3 Januari 2012

Psikologi Perkembangan



USIA SATU SAMPAI DENGAN EMPAT TAHUN

1.    Perkembangan sesudah tahun pertama
Perkembangan sesudah tahun pertama ditandai oleh beberapa proses-proses yang sangat fundamental. Misalnya perkembangan sosial dan perkembangan keperibadiaan ditandai oleh perkembangan tingkah laku lekat. Dalam periode ini terjadi kemajuan yang sangat pesat. Apa yang ada sebagai suatu kemungkinan pada permulaan periode ini, dapat dilihat pada akhir periode tersebut suatu kenyataan.
Kemajuan-kemajuan itu adalah :
1.      Pada permulaan periode ini anak bisa duduk berdiri dan berjalan dengan bantuan
2.      Pada anak usia 4 tahun maka tangan dan mata bekerja sama dalam keerdinasi yang baik. Pada usia itu tangan anak merupakan alat untuk mengadakan eksplorasi keliling yaitu melalui manipulasi dengan benda-benda, terutama alat-alat permainan dan benda-benda sehari-hari
3.      Pada usia 4 tahun anak sudah dapat berbahasa ia dapat mengambil bagian secara aktif dalam percakapan di rumah
4.      Anak memperoleh pengertian banyak mengenai benda-benda menurut warna dan bentuknya,ia mengerti nama benda-benda dan dapat menanyakan nama benda yang belum diketahuinya.
5.      Ia mengerti perbedaan antara siang dan malam, ia sudah menguasai serangkaian tugas-tugas seperti : menyisir rambut, mengenakan baju, mengambil barang sesuatu dari almari, melipat serbet dan sebagainya.
6.      Anak sudah dapat membuat rencana, memikirkan apa yang akan dilakukannya dalam batas-batas tertentu anak sudah mempunyai suatu perspektif masa depan
7.      Ia sudah mengiginkan dapat bergaul secara aktif dengan mereka, sudah mampu untuk bermain bersama dengan anak-anak sebaya dan memperhatikan aturan-aturan yang ada.

2.    Permanensi obyek dan konstansi besar dan bentuk
Seorang bayi dalam minggu-minggu pertama untuk dapat mengamati realitas secara akurat adalah konstansi besar dan bentuk. Kemampuan akan konstansi besar dan bentuk adalah hal yang sangat penting bagi anak tetek, sebab hal itu berarti bahwa ia tidak perlu mengkonstruksi gambaran-ganbaran baru bagi obyek.

3.    Perkembangan fisik dan psiko-motorik
Di muka telah dikemukakan bahwa perkembangan anak antara akhir tahun pertama dan tahun ke empat terjadi dengan kemajuan-kemajuan yang pesat. Proporsi badan dan jaringan urat daging dapat dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima. Sekitar tahun kelima mulailah apa yang disebut “ Gestaltwandel” pertama (Zeller, 1936) . hal ini berarti bahwa anak yang sampai sekarang mempunyai kepala yang relatif  besar dan anggota badan yang pendek akan mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang.

4.    Perkembangan kepribadian dan perkembangan osial
·         Tingkah laku lekat sesudah umur satu tahun
Tingkah laku lekat pada bagian kedua tahun pertama yang tertuju pada satu orang, segera akan tertuju juga pada orang-orang lain disekitarnya. Tingkah laku lekat merupakan kecenderungan dasar pada anak yang sudah ada sebelum proses-proses belajar dapat terjadi. Dalam hubungan yang dyadis yang merupakan sifat khas hubungan antara ibu (pengasuh) dan anak, maka tingkah laku lekat dapat dipandang sebagai “sifat yang struktural dari hubungan ibu dan anak “ ( Hartup 1973, h. 17 ).
Sampai sekarang maka pendapat-pendapat yang dikemukakan baru mengenai pendapat-pendapat tentang tingkah laku lekat pada tahun pertama , dalam hal ini ada dua teori :
1.      Teori differensiasi dan
2.      Teori paralel
·         Teori differensiasi
Teori ini berdasarkan pendapat Bowlby (1951). Sejak lama kelekatan dan ketergantungan dianggap mempunyai arti yang sama. Kenyataan dua hal ini sangat berbeda satu sama lain. Pada kelekatan maka anak mencari kontak sosial tetapi juga suatu sikap penuh kehangatan dan kasih sayang

5.    Teori paralel
Dalam meninjau teori ini perlu kiranya untuk meninjau teori maccoby dan Masters (1970). Maccoby, Masters dan Hartup berpendapat bahwa anak sesudah umur satu tahun segera akan menunjukkan tingkah laku lekatnya terhadap orang-orang dewasa maupun pada anak-anak sebaya yang lain.
Kelekatan anak pada anak-anak sebaya dapat memberikan banyak pengaruh terhadap pelajaran tingkah laku anak.
Contoh-contoh mengenai hal ini dapat dikemukakan antara lain :
a.       Pada waktu salah seorang penulis mengantarkan sekelompok anak ke Taman kanak-kanak (yang dilakukan setiap pagi selama beberapa bulan) selalu terdengar percakapan mengenai salah seorang anak yang kebetulan tidak ada pada waktu itu.
b.      Hubungan-hubungan yang funfsional di antara anak-anak yang ada dalam permainan mempunyai sifat yang lain daripada sifat hubungan anak dengan orang dewasa.
c.       Harlow (1971) mengadakan penelitian terhadap sejumlah kera  Rhesus untuk mengerti seberapa jauh berbagai cara asuhan dapat mempengaruhi tingkah laku mereka.

6.    Egosentrisme
Egosentrisme adalah pemusatan pada diri sendiri dan merupakan suatu proses dasar yang banyak dijumpai pada tingkah laku anak, pengamatan anak banyak ditentukan oleh pandangannya sendiri, anak juga belum mempunyai orientasi mengenai pemisahan subyek-obyek perasaan dan pandangan masih terpusat pada diri sendiri.
Pada waktu sekarang dibedakan antara enam macam bentuk egosentrisme (lihat looft, 1972). Piaget dan inhelder hanya membedakan antara tiga macam bentuk egosentrisme yang berhubungan dengan tiga tingkat perkembangan yang pertama (stadium senso-motorik, pra-operasional dan operasional konkrit)
1.      Egosentrisme dalam stadium senso-motorik
0-18 bulan stadium ini ditandai oleh kenyataan bahwa anak hampir tidak mampu untuk mengadakan differensi antara dirinya sendiri dan dunia luar.
2.      Egosentrisme dalam stadium pra-operasional
± 18 bulan – tahun ke 6. Fase ini ditandai dengan kemampuan anak untuk bekerja dengan tanggapan-tanggapan ia sudah memiliki pengertian obyek. Misalnya bila ia berkata “kursi” hal ini dapat mempunyai arti yang macam-macam seperti “ayah harus duduk di kursi ini“
3.      Egosentrisme dalam stadium operasional konkrit
± 6 – 11 tahun Elkind telah banyak membicarakan tentang hal ini anak belum mampu untuk membedakan antara hasil cipta mentalnya sendiri dengan hal-hal yang nyata.
4.      Egosentrisme pada remaja
Menurut piaget anak umur 11 tahun yang dapat mengadakan operasi-operasi formal serta dapat berfikir secara hipotetiko-deduktif sekarang juga mampu untuk menganalisa fikirannya sendiri dan mampu untuk mengerti jalan gikiran orang lain.
5.      Egosentrisme pada orang dewasa
Di sini sukar untuk menentukan umur yang tepat karena sampai sekarang hampir tidak ada penelitian mengenai hal itu.
6.      Egosentrisme pada orang tua
Penelitian yang mengenai orang tua yang mengungkap akan egosentrisme juga masih langka, tetapi sudah pernah diadakan penelitian mengenai regresi kognitif, penyempitan relasi-relasi sosial dan rigiditas. Ketiga aspek tersebut mempunyai hubungan yang langsung dengan egosentrisme.

7.    Tingkah laku pengambilan peran
Pengambilan peran merupakan proses sosial dan proses kognitif yang menunjukkan bahwa kita dapat menenpatkan diri kita pada motif-motif, perasaan, fikiran dan tingkah laku orang lain.yang penting disini adalah untuk memahami proses-proses internal orang lain seperti kemampuan-kemampuan emosional, persepsual, motif-motif dan maksud-maksudnya, lepas dari perspektif diri sendiri dan masuk dalam perspektif, perasaan dan motif orang lain. Hal ini merupakan kemampuan untuk meramalkan apa yang dilihat orang lain mengenai obyek-obyek yang sama, dilihat dari pendangan perspektif yang berbeda. Dalam prakteknya sukar untuk memisahkannya, meskipun secara teoretis ada manfaatnya.

8.    Belajar model
Belajar model adalah belajar menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, dilakukan secara sadar atau tidak. Menuru “teori belajar sosial” (bandura dan walters, 1963) maka sesuatu tingkah laku dapat dipelajari melalui “melihat” saja. Yang penting ialah bahwa tindakan-tindakan model tadi harus dapat berhasil dan bahwa antara model dan anak harus ada sesuatu persamaan tertentu.




 






 





Pengambilan peran : dapat menempatkan diri dalam perasaan, pandangan dan motif-motif orang lain.
Belajar model : “mengambil alih dan melakukan “tingkah laku orang lain yang dilihat”.

9.    Periode pembangkangan – fase kepala batu
Anak-anak yang tidak menunjukkan pembangkangan pada periode tersebut mengalami bahaya untuk berkembang menjadi pribadi yang terganggu.
1.      Frekuensi : frekuensi tingkah laku pembangkangan per hari dapat dikatakan tidak banyak (± 5 ) dalam keluarga biasa.
2.      Orang-orang yang dapat memancing pembangkangan  90 %  adalah orang-orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua 10 % adalah anak-anak sebaya.
3.      Penyebab : penyebab reaksi pembangkangan dapat dilukiskan secara singkat sebagai berikut: anak sedang melakukan sesuatu, biasanya sedang asyik bermain, kemudian mendapatkan perintah untuk melakukan sesuatu yang lain.
4.      Reaksi : reaksi pembangkangan merupakan tingkah laku reflek semu, suatu cetusan affek yang tidak ditujukan pada seseorang.
5.      Lama waktu : reaksi-reaksi pembangkangan biasanya hanya berlangsung beberapa menit saja: kadang-kadang ada periode laten.
6.      Umur : pada anak-anak normal pembangkangan sudah mulai sekitar 1 tahun.
7.      Perbedaan jenis kelamin : tidak ada bentuk-bentuk pembangkangan yang spesifik antara anak laki-laki dan anak wanita. Pembangkangan memang lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada anak wanita dan juga berlangsung lebih lama;
8.      Waktu dilakukan pembangkangan dalam sehari; reaksi yang terbanyak dilakukan antara 11 dan 13. Waktu ini adalah waktu-waktu anak merasa lapar dan hal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar.
9.      Hubungan antara periode pembangkangan dengan perkembangan anak selanjutnya.
-          Pola-pola pembangkangan yang menetap sesudah usia 3 tahun dapat terjadi oleh pendidikan yang sangat tidak konsekuen.
-          Arti tingkah laku pembangkangan berhubungan dengan kemampuan penguasaan keliling yang lebih baik.
Dalam penelitian-penelitian mengenai tingkah laku pembangkangan ini juga dikemukakan bahwa reaksi-reaksi ini tidak diketemukan pada anak-anak yang bodoh. Inti penyebab reaksi pembangkangan ini adalah fungsinya dua hal yang diskrepan pada diri anak: yaitu diskrepan antara apa yang dikehendaki anak dengan apa yang dimengertinya secara intelektual.sebetulnya hal ini berhubungan dengan penyempitan pengamatan realita. Egosentrisme disini merupakan latar belakang strukturalnya: anak belum memiliki kemampuan intelektual yang cukup untuk menilai realita dengan betul dan bertindak sesuai dengan realita tadi. Bentuk aksi dan reasi yang mempunyai latar belakang egosentrisme ini dapat dijumpai pada tingkatan usia yang berbeda-beda dalam bentuk yang berbeda-beda pula.

10. Permainan dan tingkah laku bermain
Tugas-tugas dan tanggung jawab tidak memberi tempat lagi bagi permainan. Pemisahan yang ketat antara “waktu bermain” dan “waktu belajar” ini dapat berhubungan dengan tingkat-tingkat usia tertentu tidak akan dilakukan dalam tulisan psikologi sepanjang hidup.
Berdasarkan analisa fenomenologis maka Buytendijk menemukan ciri-ciri permainan sebagai berikut :
1.      Permainan adalah selalu bermain dengan sesuatu
2.      Dalam permainan selalu ada sifat timbal balik, sifat interaksi
3.      Permainan berkembang, tidak statis malainkan dinamis, merupakan proses dialektik yaitu fase-antetese-sintese
Karena proses yang berputar ini, dapat dicapai suatu klimak dan mulailah prosesnya dari awal lagi.
4.      Permainan juga ditandai oleh pergantian yang tak dapat diramalkan lebih dahulu, setiap kali dipikirkan suatu cara yang lain atau dicoba untuk datang pada suatu klimak tertentu,
5.      Orang bermain tidak hanya bermain dengan sesuatu atau dengan orang lain, melainkan yang lain tadi juga bermain dengan orang yang bermain itu,
6.      Bermain menuntut ruangan untuk bermain dan menuntut aturan-aturan permainan.
7.      Aturan-aturan permainan membatasi bidang permainannya.
Istilah-istilah yang dipakai berbeda namun esensinya sama .
1.      “reframing” atau “memberikan isyarat” adalah ciri struktur yang pertama dari permainan. Orang-orang saling memberikan isyarat (misalnya : mengangkat tangan, senyum, intonasi yang lain) sebelum permainan dimulai.
2.      “reversal” atau “ pemutar balikan” merupakan ciri struktur yang kedua dari permainan.
3.      “abstraksi prototype” merupakan ciri selanjutnya dari permainan.
4.      Suatu ciri yang spesifik adalah “tema dan variasi” permainan selalu merupakan  suatu variasi mengenai suatu tema.
5.      Kebanyakan alat permainan adalah imitasi kenyataan. Misalnya “ sifat kecilnya” permainan mobil-mobilan memungkinkan anak untuk berbuat seakan-akan menjalankan mobil yang sesungguhnya.
Dengan ulangan yang siklis (berputar), yaitu selalu melakukan hal yang sama, meskipun dengan variasi-variasi tertentu, timbullah kesan seakan-akan orangnya sendiri dapat menentukan batas-batas ruang dan waktu.
Pelukisan spesiman yaitu membuat laporan cerita yang kontinu mengenai semua tingkah laku anak dan semua yang terjadi di sekeliling anak dalam suatu periode waktu tertentu.









Gambaran skematis mengenai kontinum bermain – tidak bermain dalam hubungan dengan kejemuan, keadaan senang dan keadaan tegang
 
 














Ciri-ciri struktural permainan yang bermacam-macam telah ada dalam interaksi ibu-anak ini merupakan dasar permainan di kemudian hari, baik permainan seorang diri maupun dengan anak-anak sebaya.
Di samping perlindungan dan situasi maka kesempatan untuk eksplorasi merupakan persyaratan yang penting bagi permainan. Terhadap pertanyaan : “ apakah benda ini atau apakah orang itu ?” bila tingkah laku menyelidiki ini telah menghasilkan pengertian-pengertian tertentu, berobahlah tingkah laku anak dan pertanyaan yang timbul sekarang adalah : “apakah yang dapat saya perbuat dengan benda atau orang itu “.

11. Konsekuensi-konsekuensi permainan
Disamping fungsi komponsasi dan melonggarkan maka permainan juga mempunyai sumbangan penting pada proses kreatif seseorang. Kreativitas berarti bahwa seseorang dapat bertindak  “ mencipta” dan berhubungan dengan kelilingnya dengan cara yang khas untuknya.
Penelitian mengenai permainan pada anak-anak membuktikan bahwa permainan dapat memajukan aspek-aspek perkembangan seperti motorik, kreativitas, kecakapan-kecakapan sosial dan kognitif dan juga perkembangan motivasional dan emosional (lihat Rost, 1981; De Groos, 1980)

12. Bentuk-bentuk permainan
Sejak tinjauan yang sistematis mengenai perkembangan manusia juga diusahakan untuk menentukan hubungan antara berbagai bentuk permainan dengan umur seseorang.

13. Perkembangan dalam sejarah
Menurut Buhler ada tiga macam faktor yang menentukan dalam teori bahasa, yaitu: 1) Appell, 2) Ausdruck, dan 3) Darstellung. Appel berarti bahwa bila kita ingin menyatakan sesuatu harus juga ada orang lain yang dapat dicapai oleh pernyataan tadi.
Berdasarkan ceramah Frank Kessel (28-10-1974) maka perhatian sekitar tahun 1965 tertuju pada hal-hal dan pernyataan-pernyataan di bawah ini:
1.      Bagaimana sintaksis anak, bagaimana struktur tata bahasa kalimat dua kata dan kalimat tiga kata
2.      Bagaimana produksi kata-kata anak, bagaimana hal ini bisa terjadi dan berapa banyak anak dapat mengucapkan kata-kata dalam suatu tingkat umur tertentu
3.      Timbullah pengertian bahwa perkembangan bahasa yang sesungguhnya dimulai sekitar umur 1 ½ tahun dan selesai pada kurang lebih tahun keempat dan kelima. Pertanyaan-pertanyaan mengenai apakah waktu mulai dan waktu selesai ini betul atau tidak merupakan perhatian kebanyakan peneliti.
4.      Kemungkinan-kemungkinan linguistik apa dan struktur semantik apa terdapat pada anak.
5.      Seperti halnya Piaget yang membicarakan mengenai stadium-stadium universal maka dalam perkembangan bahasa juga ingin diketahui apakah ada stadium-stadium yang universal itu dalam bahasa
Sosio-linguist Labov mengemukakan bahwa bangsa yang berbeda juga berbeda dalam bahasanya, bahwa setiap bahasa mempunyai struktur yang berarti dan bersifat informatif. Penting pula untuk menunjuk pada pembedaan yang diadakan oleh sosiolog Inggris Basil Berstein dalam “restricted code” dan “elaborated code”. Bernstein tidak melihat perbedaan ini sebagai perbedaan antara baik dan tidak baik, melainkan sebagai dua macam pemakaian bahasa yang berbeda.
Menurut pandangan yang nativistik atau organismik maka struktur bahasa telah ditentukan secara biologik. Perhatian terhadap pola-pola dasar yang uniform atau yang sama, seperti yang dikemukakan dalam butir 5 pasal sebelumnya, berkurang.
Suara pertama yang dilakukan anak adalah jerit tangis pada waktu dilahirkan. Tangis pertama ini berguna untuk memungkinkan anak dapat bernafas, karena mulai saat itu anak harus bernafas sendiri. Suara-suara yang dikeluarkan anak dapat dibedakan antara suara tangis dan ocehan. Tangis menunjukkan keadaan tak senang sedangkan ocehan menunjukkan rasa senang dan kepuasan. Tangis merupakan “appell” dan ekspresi (dua fungsi bahasa menurut Buhler).
Penelitian bahasa pada umumnya dibedakan antara:
a.       Perkembangan fonologis – penguasaan sistem suara/bunyi
b.      Perkembangan morfologis – penguasaan pembentukan kata-kata
c.       Perkembangan sintaksis – penguasaan tata bahasa
d.      Perkembangan leksikal – penguasaan dan perluasan kekayaan kata-kata serta pengetahuan mengenai arti kata-kata
Menurut Piaget maka stadium sensori motorik akan terlihat pada anak reaksi-reaksi sirkuler yang primer, sekunder dan tercier. Suatu hal yang penting yaitu bahwa Buhler menandaskan bahwa semantik selalu tertanam dalam sistem sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My New Style

My New Style

My Family

My Family
Miyya Kak Cintha and Family

Prambanan In Action

Prambanan In Action

Kakak Miya

Kakak Miya

PKN STAIMUS 2013

PKN STAIMUS 2013
Mahasiswa PKN dan Peserta Lomba TPQ

PKN 2013 STAIMUS

PKN 2013 STAIMUS


Entri Populer