BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri dunia bisnis dalam
era global ini dihadapkan pada proses perubahan yang begitu cepat dan rumit.
untuk itu kebutuhan akan perubahan yang dinamis dalam berbagai hal seperti
visi, misi, tujuan dan sistem berpikir menjadi hal pokok yang harus dimiliki
perusahaan. dalam konteks organisasi belajar, setiap individu organisasi bisnis
harus memiliki komitmen dan kapasitas untuk belajar pada setiap tingkat apapun
dalam perusahaannya. dengan kata lain setiap pekerjaan harus mengandung unsur
pembelajaran yang semakin aktif.
Sebagai manager, dia bersama karyawan
seharusnya terdorong untuk selalu melakukan kajian dengan menghasilkan
gagasan-gagasan baru dan mengkontribusikannya pada perusahaan. sikap manager
yang mungkin selama ini begitu toleran terhadap setiap kesalahan karyawan manager
patut diubah. manager harus mengambil posisi untuk mencegah terjadinya resiko
besar dari suatu kesalahan kerja. memang suatu ke berhasilan biasanya
didasarkan pada kegagalan yang pernah dialaminya. namun manager harus
mengevaluasi setiap kegagalan dan melakukan evaluasi diri.
Fungsi manager adalah lebih sebagai peneliti
dan sekaligus perancang ketimbang hanya sebagai penyelia. dalam hal ini manager
harus mendorong para karyawan untuk menciptakan gagasan baru, sekecil apapun,
dan mengkomunikasikan gagasan-gagasan tersebut ke karyawan lain. selain itu
hendaknya manager mendorong karyawan untuk mengerti keseluruhan pekerjaan dan
permasalahannya, membangun visi kolektif dan bekerja bersama mencapai tujuan
perusahaan.
Kecendrungan manager dan pemimpin agar dapat mengemukanya isu kepemimpinan dipicu oleh dunia perusahaan yang sebagian besar tidak lagi menggunakan prinsip manajemen memerintah dan mengontrol. mereka sadar bahwa bila manager “tradisional” memerintah seseorang untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, maka seorang pemimpin adalah orang yang membuat orang lain melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dan bahkan lebih dengan sedikit petunjuk dan tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
Kecendrungan manager dan pemimpin agar dapat mengemukanya isu kepemimpinan dipicu oleh dunia perusahaan yang sebagian besar tidak lagi menggunakan prinsip manajemen memerintah dan mengontrol. mereka sadar bahwa bila manager “tradisional” memerintah seseorang untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, maka seorang pemimpin adalah orang yang membuat orang lain melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dan bahkan lebih dengan sedikit petunjuk dan tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
Manajemen dan kepemimpinan sangat berbeda,
tapi berkaitan. tugas manager lebih spesifik daripada seorang pemimpin.
kecakapan manajemen, seperti perencanaan dan pendelegasian, lebih konkret jika
dibandingkan dengan kecakapan kepemimpinan yang lebih abstrak. seorang pemimpin
lebih mengandalkan pengaruh, inspirasi (ilham), dan kerja sama daripada
petunjuk, kebijaksanaan dan prosedur. kendati demikian, kedua kecakapan
tersebut saling melengkapi.
Kecakapan manajemen dan kepemimpinan
sama-sama diperlukan untuk mendorong efektivitas manager dan karyawan.
misalnya, penetapan tujuan (kecakapan manajemen) berkaitan dengan kecakapan
berbagi visi (kepemimpinan). jika seorang pemimpin bisa berbagi visi yang
menggiurkan tentang apa yang dapat dicapai organisasi dan bisa menetapkan
tujuan dan menjabarkan tugas-tugas yang bisa menggerakkan semua orang ke arah
visi itu, maka semua orang akan berprestasi lebih baik. tidak setiap pemimpin
adalah manager yang baik, begitu juga tidak setiap manager adalah pemimpin yang
baik. akan tetapi eksekutif terbaik menguasai kedua kecakapan manajemen dan
kepemimpinan.
“Manajemen adalah sebagian dari seni dan
ilmu untuk mendapatkan sesuatu dengan bantuan orang lain melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Apa itu seni?seni adalah sesuatu diluar bidang keilmuan, yang
dimiliki oleh masing-masing individu. seni itu abstrak, seperti dalam manajemen
setiap orang yang menjadi manager harus juga menjadi seniman, apa itu seniman
manajemen?seniman dalam manajemen adalah orang yang mampu membawa dirinya
selaras dengan tugas dan tanggung jawabnya, dan dalam berhadapan dengan orang
lain dia dapat bersikap yang sesuai sehingga orang-orang disekitarnya dapat
nyaman dan termotivasi jika berada didekatnya. bagaimana mempelajarinya?seni manajemen
dipelajari melalui kehidupan sehari-hari, bagaimana kita mengambil setiap
manfaat yang terkandung dalam suatu peristiwa dalam hidup, sehingga kita tahu
bagaimana harus memecahkan persoalan tidak hanya dengan cara teknis tapi juga
dengan perasaan.feeling. jadi manager harus punya feeling yang kuat, karena
ilmu sendiri sangat rentan dengan perubahan lingkungan. manager juga seorang
ilmuwan, dia harus paham masalah-masalah teknis dalam perusahaan. bagaimana
akuntansi perusahaan berjalan, bagaimana keadaan keuangan perusahaan, bagaimana
menyusun strategi perusahaan, tentu semua itu juga membutuhkan ilmu. seni dan
ilmu tak bisa di pisahkan dalam kehidupan seorang manager. manager yang sukses
pastilah juga seorang seniman dan juga ilmuwan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian dari manager
1. Pengertian dari manager
2. Seperti apa peran, sikap dan prilaku
manager khususnya perilaku manager dalam pengambilan keputusan
C. Tujuan penulisan
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang pengertian dari manager
1. Menjelaskan tentang pengertian dari manager
2. Mendeskripsikan prilaku manager dalam
pengambilan keputusan
D. Manfaat penulisan
Berdasarkan tujuan dari penulisan makalah
ini, manfaat penulisannya adalah sebagai berikut, diantaranya :
1. Mengetahui tentang pengertian dari manager
1. Mengetahui tentang pengertian dari manager
2. Mengetahui dan mempunyai gambaran tentang
peran, sikap dan prilaku manager khususnya perilaku manager dalam pengambilan keputusan
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANAGER
Manager adalah seseorang yang bekerja
melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna
mencapai sasaran organisasi, seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan
keterampilannya diakui oleh organisasi utk memimpin, mengatur, mengelola,
mengendalikan dan mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai
tujuan.
Manager terbagi menjadi dua bagian yaitu
manager fungsional (functional manager) dan manager umum (general manager )
1.
Manager fungsional / Functional Manager
Manager fungsional adalah manager yang memiliki tanggung jawab pada satu
bagian fungsional perusahaan atau organisasi saja dan tidak ikut campur
pekerjaan fungsional pada bagian lain. contohnya adalah seperti manager
keuangan, manager pemasaran, manager akuntansi, manager operasional, manager
hrd, dan banyak lagi contoh lainnya.
2.
Manager umum / General Manager
Manager umum adalah manager yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian /
fungsional pada suatu perusahaan atau organisasi. manager umum memimpin
beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa atau seluruh
manager fungsional. pada perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup
diperlukan satu orang manager umum, sedangkan pada perusahaan atau organisasi
yang berkaliber besar biasanya memiliki beberapa orang manager umum yang
bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-beda
B. TINGKATAN MANAGER
pada
organisasi berstruktur tradisional, manager sering dikelompokan menjadi manager
puncak, manager tingkat menengah, dan manager lini pertama
1.
Manejemen lini pertama (first-line management) dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen
tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan
non-managerial yang terlibat dalam proses produksi. mereka sering disebut
penyelia (supervisor), manager shift, manager area, manager kantor, manager
departemen, atau mandor (foreman).
2.
Manajemen tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada di antara manager lini pertama dan
manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. jabatan yang
termasuk manager menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manager
pabrik, atau manager divisi.
3. Manajemen
puncak (top management) dikenal
pula dengan istilah executive officer, bertugas merencanakan kegiatan dan
strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. contoh top
manajemen adalah ceo (chief executive officer), cio (chief information
officer), dan cfo (chief financial officer). meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. misalnya pada organisasi
yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim
karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya
sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
C.
PERAN MANAGER
Henry mintzberg, seorang ahli riset ilmu
manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manager di
tempat kerjanya. ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga
kelompok yang pertama adalah peran antar pribadi, yaitu melibatkan orang dan
kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. peran ini meliputi peran
sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung. yang kedua adalah
peran informasional, meliputi peran manager sebagai pemantau dan penyebar
informasi, serta peran sebagai juru bicara. yang ketiga adalah peran
pengambilan keputusan, meliputi peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah
masalah, pembagi sumber daya, dan perunding. mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang
dilakukan oleh manager adalah berinteraksi dengan orang lain.
D. KETERAMPILAN MANAGER
D. KETERAMPILAN MANAGER
Robert l. katz pada tahun 1970-an
mengemukakan bahwa setiap manager membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar.
ketiga keterampilan tersebut adalah:
1.
Keterampilan Konseptual (Conceptional Skill)
Manager tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk
membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. gagasan atau ide
serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana
kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. proses penjabaran ide
menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses
perencanaan atau planning. oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga
meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2.
Keterampilan Berhubungan dengan Orang Lain (Humanity Skill)
Selain kemampuan konsepsional, manager juga perlu dilengkapi dengan
keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain,
yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. komunikasi yang persuasif harus
selalu diciptakan oleh manager terhadap bawahan yang dipimpinnya. dengan
komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan
merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan.
keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas,
menengah, maupun bawah.
3.
Keterampilan Teknis (Technical Skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manager pada tingkat
yang lebih rendah. keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk
menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer,
memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, ricky w. griffin menambahkan dua
keterampilan dasar yang perlu dimiliki manager, yaitu:
1.
Keterampilan manajemen waktu.
Merupakan keterampilan
yang merujuk pada kemampuan seorang manager untuk menggunakan waktu yang
dimilikinya secara bijaksana. griffin mengajukan contoh kasus lew frankfort
dari coach. pada tahun 2004, sebagai manager, frankfort digaji $2.000.000 per
tahun. jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu
cuti 2 minggu, maka gaji frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar
$13 per menit. dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan
sangat merugikan perusahaan. kebanyakan manager, tentu saja, memiliki gaji yang
jauh lebih kecil dari frankfort. namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap
merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan
mengurangi produktivitas perusahaan.
2.
Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk
mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya.
kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manager,
terutama bagi kelompok manager atas (top manager). griffin mengajukan tiga
langkah dalam pembuatan keputusan. pertama, seorang manager harus
mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk
menyelesaikannya. kedua, manager harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada
dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. dan terakhir, manager
harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan
mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
E.
ETIKA MANAGER
Ricky w. griffin dalam bukunya yang berjudul
business mengklasifikasikan etika managerial ke dalam tiga kategori:
1.
Perilaku terhadap karyawan
Kategori ini meliputi aspek perekrutan, pemecatan, kondisi upah dan kerja,
serta ruang pribadi dan penghormatan. pedoman etis dan hukum mengemukakan bahwa
keputusan perekrutan dan pemecatan harus didasarkan hanya pada kemampuan untuk
melakukan pekerjaan. perilaku yang secara umum dianggap tidak etis dalam
kategori ini misalnya mengurangi upah pekerja karena tahu pekerja itu tidak
bisa mengeluh lantaran takut kehilangan pekerjaannya.
2.
Perilaku terhadap organisasi
Permasalahan etika juga terjadi dalam hubungan pekerja dengan
organisasinya. masalah yang terjadi terutama menyangkut tentang kejujuran,
konflik kepentingan, dan kerahasiaan. masalah kejujuran yang sering terjadi di
antaranya menggelembungkan anggaran atau mencuri barang milik perusahaan.
konflik kepentingan terjadi ketika seorang individu melakukan tindakan untuk
menguntungkan diri sendiri, namun merugikan atasannya. misalnya, menerima suap
sementara itu, masalah pelanggaran etika yang berhubungan dengan kerahasiaan di
antaranya menjual atau membocorkan rahasia perusahaan kepada pihak lain.
3.
Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Seorang manager juga harus menjalankan etika ketika berhubungan dengan
agen-agen ekonomi lain seperti pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, distributor,
dan serikat buruh.
F. PERAN MANAGER
Henry mintzberg, seorang ahli riset ilmu
manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manager di
tempat kerjanya. ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
1.
Peran antarpribadi merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban
lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. peran ini meliputi peran sebagai
figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2.
Peran informasional meliputi peran manager sebagai pemantau dan penyebar
informasi, serta peran sebagai juru bicara.
3.
Peran pengambilan keputusan yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran
sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan
perunding.
mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manager adalah berinteraksi dengan orang lain.
mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manager adalah berinteraksi dengan orang lain.
G. TUGAS MANAGER
4.
Dirumuskan secara singkat tugas-tugas seorang manager adalah :
1. Memimpin organisasi
2. Mengatur organisasi
3. Mengendalikan organisasi
4. Mengembangkan organisasi
5. Mengatasi berbagai masalah yg terjadi dlm organisasi
6. Menumbuhkan kepercayaan
7. Meningkatkan rasa tgg jwb.
8. Mengawasi/mengendalikan kegiatan organisasi
9. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan
10. Menggali dan mengembangkan potensi sumber daya.
Di Bawah ini dijabarkan berbagai detail tugas-tugas khas seorang manager
pengembangan organisasi, yang biasanya dicantumkan saat pembuatan deskripsi
tugas (job description) yang bersangkutan, tugas-tugas seorang manager yaitu :
1.
Merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi pengembangan
organisasi (mencakup bidang-bidang tertentu yang relevan dengan struktur
organisasi dan lainnya)
2.
Menetapkan dan memelihara sistem yang sesuai untuk mengukur aspek-aspek
penting kinerja organisasi
3.
Memonitor, mengukur dan melaporkan tentang rencana-rencana pengembangan
organisasi dan pencapaiannya di dalam bentuk-bentuk / format dan rentang waktu
yang telah disetujui
4.
Melakukan pengaturan kerja bawahan langsung (yang melakukan direct report
kepadanya)
5.
Mengelola dan mengendalikan pembelanjaan per departemen sesuai
anggaran-anggaran yang sudah disetujui
6.
Bertindak sebagai penghubung (liaison) dengan para manager functional /
manager department yang lain agar memahami semua aspek-aspek penting dalam
pengembangan organisasi, dan untuk memastikan mereka telah mendapatkan
informasi yang tepat dan mencukupi tentang sasaran, tujuan / obyektif dan
pencapaian-pencapaian dari pengembangan organisasi,
7.
Memelihara kesadaran dan pengetahuan tentang teori pengembangan organisasi
yang up to date / sesuai zaman dan metoda-metodanya serta menyediakan
penafsiran yang pantas kepada para direktur, para manager dan staf di dalam
organisasi
8.
Memastikan setiap aktivitas mempunyai benang merah serta terintegrasikan
dengan persyaratan-persyaratan organisasi (organizational requirements) untuk
bidang-bidang manajemen mutu, kesehatan dan keselamatan kerja, syarat-syarat
hukum, kebijakan-kebijakan dan tugas umum kepedulian lingkungan.
Tugas menejer adalah sebagai pemegang tampuk
kepemimpinan dalam suatu perusahaan yang mampu menumbuhkan, memelihara dan
mengembangkan usaha dan iklim yang kondusif di dalam kehidupan
organisasional.,meningkatkan proditivitas kerja karyawan/pegawai dengan
memberikan contoh ataupun sebuah arahan yg baik serta mempunyai gaya yg
produktif seperti :
gaya yang efektif terdiri atas empat jenis, yaitu :
gaya yang efektif terdiri atas empat jenis, yaitu :
1.
Eksekutif. Gaya ini mempunyai perhatian yang banyak terhadap tugas-tugas
pekerjaan dan hubungan kerja. Manager seperti ini berfungsi sebagai motivator
yang baik dan mau menetapkan produktivitas yang tinggi.
2.
Pencinta pengembangan (developer). Pada gaya ini lebih mempunyai perhatian
yang penuh terhadap hubungan kerja, sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas
pekerjaan adalah minim.
3.
Otokratis yang baik. Gaya kepemimpinan ini menekankan perhatian yang
maksimum terhadap pekerjaan (tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja
yang minimum sekali, tetapi tetap berusaha agar menjaga perasaan bawahannya.
Gaya yang tidak efektif adalah sebagai berikut :
-
Pencinta kompromi (compromiser). Gaya kompromi ini menitikberatkan
perhatian kepada tugas dan hubungan kerja berdasarkan situasi yang kompromi.
-
Missionari yaitu manager seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu
tujuan, dalam arti memberikan perhatian yang besar dan maksimum pada
orang-orang dan hubungan kerja tetapi sedikit perhatian terhadap tugas dan
perilaku yang tidak sesuai.
-
Otokrat yaitu pemimpin tipe seperti ini memberikan perhatian yang banyak
terhadap tugas dan sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan perilaku
yang tidak sesuai.
-
Lari dari tugas (deserter) yaitu manager yang memiliki gaya kepemipinan
seperti ini sama sekali tidak memberikan perhatian, baik kepada tugas maupun
hubung kerja.
H. FUNGSI MANAGER
Manager bertugas untuk menjalankan
fungsi-fungsi managerial dalam suatu instansi atau organisasi. fungsi2
managerial :
1.
Fungsi perencanaan (planning) dari suatu kebijakan yang akan diambil
perusahaan serta memprediksikan hasil yang akan didapatkan dari tindakan yang
akan diambil tsb.
2.
Fungsi pengaturan (organizing), yaitu mengatur, membentuk, mendelegasikan
dan menerapkan jalur suatu wewenang/tanggungjawab dan sistem komunikasi, serta
mengoordinir kerja setiap anggota organisasi/instansi.
3.
Fungsi pengawasan (controlling), yaitu mencakup persiapan atau standar
kualitas dan kuantitas hasil kerja, baik dalam bentuk produk ataupun jasa yg
diberikan pada perusahaan dalam rangka memberikan pencapaian tujuan perusahaan.
4.
Fungsi kepemimpinan (leading) yang membuat oranglain melakukan pekerjaan,
mendorong, memotivasi serta menciptakan iklim pekerjaan yang baik.
5.
Fungsi evaluating, yaitu menganalisa hasil dari seluruh kegiatan yang telah
dilakukan melalui analisis SWOT.
BAB III
POKOK PEMBAHASAN
PERILAKU MANAGER DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A.
Sikap dan Perilaku Manager
Berdasarkan sikap dan perilaku para manager
internasional dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
1.
Ethnocentric manager / manager etnosentris ethnocentric manager adalah
manager yang memiliki anggapan atau persepsi bahwa budaya dan perilaku kerja di
negara tempat asalnya jauh lebih baik daripada tempat lain. Contohnya adalah di
mana para manager asing lebih suka memberikan kesempatan jenjang karir pada
pekerja asing saja sehingga menimbulkan diskriminasi.
2.
Polycentric manager / manager polisentris polycentric manager adalah
manager yang menggangap bahwa pekerja asing dan pekerja lokal memiliki
perbedaan yang cukup jauh dan tenaga kerja dalam negeri lebih memiliki daya
saing dan skill di lapangan.
3. Geocentric manager / manager geosentris
geocentric manager memiliki suatu anggapan yang lebih realistik dibanding kedua
jenis manager di atas. Manager geosentris memahami bahwa terdapat kekurangan
dan kelebihan pada budaya yang ada sehingga perlu dibuat adanya penyesuaian
budaya dengan memnggabungkan keduanya untuk membentuk budaya yang baru yang
lebih kuat dan efektif.
B.
Perilaku Manager Terhadap Bawahan
Ada 5 (lima) perilaku manajer terhadap
bawahan yang harus diperhatikan, yaitu :
1.
kalau seorang bawahan tidak tahu apa yang harus dikerjakan, beri dia
penjelasan
2.
kalau seorang bawahan tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya, beri dia
pelatihan
3.
kalau seorang bawahan tidak ingin mengerjakannya, beri dia motivasi
4.
kalau seorang bawahan tahu apa yang harus dikerjakan, berkompetensi dan
memiliki motivasi untuk mengerjakannya, beri dia kesempatan
5.
kalau seorang bawahan sudah mengerjakannya dan memenuhi standar (bahkan melebihi),
beri dia penghargaan
C.
Ciri Perilaku Manager Yang Tidak Kompeten
Tulisan berikut ini hendak menguraikan
sejumlah ciri dari perilaku manager atau atasan yang otoriter dan bermental
menjatuhkan bawahan. atasan semacam ini sungguh tak layak diberi respek.
sebaliknya, mereka mesti segera dieliminasi. sebab jika tidak, ia akan
memberikan dampak yang amat buruk bagi kinerja karyawan secara keseluruhan.
(jika anda ingin mendapatkan slide powerpoint presentasi yang bagus mengenai
management skills, berikut
adalah ciri-ciri manager yang tidak kompeten, dan cenderung beperilaku buruk
atau bahkan sadis kepada para bawahannya.
- Serangan verbal di depan umum bawahannya melukiskan, bagaimana manager mereka cara terus-menerus melakukan teriakan amukan di tempat-tempat umum, dengan maki-makian sebagai senjata utamanya. Kata seorang pekerja: “karena suatu kesalahan kecil, saya disikat habis-habisan di hadapan 10 rekan saya serta sejumlah tamu. Saya dicaci-maki sebagai orang tolol dan tidak kompeten. Saya diancam akan dipecat dan dikutuk habis-habisan.” Kata seorang pekerja lain lagi; “saya dipanggil dalam kantor manager dan dengan pintu terbuka, sehingga semua pembicaraan kami dapat didengar dari luar, saya dimaki-maki sebagai tidak kompeten, seorang goblok.”
- Pemalsuan catatan para pekerja juga memberikan indikasi, bahwa manager-manager sadis tidak merasa segan-segan atau menyesal untuk merobah catatan-catatan dan memanipulasikan kegiatan-kegiatan lampau untuk mengubah lingkungan kerja sesuai kepentingan mereka.
- Serangan verbal di depan umum bawahannya melukiskan, bagaimana manager mereka cara terus-menerus melakukan teriakan amukan di tempat-tempat umum, dengan maki-makian sebagai senjata utamanya. Kata seorang pekerja: “karena suatu kesalahan kecil, saya disikat habis-habisan di hadapan 10 rekan saya serta sejumlah tamu. Saya dicaci-maki sebagai orang tolol dan tidak kompeten. Saya diancam akan dipecat dan dikutuk habis-habisan.” Kata seorang pekerja lain lagi; “saya dipanggil dalam kantor manager dan dengan pintu terbuka, sehingga semua pembicaraan kami dapat didengar dari luar, saya dimaki-maki sebagai tidak kompeten, seorang goblok.”
- Pemalsuan catatan para pekerja juga memberikan indikasi, bahwa manager-manager sadis tidak merasa segan-segan atau menyesal untuk merobah catatan-catatan dan memanipulasikan kegiatan-kegiatan lampau untuk mengubah lingkungan kerja sesuai kepentingan mereka.
Mereka sering menyangkal telah memberi
perintah-perintah langsung kepada bawahan. Dengan demikian menghindari rasa
tanggung jawab terhadap hasil-hasil yang negatif. Sambil memanipulasi
fakta-fakta, peristiwa, mereka mengaku, bahwa merekalah yang berjasa dan bukan
kelompok kerja. Senjata utama mereka adalah sindiran, desas-desus dan
menjelekkan orang lain.
- Tindakan pembalasan para pekerja menekankan, bahwa mereka bersikap hati-hati apabila manager mereka meminta umpan balik. Soalnya respons-respons yang tulus sering disusul dengan tindakan-tindakan pembalasan. Seorang pekerja melaporkan, bahwa ia ikut serta dalam suatu training, dimana manager mereka mendorong para peserta agar secara jujur bersama-sama merasakan masalah dan keprihatinan. Pekerja ini kemudian mengemukakan pandangan-pandangannya, berusaha mengajukan usul-usul yang konkrit yang dapat meningkatkan fungsi kelompok.
- Tindakan pembalasan para pekerja menekankan, bahwa mereka bersikap hati-hati apabila manager mereka meminta umpan balik. Soalnya respons-respons yang tulus sering disusul dengan tindakan-tindakan pembalasan. Seorang pekerja melaporkan, bahwa ia ikut serta dalam suatu training, dimana manager mereka mendorong para peserta agar secara jujur bersama-sama merasakan masalah dan keprihatinan. Pekerja ini kemudian mengemukakan pandangan-pandangannya, berusaha mengajukan usul-usul yang konkrit yang dapat meningkatkan fungsi kelompok.
Dua minggu kemudian, selama penilaian
prestasinya yang ditangani oleh manager tersebut sendiri — meskipun dalam hal seperti
ini, biasanya dilakukan oleh supervisor — pekerja tersebut mengetahui
angka-angka-nya sangat kurang. Ketika ia menanyakan mengapa prestasinya berubah
bila dibandingkan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya, ia
diberitahukan, bahwa tidak ada perubahan; prestasinya selama tahun-tahun itu
sama kurang baiknya.
Sebagai bukti ia diperlihatkan catatan hasil
prestasinya dari dua tahun terakhir. Kata pekerja tersebut: “angka-angka saya
dirubah dan saya mempunyai catatan asli untuk membuktikannya. Tetapi apalah
faedahnya, kalau saya ngotot? Manager saya akan mengarang alasan palsu untuk
memecat saya. Mungkin kata orang, tidak ada hubungan langsung antara
keterbukaan saya selama training dan hasil prestasi saya yang kurang baik,
namun saya yakin kebenaran saya.”
Setelah berada selama beberapa waktu di
bawah pimpinan seorang manager sadis — meskipun waktu itu singkat — seorang
pekerja menyadari, bahwa semua umpan balik kecuali yang bersifat menjilat,
responsnya akan merupakan tindakan balas dendam.
Kata mereka, tindakan balas dendam seperti
itu se-lalu ada, disengaja dan direncanakan terlebih dahulu. - Kritik tajam dan
berlebih-lebihan tema sadisme yang juga selalu muncul adalah mengenai ketajaman
dan bentuk kritik yang disampaikan oleh manager sadis. Para pekerja menyebut
manager seperti itu “tukang ngoceh abadi”. Manager seperti itu secara konsisten
mengadakan kritik, tidak perduli apakah perlu di-ambil tindakan tegas atau tidak
terhadap bawahan. Tujuannya
adalah untuk membeberkan kelemahan dan kesalahan; bukan untuk memperbaikinya.
Kritik sering ditancarkan terhadap soal-soal kecil dan tidak berarti dan
ditujukan ke¬pada
pribadi pekerja dan bukan terhadap pekerjaan. Para pekerja tidak pernah dapat
pengakuan positif. -
Standar-standar yang tidak jelas kemungkinan terjadinya kritik bertubi-tubi
diperkuat oleh ke cenderungan manager sadis untuk tidak mengkomunikasikan
standar-standar. Demikian pula kegemarannya terhadap agenda- agenda dan
motif-motif yang tidak jelas. Semua faktor ini menghalangi para pekerja untuk
cukup mengetahui apa yang dikehendaki oleh manager tersebut, sehingga dapat
merubah sikap mereka demi tercapainya tujuan-tujuan yang ada.
- Penyalahgunaan kekuasaan untuk menundukkan
bawahan menurut para pekerja, manager sadis sama sekali tidak mentolerir
perbedaan faham, pikiran independen serta menuntut kepatuhan dan orang harus
selalu setuju dengan pandangannya. Taktik-taktik yang digunakan adalah mengacau
atau memberhentikan orang; memblokir usaha-usaha untuk pindah ke pekerjaan lain
dan menahan hak hak istimewa yang diberikan secara normal kepada pekerja oleh
perusahaan, menerapkan sanksi-sanksi berat dan memecat seenaknya para pekerja.
- Membuat dan melaksanakan
peraturan-peraturan pendekatan manager sadis terhadap peraturan adalah
menyesuaikannya dengan keadaan yang berlaku. Mereka jalankan policies serta
prosedur-prosedur perusahaan yang sesuai dengan tujuan pribadi mereka. Kalau
terjadi hal yang sebaliknya, manager sadis mengabaikan policy atau prosedur.
Manager sadis terutama mempersingkat jam istirahat atau justru memperpanjang
jam-jam kerja, tanpa memberi uang lembur.
- Mementingkan diri secara berlebih-lebihan
para pekerja menunjukkan, bahwa manager sadis sang atau mementingkan diri;
tanpa memperdulikan dampaknya terhadap karyawan atau proyek. Manager sadis
tidak menunjukkan loyalitas terhadap bawahan dan sulit dipegang kata-katanya.
Sadis-sadis itu menjilat, memberi imbalan kepada kawan-kawan dan melaksanakan
tugas-tugas yang bersifat pribadi (bukan demi kepentingan perusahaan) untuk
segelintir orang terpilih.
- Kelakuan tidak tegas dan irasional para
pekerja mengatakan, bahwa meskipun para manager sadis suka menyinggung masalah
moral, namun tingkah laku mereka tetap sulit diramalkan serta tidak rasional.
Beberapa pekerja juga menjelaskan, bahwa manager-manager mereka memperlihatkan
gaya tingkah-laku dan “mood” yang berbeda-beda; dan yang lembut sampai yang
sangat brutal.
- Mengembangkan hubungan aman dengan
manajemen tingkat lebih tinggi pertanyaan
yang diajukan kepada para pekerja adalah “bagaimana bisa seorang manager sadis
mempertahankan kedudukannya dalam suatu organisasi, jika dampaknya sangat
negatif bagi produktivitas?”
Jawabannya adalah: “dengan bersikap menyenangkan bagi orang-orang yang berada di luar unit kerja. Dan dengan cara mengkambinghitamkan orang-orang tertentu dalam unit, bila terjadi kegagalan serta menghukum orang-orang di depan umum. Para manager sadis mengembangkan hubungan akrab dengan mereka yang memegang kekuasaan lebih tinggi. Dalam satu kasus, manager sadis itu adalah penasehat chief executive officer dari bagian operasional. Dalam kasus-kasus lain, manager sadis adalah teman kelas lama atau partner main golf dari ceo. Manager-manager dalam posisi demikian gampang sekali menjelaskan masalah-masalah seperti menurunnya moral atau produktivitas yang rendah.
Jawabannya adalah: “dengan bersikap menyenangkan bagi orang-orang yang berada di luar unit kerja. Dan dengan cara mengkambinghitamkan orang-orang tertentu dalam unit, bila terjadi kegagalan serta menghukum orang-orang di depan umum. Para manager sadis mengembangkan hubungan akrab dengan mereka yang memegang kekuasaan lebih tinggi. Dalam satu kasus, manager sadis itu adalah penasehat chief executive officer dari bagian operasional. Dalam kasus-kasus lain, manager sadis adalah teman kelas lama atau partner main golf dari ceo. Manager-manager dalam posisi demikian gampang sekali menjelaskan masalah-masalah seperti menurunnya moral atau produktivitas yang rendah.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa uraian di atas kita tahu bahwa pentingnya seorang manajer menguasai apa tugas dan kewajibannya dalam memimpin dan memberikan perilaku yang baik terhadap bawahannya, terutama dalam pengambilan keputusan seorang manager penting sekali untuk bertindak lebih ekstra dan hati-hati agar dapat mengendalikan segala situasi maupun kebijakan serta dampak-dampaknya. Seorang manajer yang professional akan membawa kemajuan dalam suatu perusahaan, sebaliknya jika seorang manager kurang paham apa tugas dan kewajibannya sehingga tidak bisa melakukan pembenahan maka perusahaan akan rugi dan mungkin bisa mengalami kemunduran dan akan berdampak negatif kepada para karyawan/bawahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar