18 Agustus 2011

Sunan Ampel

SUNAN AMPEL

Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat, diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Menurut Encyclopedi Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles : mengatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya ( kota Wonokromo sekarang).

Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari sebelah ibu. Tetapi, dari ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung dari Ahmad Al-Muhajir, Hadhramaut. Bermakna termasuk keluarga besar Saedah Ba Alawi

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Merka dikaruniai 4 orang anak, yaitu :
1.    Puteri Ageng Maloka
2.    Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang)
3.    Syarifuddin (Sunan Drajat)
4.    Syarifah, yang merupakan isteri dari Sunan Kudus.

Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.

Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah.

Raden Rahmad atau Sunan Ampel yang menjadi perencana dari kerajaan islam pertama dijawa yang berkedudukan di Glagah Wangi kemudian berganti nama menjadi Bintoro Demak, dengan mengangkat Raden Patah sebagai Sultannya yang pertama.  Sultan pertamanya diberi gelar : Sultan Alam Akbar Al Fatah. Negara baru di Demak itu adalah hasil rencana dari Sunan Ampel. Semasa hidupnya beliau ikut serta mendirikan Masjid Agung Demak yang dibangun kira-kira pada tahun Saka 1401 atau kira-kira bertepatan dengan tahun Masehi 1479. Adapun kota demak letaknya disebelah selatan kota Kudus, jarak 25 km jauhnya.

Akan tetapi ada pula yang berpendapat bahwa berdirinya Masjid Demak adalah berdasarkan Candrasengkala yang berbunyi : “ Kori Trus Gunaning Janmi “ yang artinya adalah tahun saka 1399 atau bertepatan dengan tahun 1477 Masehi.

Pendapat Sunan Ampel terhadap berbagai masalah kepercayaan adat istiadat masyarakat kiranya dapatlah kita ketahui dari hasil pada permusyawarahan para wali. Pada waktu itu Sunan Kalijaga mengusulkan agar adat istiadat jawa seperti Selamatan, Bersesaji itu memasuki rasa Ke-Islam-an, maka Sunan Ampel-pun bertanyalah :

Apakah tidak mengkhawatirkan dikemudian hari ? bahwa adat istiadat dan upacara-upacara lama itu nanti akan dianggap sebagai ajaran islam, sebab kalau demikian nanti apakah hal ini tidak akan menjadikan bid’ah?”

Pertanyaan Sunan Ampel tersebut kemudian dijawab oleh Sunan Kudus :

“ Saya setuju dengan pendapatnya Sunan Kalijaga, sebab menurut pelajaran agama Budha itu ada persamaannya dengan ajaran Islam, yaitu orang kaya harus menolong kepada fakir miskin. Adapun mengenai kekhawatiran tuan ( Sunan Ampel ) saya mempunyai keyakinan bahwa dikemudian hari akan ada orang Islam yang akan menyempurnakannya.”

Pada pertengahan abad ke-15 pesantren menjadi pusat pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara. Ajaran Sunan Ampel yang terkenal adalah filsafah Mo Limo, Mo artinya ora gelem ( tidak mau ) dan Limo artinya perkara lima.

Jadi maksud Mo Limo ialah tidak mau melakukan perkara Lima yang terlarang yaitu :
1.       Emoh Main ( tidak mau judi );
2.       Emoh Ngombe ( tidak mau minum-minuman yang memabukkan atau minuman keras );
3.       Emoh Madat ( tidak mau minum atau menghisab candu atau ganja );
4.       Emoh Maling ( tidak mau mencuri );
5.       Emoh Madon ( tidak mau berzina ).

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak. Dan dimakamkan di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kotamadya Surabaya, Jawa Timur. Karena letaknya ditengah kota, Makam Sunan Ampel mudah dijangkau oleh kendaraan Roda Empat Maupun roda Dua.Tempat ini banyak didatangi para peziarah yang ingin berkunjung ke makam Sunan Ampel.

Makam Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel, terletak di belakang masjid. Untuk mencapai makam harus melewati sembilan gapura, sesuai arah mata angin, yang melambangkan wali songo atau sembilan wali. Tiga gapura merupakan bangunan asli peninggalan Sunan Ampel.

Makam Sunan Ampel bersebelahan dengan makam istri pertamanya, Nyai Condrowati, yang merupakan keturunan Raja Brawijaya Lima. Di komplek makam Sunan Ampel ini terdapat juga makam para pengawal dan santri-santri Sunan Ampel. Diantaranya Mbah Saleh, Mbah Bolong.

Keunikan dan nilai sejarah masjid ini terletak pada 16 tiang penyangganya yang terbuat dari kayu jati berukuran 17 meter tanpa sambungan.Tiang penyangga ini hingga kini masih kokoh, padahal umurnya sudah lebih dari 600 tahun.

Di tiang penyangga terdapat ukiran-ukiran kuno peninggalan zaman Majapahit yang bermakna Keesaan Tuhan. Masjid ini memiliki 48 pintu yang masih asli, dengan diameter satu setengah meter, dan tinggi dua meter.

Bangunan lain yang menjadi ciri khas masjid ini adalah menara setinggi 50 meter. Dahulu, menara ini berfungsi sebagai tempat azan. Di sebelah menara terdapat kubah berbentuk pendopo jawa, dengan lambang ukiran mahkota berbentuk matahari, yang merupakan lambang kejayaan Majapahit.

Di tempat ini juga terdapat sumur bersejarah. Namun kini sudah ditutup dengan besi.Air sumur ini dipercaya memiliki kelebihan seperti air zamzam di Mekkah. Khasiatnya beragam, diantaranya dipercaya dapat menjadi obat. Para peziarah sering membawa air ini sebagai oleh-oleh.


DAFTAR PUSTAKA

Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar terjemahan dalam Bahasa Malaysia oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang / Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My New Style

My New Style

My Family

My Family
Miyya Kak Cintha and Family

Prambanan In Action

Prambanan In Action

Kakak Miya

Kakak Miya

PKN STAIMUS 2013

PKN STAIMUS 2013
Mahasiswa PKN dan Peserta Lomba TPQ

PKN 2013 STAIMUS

PKN 2013 STAIMUS


Entri Populer