sulit,
siswa dapat bertanya kepada tutor.
DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosda Karya.1995
M. sobry
Sutikno, belajar dan
pembelajaran, prospect. 2008 : Bandung.
Pupuh Faturrahman, strategi belajar mengajar suatu pendekatan baru dan praktis, Tunas nusantara,Bandung 2001
Pupuh Faturrahman, strategi belajar mengajar suatu pendekatan baru dan praktis, Tunas nusantara,Bandung 2001
H.S.Witherington
dan W.H. Burton, 1986,57 Roestiyah.
Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. 1991
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan, Jakarta: kencana.2009