20 Oktober 2011

Filsafat Pendidikan Islam


TUGAS
PLOBLEM PENDIDIKAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Muh. Hasyim Ch, MBA.



Disusun Oleh :

Nama          : SRI SUDARSINI
NIM            : 02.7313
Jurusan       : PAI
Semester     : V (Lima)



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
2011


KATA PENGANTAR


Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang serta puji dan syukur kepada-Nya yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Tidak lupa sholawat serta salam saya ucapkan kepada nabi besar Muhammmad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini mendatang baik dari pembaca maupun dosen pengampu.
Semoga tugas ini dapat memenuhi syarat kelulusan (syarat lulus semester V), semoga kita semua mendapatkan faedah dan diterangi hati dalam setiap menuntut ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat, terima kasih atas perhatian pembaca sekalian yang budiman.




Karanganyar,      Nopember 2011



SRI SUDARSINI
NIM : 02.7313

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah yang utama dan terutama di dalam kehidupan era masa sekarang ini. Sejauh kita memandang maka harus sejauh itulah kita harus memperlengkapi diri kita dengan berbagai pendidikan. Kita jangan salah memahami bahwa pendidikan diperoleh dengan cara menempuh jalur formal saja, dengan cara datang, duduk, mendengar dan selanjutnya hingga akan memperoleh penghargaan dari test yang sudah dilewati. Umumnya yang kerap kita dengar yaitu:
LONG LIFE EDUCATION
Pendidikan dapat diperoleh dengan berbagai cara terlebih lagi semakin mendukungnya perkembangan alat-alat elektronika sekarang ini. Dengan mudah kita beroleh informasi tentang perkembangan zaman baik dari belahan bumi barat terlebih lagi dari negara tetangga.
Ilmu pengetahuan, keterampilan, pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecekatan seseorang berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik diharapkan mampu mengubah keluarganya, kelak mengubah daerahnya dan kemudian mengubah negaranya serta mengubah dunia dimana dia hidup. Seperti puisi seorang suster yang sangat mengharapkan terciptanya kedamaian di muka bumi ini. Seseorang memiliki eksistensi tentang arti penting dirinya dan kehidupan yang diberikan Tuhan bagi dia dan sangat disayangkan jika itu berbuah dalam kesiasiaan.
Jika kita melirik sebentar ke negara-negara di Barat, mereka memberi perhatian penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan keterampilan sebab hal itu bagi mereka merupakan asset, modal utama untuk boleh andil bersaing dengan yang lain.
Misalnya saja, negara USA dengan penemuan-penemuan baru di bidang IPTEK, yang dapat dijadikan sebagai "nilai jual" ke negara lain tanpa menghilangkan keoriginalan penemuan awal yang mereka lakukan. Mereka tidak segan-segan harus mengeluarkan berjuta dolar untuk merealisasikan penemuan mereka.
Kita sebagai warga negara Indonesia tidak menuntut seperti itu di negara kita sebab melihat kondisi pendidikan masih jauh perlu pembenahan di berbagai bidang pendidikan. Sekalipun demikian realitanya, bukan berarti kita hanya berpangku tangan saja dan menonton berharap dari negara lain yang akhirnya di era free trade ini kita tidak lagi mampu maju untuk memberdayakan diri agar layak bersaing dan layak jual. Kita boleh bermimpi tapi hati-hati jangan menjadi pemimpi.
Secara ruang lingkup yang sempit di kawasan Negara kita sendiri masih ada yang tertinggal, tidak mampu baca dan tulis. Hal ini merupakan suatu kekhawatiran yang sangat sulit untuk diberantas jika kita masih berkutat pada pemahaman yang primitif atau sedikit lebih maju namun sekedar tekhnis saja.
Memandang keluar dan melihat keterbukaan dalam dunia globalisasi, menjadikan peranan pendidikan sangat vital untuk jadi penentu sebab dunia pendidikan mampu memotivasi terciptanya tekhnologi yang bisa diadaptasi, diimitasi bahkan disebarkan dengan cara yang cepat dan mudah. Yang kemudian hal tersebut dapat mendukung laju perkembangan suatu Negara.
Saat ini kita ditantang untuk belajar dan belajar sebab semakin kita tahu justru semakin banyak yang kita tidak tahu. Perkembangan bukan hitungan hari tetapi sudah bertolak ukur dengan hitungan detik. Dari waktu detik ke detik berikutnya sudah menghasilkan berbagai daya kreasi penemuan-penemuan di berbagai bidang. Mengingat hal itu, maka mari kita memanfaatkan kesempatan yang tersedia, bukan kesempatan yang memanfaatkan kita. Sebab saat ini telah dinyatakan dalam prakteknya bahwa manusia adalah subyeknya dan kualitasnya adalah kunci, bukan soal kuantitas lagi.
Kata bijak dari seorang berkebangsaan China yang menyatakan: Give a man a fish
And you will feed him for a meal
But Teach a man how to fish
And you will feed him for life
Kata bijak yang sangat menggugah kita yang mempunyai arti "berikan pada seseorang seekor ikan maka kamu memberi dia hanya sekali makan tapi ajarilah seseorang untuk memancing maka kamu telah memberi dia makan seumur hidupnya." Suatu ungkapan yang boleh diberi acungan jempol. Dalam ungkapan itu tersimpan makna yang ingin disampaikan adalah manusiakan manusia agar ia menjadi manusia, berdayakan, didik, latih, beri keterampilan agar kelak dia yang memberdayakan dan bertanggungjawab pada dirinya, kehidupannya serta masa depannya.
Kaum muda adalah pemegang kunci di setiap daerah, pemuda adalah penerus bangsa. Adalah realita yang harus kita akui bahwa pemuda-pemuda bangsa kita, sebelum maju bersaing sudah hampir kalah bersaing, tetapi tidak ada kata terlambat, sekarang juga mari semua kita perlengkapi anak-anak, diri kita untuk menjadi manusia-manusia kunci sebagai langkah menuju manusia yang siap pakai dan mempunyai daya kreatif tinggi serta bernilai jual yang layak di dunia Internasional. Tidak mudah tapi kita mampu. Mari kita buktikan kepada dunia bahwa kita sebagai anak bangsa sanggup berkreasi di kancah dunia.
                                      




MAKNA DAN HAKEKAT PENDIDIKAN


1.      Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia? Apakah sejatinya manusia itu? Bagaimana hubungan antara manusia dengan pendidikan dalam kehidupan kita ini?
Jawab :
            Bila dilihat dari segi kemampuan dasar Pedagogis, manusia dipandang sebagai Homo edukandum, makhluk yang harus didik, atau bisa disebut animal educabil, makhluk sebangsa binatang yang bisa dididik. Manusia itu sendiri tidak tidak bisa terlepas dari potensi psikologis yang dimilikinya secara individual berbeda dalam abilitas dan kapasitasnya dari kemampuan individual. Dengan kata lain, proses pendidikan bagi manusia adalah usaha yang sistematis dan berencana untuk menyeleksi kemampuan belajar manusia agar dapat berkembang pada titik optimal kemampuannya, yaitu kemampuan mengembangan potensi kapabilitasnya semaksimal mungkin, melalui proses belajar-mengajar.
-          Karena Long Life Education, sesuai hadits :
            اطْلُبُوْا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
“Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.”
Dengan kata lain pendidikan merupakan hal yang penting yang ada pada diri manusia.
-          Manusia sebagai homo religious (beragama)
-          Manusia sebagai homo economicus (untung-rugi)
-          Manusia sebagai zoon politicon
-          Manusia sebagai homo faber
-          Manusia sebagai homo sapiens
-          Manusia sebagai homo rational
-          Manusia sebagai homo laquen
a.       Hubungan manusia dengan pendidikan
-          Karena manusia itu tidak bisa lepas dari pendidikan
-          Antara manusia dengan pendidikan itu tidak bias dipisahkan, saling berkaitan satu dengan yang lain.
-          Manusia itu tumbuh dengan pendidikan
-          Karena manusia itu terus berkembang


2.      Mana yang menentukan, faktor hereditas ataukah factor lingkungan?
Jawab :
-          Kedua-duanya saling menentukan, antara faktor hereditas dan faktor lingkungan saling mempengaruhi atau tidak bisa berdiri sendiri.

3.      Tujuan  pendidikan itu untuk individu, ataukah untuk kependingan masyarakat? Untuk kepentingan duniawi atau ukhrowi atau untuk kedua-duanya?
Jawab :
-          Tujuan pendidikan itu untuk individu dan untuk masyarakat, karena manusia pada akhirnya akan kembali kemasyarakat.  
-          Secara individu manusia membutuhkan pendidikan untuk berkembang.
Ketaatan kepada kekuasaan Allah yang mutlak itu mengandung makna menyerahkan diri secara total kepada-Nya. Penyerahan diri secara total kepada Allah Yang Maha Esa menjadikan manusia menghambakan diri hanya kepada-Nya semata. Bila manusia telah bersikap menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah (Khlaiknya) berarti telah berada di dalam dimensi kehidupan yang menyejahterakan di dunia dan membahagiakan di akhirat. Inilah tujuan pendidikan islam yang optimal sesuai do’a kita sehari-hari yang selalu kita panjatkan kepada Allah setiap waktu :
ربنا اتنا فى الدنيا  حسنة  وفى الاخرة  حسنة وقنا عذا النا ر

            Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai-nilai ideal islami dapat dikategorikan ke dalam tiga macam sebagai berikut :
1.      Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia. Dimensi nilai kehidupan ini mendorong kegiatan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia ini agar menjadi bekal/sarana bagi kehidupan di akhirat.
2.      Dimensi yang mengandung nilai tang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan. Dimensi ini menurut manusia untuk tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki, namun kemelaratan atau kemiskinan dunia harus diberantas, sebab kemelaratan duniawi bisa menjadi ancaman yang menjerumuskan manusia kepada kekufuran.
3.      Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan (mengintegrasikan) antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi. Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan hidup ini menjadi gejolak kehidupan yang menggoda ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomis maupun ideologis dalam hidup pribadi manusia.
Di sinilah kita dapat melihat bahwa dimensi nilai-nilai islami yang menekankan keseimbangan dan keselarasan hidup duniawi-ukhrawi menjadi landasan ideal yang hendak dikembangkan atau dibudayakan dalam pribadi manusia melalui pendidikan sebagai alat pembudaya.

4.      Siapakah hakekatnya yang bertanggung jawab terhadap pendidikan itu? Keluarga, pemerintah, agama, ataukah individu?
Jawab:
-          Semuanya bertanggung jawab terhadap pendidikan.
-          Pendidikan itu dimulai dari lingkungan keluarga, pemerintah berkewajiban sebagai fasilitator keberlangsungan pendidikan, merumuskan dan menentukan tujuan pendidikan.
-          Agama mendidik manusia (umatnya) untuk mempunyai akhlak yang baik.
-          Individu berkewajiban untuk belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My New Style

My New Style

My Family

My Family
Miyya Kak Cintha and Family

Prambanan In Action

Prambanan In Action

Kakak Miya

Kakak Miya

PKN STAIMUS 2013

PKN STAIMUS 2013
Mahasiswa PKN dan Peserta Lomba TPQ

PKN 2013 STAIMUS

PKN 2013 STAIMUS


Entri Populer