BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam
tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam
pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa
pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa,
tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri.
Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi
yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student
centered). Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi
sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau pebelajar sebaiknya secara
aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala
sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul,
selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai
sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio,
televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar,
termasuk alam sekitar).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian media pembelajaran ?
2. Apa fungsi dan manfaat media dalam proses pembelajaran PAI ?
3. Apa saja ruang lingkup materi dan urgensinya dalam proses pembelajaran PAI ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengetian media pembelajaran
2. Mengetahui fungsi dan manfaat media dalam proses pembelajaran PAI
3. Memgetahui ruang lingkup materi dan urgensinya dalam proses pembelajaran PAI
1. Mengetahui pengetian media pembelajaran
2. Mengetahui fungsi dan manfaat media dalam proses pembelajaran PAI
3. Memgetahui ruang lingkup materi dan urgensinya dalam proses pembelajaran PAI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut asal
katanya, media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pesan moral dari pengirim ke penerima pesan.
Ada beberapa tokoh yang mengartikan media, seperti: Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Briggs menyatakan bahwa media adalah alat untuk memberikan perangsang bagi siswa untuk belajar, contoh: buku, kaset, film dan film bingkai. Anderson, dalam pemilihan dan pengembangan media pembelajaran mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Sedangkan menurut Sudarwan Danim, dalam media komunikasi pendidikan, mendefinisikan media pengajaran sebagai seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.
Ada beberapa tokoh yang mengartikan media, seperti: Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Briggs menyatakan bahwa media adalah alat untuk memberikan perangsang bagi siswa untuk belajar, contoh: buku, kaset, film dan film bingkai. Anderson, dalam pemilihan dan pengembangan media pembelajaran mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Sedangkan menurut Sudarwan Danim, dalam media komunikasi pendidikan, mendefinisikan media pengajaran sebagai seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.
Dari beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang fikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada diri siswa. Di samping itu media bukan hanya sekedar sebagai alat bantu
mengajar, tetapi lebih merupakan alat bantu penyalur pesan kepada siswa dan
dengan media, peranan guru akan berubah yang semula sebagai penyaji menjadi
sebagai pengelola kegiatan belajar.
B. Fungsi dan Manfaat Media dalam Proses Pembelajaran PAI
Efektivitas
proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode
dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, dimana
pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan
digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian diantara keduanya untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu
diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran,
karakteristik pembelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari
pembelajar. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama
media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemanfaatan
media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,
meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh
secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya diungkapkan bahwa
penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses
pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu.
Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan
pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini
dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar
mengajar.
Tetapi Levi
& Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media
visual, yaitu:
1)
Fungsi atensi,
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual
yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2)
Fungsi afektif,
media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan sisiwa ketika belajar (atau
membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi
dan sikap siswa.
3)
Fungsi
kognitif, media visual dapat terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
menggungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mrngingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4)
Fungsi
kompensatoris, media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pengajaran untuk mengakomodasikan siswa yang
lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks
atau disajikan secara verbal.
Sedangkan
manfaat media pengajaran lebih rinci menurut Ely (1979) adalah sebagai berikut:
1)
Meningkatkan
mutu pendidikan dengan jalan mempercepat rate of learning; membantu guru untuk
untuk menggunakan waktu belajar secara lebih baik, mengurangi beban guru dalam
menyajikan informasi, aktivitas guru lebih banyak difokuskan untuk meningkatkan
kegairahan anak didik.
2)
Memberi
kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan memperkecil
atau mengurangi kontrol guru yang tradisional dan kaku, memberi kesempatan luas
kepada anak didik untuk berkembang menurut kemampuannya, memungkinkan mereka
belajar menurut cara yang dikehendaki.
3)
Memberi dasar
pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan menyajikan/merencanakan program
pengajaran secara logis dan sistematis, mengembangkan kegiatan pengajaran
melalui penelitian, baik secara pelengkap maupun sebagai terapan.
4)
Pengajaran
dapat dilakukan secara mantap dikarenakan meningkatnya kemampuan manusia
sejalan dengan pemanfaatan media komunikasi, informasi dan data dapat disajikan
lebih konkret dan rasional.
5)
Meningkatkan
terwujudnya immediacy of learning karena media teknologi dapat menghilangkan
atau mengurangi jurang pemisah antara kenyataan di luar kelas dengan kenyataan
yang ada di dalam kelas, memberikan pengetahuan langsung.
6)
Memberikan
penyajian pendidikan lebih luas, terutama melalui media massa, dengan jalan memanfaatkan
secara bersama dan lebih luas peristiwa-peristiwa langka, menyajikan informasi
yang tidak terlalu menekankan batas ruang dan waktu.
Adapun menurut Arif S. Sadiman dkk, dalam bukunya media pendidikan
pengertian, pengembangan dan pemanfaatan, kegunaan media pendidikan dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1)
Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan saja)
2)
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti materi al-Qur’an Hadis dapat
menggunakan kaset/tape.
3)
Dengan
menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap
pasif anak didik agar menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi
yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, dan
memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4)
Dengan sifat
yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang
berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap
siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan jika semua harus diatasi
sendiri apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda,
maka dengan media masalah ini dapat teratasi yaitu menimbulkan persepsi yang
sama.
C.
Ruang Lingkup
Materi dan Urgensinya dalam Proses Pembelajaran PAI
Dalam
tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam
pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan
tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi
pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang
lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student
centered). Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi
sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau pebelajar sebaiknya secara
aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala
sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul,
selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai
sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio,
televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar,
termasuk alam sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996).
Banyak batasan
tentang media, Association of Education and Communication Technology (AECT)
memberikan pengertian tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini terkandung
pengertian sebagai medium (Gagne, et al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur
hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar -siswa dan
isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa
dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang
paling canggih dapat disebut sebagai media. Heinich, et.al., (1993) memberikan
istilah medium, yang memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan di atas
yaitu sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Dalam dunia
pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan
secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan
(pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan
penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat
berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal .
Berdasarkan
batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan
hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar
ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di
dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Posisi Media
Pembelajaran
Bruner (1966)
mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus belajar, seperti: enactive
(pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar), dan symbolic
(pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta perubahan
sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman baru
dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai
ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana mencangkok. Dalam
tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara
langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic,
pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman
video. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat membaca
atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat orang mencangkok
atau dengan pengalamannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar sebaiknya diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera pebelajar. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam hal ini adalah suatu “perantara” yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar) dan sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi yang efektif .
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar sebaiknya diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera pebelajar. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam hal ini adalah suatu “perantara” yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar) dan sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi yang efektif .
Karakteristik
Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely
mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan media
pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampu
atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri media
pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002) adalah: a) ciri fiksatif, yang
menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) ciri manipulatif, yaitu kamampuan
media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi
masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi
kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang
lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau
sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar
diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut; c) ciri
distributif, yang menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau
kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada
sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Macam-macam
Media Pembelajaran
Media grafis
(visual). Pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini merupakan
penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan melibatkan rangsangan indera
penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat kongkret, dapat
mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang
masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah
mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki ciri abstrak (pada jenis
media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses, terkadang menggunakan
simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik), dan mengandung pesan yang
bersifat interpretatif .
Media audio.
Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang
disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal dan/atau
non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Secara umum media
audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas),
pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya, dapat mengembangkan
daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah
kekurangan guru, sifat komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk
pengajaran musik dan bahasa, dan pesan/informasi atau program terikat dengan
jadwal siaran (pada jenis media radio) .
Media proyeksi
diam. Beberapa jenis media yang termasuk kelompok ini memerlukan alat bantu
(misal proyektor) dalam penyajiannya. Ada kalanya media ini hanya disajikan
dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik umum
media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara
serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah
(praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera, menyajikan
obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan visual saja), terkadang
dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media
grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar
secara berkelompok atau individual, praktis dipergunakan untuk semua ukuran
ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan praktek secara terpadu, menggunakan
teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat untuk menampilkan obyek/kejadian
tertentu (terutama pada jenis media film), dan media film lebih realistik,
dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb., sesuai dengan kebutuhan.
Media permainan dan simulasi.
Media permainan dan simulasi.
Ada beberapa
istilah lain untuk kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan
permainan peran, atau permainan simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat
dikelompkkan ke dalam satu istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990). Ciri atau
karakteristik dari media ini adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam
proses belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol
adalah aktivitas interaksi antar pebelajar, dapat memberikan umpan balik
langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam
situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk
berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit
saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi
keterbatasan pebelajar yang sulit belajar dengan metode tradisional, dan dalam
penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar