Manajemen
Pendidikan
Drs. H. Mukhtar
Hayuni, M. Hum.
1. Ketrampilan Manager
a. Pengertian Manager
Manager adalah seseorang yang bekerja
melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna
mencapai sasaran organisasi, seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi utk
memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan
mengembangkan
kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
b. Ketrampilan Manager
Robert l. katz pada tahun 1970-an
mengemukakan bahwa setiap manager membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar.
ketiga keterampilan tersebut adalah:
ü
Keterampilan Konseptual
(Conceptional Skill)
Manager tingkat atas (top manager) harus
memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan
organisasi. gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan
menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu.
proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya
disebut sebagai proses perencanaan atau planning. oleh karena itu, keterampilan
konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
ü
Keterampilan
Berhubungan dengan Orang Lain (Humanity Skill)
Selain
kemampuan konsepsional, manager juga perlu dilengkapi dengan keterampilan
berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut
juga keterampilan kemanusiaan. komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manager terhadap bawahan
yang dipimpinnya. dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan
akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka
kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi
diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
ü
Keterampilan Teknis
(Technical Skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan
bekal bagi manager pada tingkat yang lebih rendah. keterampilan teknis ini
merupakan kemampuan untuk
menjalankan suatu pekerjaan tertentu,
misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi
dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas,
ricky w. griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki
manager, yaitu:
1. Keterampilan
manajemen waktu.
Merupakan keterampilan yang merujuk pada
kemampuan seorang manager untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara
bijaksana. griffin mengajukan contoh kasus lew frankfort dari coach. pada tahun
2004, sebagai manager, frankfort digaji $2.000.000 per tahun. jika diasumsikan
bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji
frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. dari sana
dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan
perusahaan. kebanyakan manager, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil
dari frankfort. namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset
berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi
produktivitas perusahaan.
2. Keterampilan
membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan
masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. kemampuan membuat
keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manager, terutama bagi kelompok
manager atas (top manager). griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan
keputusan. pertama, seorang manager harus mendefinisikan masalah dan mencari
berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. kedua, manager
harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif
yang dianggap paling baik. dan terakhir, manager harus mengimplementasikan
alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap
berada di jalur yang benar.
c. Ketrampilan Konsep
Manager
Robert L.Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal
tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1.
Keterampilan
konseptual (conceptional skill), manajer
tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide,
dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan
menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu.
Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu
biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena
itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana
kerja.
2.
Keterampilan
berhubungan dengan orang lain (humanity skill), selain
kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan
dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang
persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang
dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan
akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap
terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas,
menengah, maupun bawah.
3.
Keterampilan
teknis (technical skill), keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer
pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk
menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer,
memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W.Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:
1.
Keterampilan
Manajemen Waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
2.
Keterampilan
Membuat Keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
d. Ketrampilan Manusiawi
Secara umum, terdapat emat keterampilan
manajer pada masing-masing tingkat manajer:
ü
Keterampilan konseptual
Ketrampilan atau kemampuan mental untuk
mengkordinasikan dan mengintegrasikan seluruh
kepentingan dan kegiatan organisasi.
ü
Keterampilan
Kemanusiaan
Kemampuan untuk saling bekerja sana dengan
memahami dan memotivasi orang lain.
ü
Keterampilan
Administrasi
Kemampuan yang ada hubungannya dengan fungsi
manajemen yang dilakukan.
ü
Keterampilan Teknik
Kemampuan untuk menggunakan
peralatan-peralatan, prosedur, dan metode dari suatu bidang tertentu.
2. Kepemimpinan dalam
organisasi sekolah
a) Pengertian kepemimpinan
Para ahli merumuskan definisi kepemimpinan, sebagai berikut:
1. Fiedler [1967], kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara
individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok
orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.
2. John Pfiffner, kepemimpinan adalah kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi
orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang di kehendaki.
3. Davis [1977], mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak
orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat .
4. Ott [1996], kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan
antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap,
kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain.
b) Peranan pemimpinan
Jika demikian, apa yang dimaksud dengan principle-centered
leader models – model pemimpin yang berlandaskan prinsip – saya menganggap
bahwa anda dapat membagi kepemimpinan dalam tiga fungsi atau kegiatan dasar :
pathfinding (pencarian
alur), aligning (penyelarasan dan empowerment (pemberdayaan).
Pathfinding (Pencarian Alur)
Esensi dan kekuatan dari pathfinding (pencarian
alur) diperoleh dalam visi dan misi yang pasti. Pathfinding akan
memiliki arti yang lebih mendalam di masa depan. Pencarian ini membuat budaya
dibekali dan terangsang mengenai suatu tujuan yang lebih bernilai. Tetapi,
berkaitan dengan apa? Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pemegang saham
lain yang terlibat. Untuk itulah, pathfinding mengikat sistem nilai dan visi
anda dengan kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis. Saya
menyebut hal ini sebagai the strategic pathway (jalur strategis).
Aligning (Penyelarasan)
Kegiatan kedua dari seorang pemimpin adalah aligning
(penyelarasan) yang terdiri atas upaya memastikan bahwa struktur, sistem,dan
proses operasional organisasi anda memberi dukungan pada tercapainya misi dan
visi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat.
Mereka tidak merintangi, tidak menyaingi, dan tidak menguasai. Tujuannya hanya
memberi dukungan. Leverage (penyetaraan) terbesar dari prinsip
penyelarasan muncul jika bawahan anda merasa selaras dengan misi, visi, dan
strategi anda. Bila mereka menghayati pemahaman akan kebutuhan, berbagi
keterikatan yang kuat untuk mencapai visi, terpanggil utnuk menciptakan dan
secara kontinu memperbaiki struktur dan sistem yang memenuhi kebutuhan, ini
berarti anda memiliki penyelarasan. Tanpa kondisi manusiawi ini, anda tidak
dapat memperoleh mutu yang berkelas dunia dan apa yang anda capai hanyalah
program-program rapuh. Pada akhirnya, kita harus memahami bahwa program dan
sistem memang sangat penting, akan tetapi tetap oranglah pemrogramnya.
Empowerment (Pemberdayaan)
Kegiatan ketiga seorang pemimpin adalah pemberdayaan.
Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan? Orang memiliki bakat, kecerdikan,
kecerdasan, dan kreativitas luar biasa, tetapi kebanyakan sifat itu masih belum
terungkap. Jika anda secara benar bekerja sama erat menuju visi dan misi
bersama, anda mulai berbagi misi dengan orang-orang itu. Tujuan dan misi
perorangan dipersatukan dengan misi organisasi. Bila tujuan-tujuan itu saling
mengisi, maka terciptalah sinergi yang besar. Suatu semangat digerakkan dalam
diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas laten
untuk mampu mengerjakan apa pun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang
disepakati untuk mencapai nilai, visi dan misi bersama dlam melayani kebutuhan
pelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat. Ini yang disebut pemberdayaan.
c) Tipologi dan teori
kepimpinan
A.
Teori Timbulnya
Kepemimpinan
Di antara berbagai teori yang menjelaskan
sebab-sebab timbulnya kepemimpinan terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu :
1. Teori Keturunan (Heriditary Theory)
2. Teori Kejiwaan (Psychological Theory)
3. Teori Lingkungan (Ecological Theory)
Masing – masing teori dapat dikemukakan
secara singkat :
1. Teori Keturunan Inti daripada teori ini, ialah :
a. Leaders are born not made.
b. Seorang pemimpin menjadi pemimpin
karena bakat – bakat yang dimiliki sejak dalam kandungan.
c. Seorang pemimpin lahir karena memamng
ditakdirkan. Dalam situasi apapun tetap muncul menjadi pemimpin karena
bakat-bakatnya.
2. Teori Kejiwaan.
a. Leaders are made and not born.
b. Merupakan kebalikan atau lawan dari
teori keturunan.
c. Setiap orang bias menjadi pemimpin
melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
a. Timbul sebagai reaksi terhadap teori
genetis dan teori social.
b. Seseorang hanya akan berhasil menjadi
seorang pemimpin, apabila pada waktu ahir telah memiliki bakat, dan bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan
pengalaman.
c. Teori ini memanfaatkan segi-segi
positif teori genetis dan teori social.
d. Teori yang mendekati kebenaran.
B. Teori Kepemimpinan
Berdasarkan Sifat
Di tinjau dari segi sejarah, pemimpin atau
kepemimpinan lahir sejak nenek moyang, sejak terjadinya hubungan kerjasama atau
usaha bersama antara manusia yang satu dengan dengan manusia yang lain untuk
menjapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan lahir bersama
– sama timbulnya peradaban manusia.
• Machiavelli
Ia terkenal tentang nasehatnya mengenai
kebijaksanaan yang harus dimiliki oleh seorang Perdana Mentri, yaitu antara
lain harus mempunyai keahlian dalam :
a.
Upacara – upacara
ritual, kebaktian keagamaan
b.
Peratuaran dan
perundang – undangan
c.
Pemindahan dan
pengangkutan
d.
Pemberian
honorium/pembayaran dan kepangkatan
e.
Upacara – upacara dan
adat kebiasaan.
f.
Pemindahan pegawai
untuk menhindarkan kegagalan
g.
Bertani dan pekerjaan
lainnya.
• Empuh Prapanca dengan bukunya yang
terkenal Negara
Kertagama menyebut 15 sifat yang baik yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu:
a)
Wijana, sikap bijaksana
b)
Mantri wira, sebagai
pembela negara sejati
c)
Wicaksaning naya,
bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan analisa, mengambil keputusan
dengan cepat dan tepat.
d)
Matanggwan, mendapat
kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya.
e)
Satya bakti haprabu,
setia dan bakati kepada atasan (loyalitas).
f)
Wakjana, pandai
berpidato dan berdiplomasi.
g)
Sajjawopasama, tidak
sombong, rendah hati, manusiawi.
h)
Dhirrottsaha, bersifat
rajin sungguh- sungguh kreatif dan penuh inisiatif.
i)
Tan-lalana, bersifat
gembira, periang.
j)
Disyacitra, Jujur
terbuka.
k)
Tancatrisan, tidak
egoistis.
l)
Masihi Samastha
Bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam.
m)
Ginong Pratidina, tekun
menegakkan kebenaran.
n)
Sumantri, sebagai abdi
negara yang baik.
o)
Ansyaken musuh, mampuh
memusnakan setiap lawan.
• Ajaran Hasta Brata.
Hasta Bhrata (delapan pedoman pilihan)
yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi sifat - sifat positif sebagai pedoman
bagi setiap pemimpin adalah :
a)
Sifat matahari (surya)
Yaitu:
ü
Menerangi dunia dan
memberi kehidupan pada semua mahluk.
ü
Menjadi penerang
selurah rakyat.
ü
Jujur dan rajin bekerja
sehingga negara aman dan sentosa.
b)
Sifat bulan (candra)
yaitu:
ü
Memberi penerangan
terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan (kesulitan)
ü
Menerangkan perasaan
dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram untuk menjalankan tugas masing-
masing.
c)
Sifat Bintang (kartika)
yaitu:
ü
Menjadi pusat pandangan
sumber susila dan budaya, dan menjadi suri tauladan
d)
Sifat Awan yaitu :
ü
Dapat menciptakan kewibawaan
ü
Tindakan mendorong agar
rakyat tetap taat.
e)
Sifat Bumi yaitu:
ü Ucapanya
sederhana.
ü Teguh,
dan kokoh pendiriannya.
f)
Sifat Samudera,yaitu:
ü
mempunyai pandangan
yang luas
ü
membuat rakyat seia
sekata.
g)
Sifat Api (Agni) yaitu:
ü
Menghukum siapa saja yang
bersalah tanpa pandang bulu.
h)
Sifat Angin (Bayu)
yaitu :
ü terbuka
dan tidak ragu – ragu terhadap semua masalah.
ü Bersikap
adil terhadap siapa pun.
• The Traits and abilities Theory yang
dikemukakan oleh stogdill dengan menekan pada kwalitas individu dan terdapat
relevansi yang erat antara sifat dan kepemimpinan (capacity, status,
participation, responsibility, achievement).
C.
Teori Kepemimpinan Berdasarkan Tingkah Laku
Dengan memusatkan pada ciri-ciri dan gaya
yang dimiliki oleh setiap pemimpin yang bersangkutan, mereka yakin akan
berhasil dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Sehingga gaya dan ciri-ciri
tersebut akan menimbulkan berbagai tipe.
Ada beberapa tipe kepemimpinan.
a)
Tipe Otoriter
Tipe ini mempunyai sifat-sifat:
a. Semua kebijaksanaan ditentukan oleh
pemimpin
b. Organisasi dianggap milik pribadi pemimpin
c. Segala tugas dan pelaksanaannya
ditentukan oleh pemimpin .
d. Kurang ada partisipasi dari bawahan .
e. Tidak menerima kritik, saran dan
pendapat bawahan .
b)
Tipe Demokratis
a. Semua kebijaksanaan dan keputusan
dilakukan sebagai hasil diskusi dan musyawarah .
b. Kebijaksanaan yang akan dating
ditentukan melalui musyawarah dan diskusi.
c. Anggota kelompok, bebas bekerjasama
dengan anggota yang lain, dan berbagai tugas diserahkan kepada kelompok .
d. Kritik dan pujian bersifat objektif dan
berdasarkan fakta-fakta .
e. Pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan
sebagai anggota biasa .
f. Mengutamakan kerjasama .
c)
Tipe Semuanya
a. Kebebasan diberikan sepenuhnya kepada
kelompok atau perseorangan di dalam pengambilan kebijaksanaan maupun keputusan
.
b. Pemimpin tidak terlibat dalam
musyawarah kerja.
c. Kerjasama antara anggota tanpa campur
tangan pemimpin.
d. Tidak ada kritik, pujian atau usaha
mengatur kegiatan pemimpin.
Di
samping ketiga gaya kepemimpinan diatas Sondang P.Siagian, MPA.,Ph.D.
mengemukakan tipe pemimpin yang lain, ialah:
d)
Tipe Militeristis
a. Lebih sering mempergunakan perintah
terhadap bawahan .
b. Perintah terhadap bawahan sangat
tergantung pada pangkat dan jabatan .
c. Menyenangi hal-hal yang bersifat formal
.
d. Sukar menerima kritik .
e. Menggemari berbagai upacara .
e)
Tipe Paternalistik
a. Bersikap melindungi bawahan .
b. Bawahan dianggap manusia yang belum
dewasa .
c. Jarang ada kesempatan pada bawahan
untuk mengambil inisiatif
d. Bersikap maha tahu .
f)
Tipe Karismatis
a. Mempunyai daya tarik yang besar, oleh
karenanya mempunyai pengikut yang besar .
b. Daya tarik yang besar tersebut
kemungkinan disebabkan adanya kekuatan gaib (supernature) .
Disamping teori yang telah dikemukakan
diatas, ada teori lain yang Dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam artikelnya yang
berjudul “What Kind of Manager”. Ada
tiga pola dasar yang dapat dipakai untuk menentukan watak atau tipe seorang
pemimpin. Ketiga pola dasar tersebut :
1. Berorientasi tugas (task orientation).
2. Berorientasi pada hubungan kerja
(Relationship orientation).
3. Berorientasi pada hasil (effectiveness
orientation).
Berdasarkan sedikit banyaknya orientasi
atau penekanan ketiga hal diatas pada diri seorang pemimpin akan dapat
ditentukan delapan tipe pemimpin masing-masing ialah:
1. Deserter
2. Bureaucrat
3. Missionary
4. Developer
5. Autocrat
6. Benevolent autocrat
7. Compromiser
8. Executive
i) Prilaku pemimpinan yang
evektif
Jadi seorang
pemimpin yang efektif harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan
memlkul tanggung jawab atas aklbat dan resiko yang timbul sebagai konsekwensi
daripada keputusan yang diambilnya Tentunya dalam mengambil keputusan.
Seorang
pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi yang mendalam dalam
proses menyaring satu keputusan yang tepat. Disamping itu, seorang pemimpin
yang efektif adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan mengarahkan segala
tingkah laku dari bawahan sedemikian rupa sehingga segala tingkah laku bawahan
sesuai dengan keinginan pimpinan yang bersangkutan. Untuk itu seorang pemimpin
setidaknya harus memiliki kriteria-kriteria tertentu, misalnya kemampuan bisa
“perceptive” dan objektif.
Dalam
mengarahkan dan memotivasi bawahan agar melakukan pekerjaan dengan sesuai,
seorang pemimpin bisa memilih suatu gaya kepemimpinan apakah gaya autokratis,
gaya partisipatif dan bahkan gaya Free Rein yang sesuai dengan situasi dan
lingkungan para bawahan. Hanya dengan jalan demikian pencapaian tujuan dapat
terlaksana dengan efisien dan efektif.
3. Manajemen berdasarkan
sasaran
a. Kegiatan manajemen
berdasarkan sasaran
1. Menentukan Sasaran yaitu
Proses pengambilan keputusan bersama karyawan didorong untuk mengambil peranan
yang penting dalam menyatakan ide.
2. Menspesifikasikan Rencana
Tindakanya merupakan rencana tindakan yang realitis disetujui oleh manajer dan
bawahnya, dan ditulis dengan teliti untuk penelaahan berkala.
3. Penelahaan Performa
merupakan suatu proses motorisasi oleh manajer secara berkala kepada bawahannya
untuk menelaah kemajuan terhadap sasaran. Penelaahan dilakukan minimal sekali
dalam setahun.
4. Koreksi dan Adaptasi adalah
Tindakan Korektif di ambil setelah penelaahan Performa.
Selain diatas bisa juga berdasarkan :
1. Definisi
2. Unsur-unsur
3. Hipotesa
4. Kondisi Fundamental
5. Premis
6. Asas-asas
7. Pedoman Perumusan Sasaran
b. Langkah – langkah
melaksanakan manajemen berdasarkan sasaran
c. Batas-batas
pelaksanaannya
4. Pengertian dan tujuan
manajemen pendidikan
a. Pengertian manajemen
Menurut G.R. Terry,
manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja,
yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juiga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juiga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan
suatu pekerjaan melalui orang lain.
Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer
mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan
apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan
itu oleh dirinya sendiri.
Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi
sehingga tak ada satu definisi saja yang
dapat diterima secara universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikan menurut
prof dr john dewey
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman
karena kehidupan adalah pertumbuhan. Pendidikan berarti membantu pertumbuhan
batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan
pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan
seseorang.
Pengertian pendidikan menurut
prof h mahmud yunus
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja
dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan
jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada
tujuannya yang paling tinggi, agar si anak hidup bahagia serta seluruh apa yang
dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
Pengertian
pendidikan menurut prof herman h horn
Pendidikan
adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah
berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada tuhan seperti
termanifestasikan dalam alam sekitar intelektual emosional dan kemauan dari
manusia.
Pengertian
pendidikan menurut m.j langeveld
Pendidikan
adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak
dan merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.
Pengertian
pendidikan menurut kamus besar bahasa indonesia 1991
Pendidikan
diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan
dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai
pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
Pengertian
pendidikan menurut wikipedia
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Pengertian
pendidikan secara umum
Dari beberapa
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak
dapat dilihat.
c. Pengertian manajemen
pendidikan
Pengertian Manajemen
Pendidikan
Secara
sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik
yang terkait dengan organisasi pendidikan. Sehingga diharapkan melalui kegiatan
manajemen pendidikan tersebut, tujuan pendidikan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
Berikut ini merupakan defenisi manajemen
pendidikan dari beberapa ahli:
d. Tujuan manajemen
pendidikan
ð
Dari beberapa pendapat
para penulis di atas dapat dikombinasikan, fungsi-fungsi manajemen
adalah sebagai berikut:
a) Planning (Perencanaan)
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai
dengan yang sangat rumit. Misalnya yang
sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian
tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus
dikerjakan?
3. Di manakah tindakan itu harus
dikerjakan?
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan
itu?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan
tindakan itu?
b) Organizing (Pengelompokan)
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja
sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai
sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
c) Directing/Commanding (Komando/Bimbingan)
Directing atau Commanding adalah fungsi
manajemen yang berhubungan dengan usaha
memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing,
agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik
dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
d) Motivating (Motivasi)
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu
fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi,
semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang
diinginkan oleh atasan.
e) Coordinating (Koordinasi)
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu
fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan
agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan
menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat
kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.
f) Controlling (Pengawasan)
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut
pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen
yang
berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
g) Reporting (Laporan)
Reporting adalah salah satu fungsi
manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau
pemberian keterangan mengenai segala hal yang
bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
h) Staffing (Penyusunan)
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada suatu organisasi sejak dari
merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada
organisasi.
i) Forecasting (Prediksi)
Forecasting adalah meramalkan,
memproyeksikan, atau mengadakan taksiran terhadap
berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan.
j) Evaluating (Evaluasi)
Evaluating adalah proses pengawasan dan
pengendalian performa perusahaan untuk
memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk
menemukan masalah yang ada dalam operasional
perusahaan kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.
ð
FUNGSI MANAGER
Manager bertugas untuk menjalankan
fungsi-fungsi managerial dalam suatu instansi atau organisasi. fungsi2
managerial :
1.
Fungsi perencanaan
(planning) dari suatu kebijakan yang akan diambil perusahaan serta
memprediksikan hasil yang akan didapatkan dari tindakan yang akan diambil tsb.
2.
Fungsi pengaturan
(organizing), yaitu mengatur, membentuk, mendelegasikan dan menerapkan jalur
suatu wewenang
/ tanggungjawab dan sistem komunikasi, serta
mengoordinir kerja setiap anggota organisasi/instansi.
3.
Fungsi pengawasan
(controlling), yaitu mencakup persiapan atau standar kualitas dan kuantitas
hasil kerja, baik dalam bentuk produk ataupun jasa yg diberikan pada perusahaan
dalam rangka memberikan pencapaian tujuan perusahaan.
4.
Fungsi kepemimpinan
(leading) yang membuat oranglain / melakukan
pekerjaan, mendorong, memotivasi serta menciptakan iklim pekerjaan yang baik.
5.
Fungsi evaluating,
yaitu menganalisa hasil dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan melalui
analisis SWOT.
5. Pendidikan sebagi
pemasok tenaga kerja terdidik
6. Isu –isu manajemen
pendidikan
7. Ruang lingkup manajemen
pendidikan
Manajemen pendidikan seringkali distilahkan dengan
administrasi sekolah seperti halnya dalam Kurikulum 1984 (Palam Buku Petunjuk
Pengelolaan) disebutkan bahwa administrasi sekolah (maksudnya manajemen
pendidikan) mencakup pengaturan, proses belajar-mengajar, kesiswaan,
personalia, peralatan
pengajaran, gedung dan perlengkapan, keuangan serta humas atau hubungan
dengan masyarakat.
Ruang lingkup manajemen pendidikan itu meliputi segala
hal yang pada dasarnya ditekankan pada pelaksanaan kegiatan usaha pendidikan
supaya berjalan secara teratur dan tertib yang semua itu diorientasikan pada
tujuan pendidikan. Karena itu butir-butir yang menjadi cakupan atau yang
termasuk ke dalam skopa manajemen pendidikan sesungguhnya amat luas dan banyak.
Adapun secara
umum, ruang lingkup manajemen pendidikan meliputi :
2.2.1
Manajemen Kurikulum
Kurikulum memiliki arti yang sangat
luas, yaitu mencakup komponen yang lengkap terdiri dari rumusan tujuan
pendidikan suatu lembaga sampai dengan penjabaranya dalam bentuk satuan acara
perkuliahan yang akan dilakukan oleh seorang tenaga pengajar sehari-hari.
Pengelolaan kurikulum di sekolah
harus melalui beberapa tahapan, dalam hal ini ada empat tahapan yang harus
dilakukan, seperti :
1. Tahap perencanaan; di mana pada tahap ini kurikulum
perlu dijabarkan sampai menjadi rencana pengajaran.
2. Tahap pengorganisasian dan koordinasi; kepala sekolah
pada tahap ini mengatur pembagian tugas mengajar, penyusunan jadwal pelajaran
dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler.
3. Tahap pelaksanaan; dalam tahap ini tugas utama kepala
sekolah adalah melakukan supervisi dengan tujuan untuk membantu guru menemukan
dan mengatasi kesulitan yang dihadapi.
4. Tahap pengendalian; di mana dalam tahap ini ada dua aspek
yang perlu diperhatikan, yaitu: jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuannya dan
pemanfaatan hasil evaluasi.
Dalam pelaksanaan kurikulum untuk menunjang
keberhasilan sebuah lembaga pendidikan harus ditunjang hal-hal sebagai berikut:
1. Tersedianya tenaga pengajar (guru) yang kompeten;
2. Tersedianya fasilitas fisik atau fasilitas belajar
yang memadai dan menyenangkan;
3. Tersedianya fasilitas bantu untuk proses belajar
mengajar;
4. Adanya tenaga penunjang pendidikan, seperti tenaga
administrasi, pembimbing, pustakawan;
5. Tersedianya dana yang memadai;
6. Manajemen yang efektif dan efisien;
7. Terpeliharanya budaya yang menunjang, seperti
nilai-nilai religius, moral, kebangsaan dan lain-lain;
8. Kepemimpina pendidikan yang visioner, transparan dan
akuntabel
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
kegiatan kurikulum, yaitu:
1. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi
kebutuhan siswa;
2. Mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk
menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin secara efektif dan
efisien dengan memperhatikan sumber yang ada;
3. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur
perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah
2.2.2
Manajemen
Kesiswaan
Siswa sebagai peserta didik
merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan.
Pengelolaan mencakup penerimaan siswa baru, layanan bimbingan dan penyuluhan,
pengelolaan siswa di dalam kelas, pengelolaan organisasi siswa intrasekolah dan
pengelolaan data tentang siswa.
Berkenaan dengan manajemen
kesiswaan, ada beberapa prinsip dasar yang harus mendapat perhatian berikut
ini:
1. siswa harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan
objek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan
dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
2. Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau
dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan
sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga
setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
3. Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar,
jika mereka menyenangi apa yang diajarkan
4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut
ranah kognitif, tetapi ranah efektif dan psikomotorik.
2.2.3
Manajemen Personalia Sekolah
Pada dasarnya yang dimaksud
personalia di sini ialah orang-orang yang melaksanakan sesuatu tugas untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam konteks lembaga pendidikan atau sekolah
dibatasi dengan sebutan pegawai. Oleh sebab itu, personalia di sekolah meliputi
unsur guru (tenaga pengajar) dan unsur karyawan (tenaga administratif). Secara
lebih terperinci dapat disebutkan keseluruhan personalia sekolah, yaitu kepala
sekolah, guru, pegawai tata usaha dan penjaga sekolah.
Dilihat dari prosesnya, manajemen
personalia sekolah mencakup mulai dari pengadaan, pengangkatan, pembinaan,
pengawasan, pemberhentian dan penugasan yang perlu dicermati untuk memperoleh
sistem manajemen personalia yang paling cocok dalam pendidikan.Persoalan
manajemen personalia lainnya menyangkut kriteria, pembentukan, pembinaan,
pengawasan dan pengembangan profesi yang mungkin dalam suatu organisasi
pendidikan terdiri dari berbagai ragam profesi.
2.2.4
Tata Laksana Sekolah
Masalah tata laksana sekolah pada
dasarnya cukup kompleks, namun demikian untuk telaah dapat ditelusuri
pemanfaatannya dari berbagai sisi yaitu :
a)
Segi jenisnya, secara makro seluruh lingkungan fisik dalam suatu satuan
pendidikan yang dirancang untuk memberikan fasilitas dalam proses pendidikan,
sepeti rancangan halaman, tata letak gedung, taman, prasarana jalan, tempat
parkir dan lain-lain. Sementara itu, secara mikro ada tiga komponen sarana
pendidikan yang secara langsung mempengaruhi kualitas hasil pembelajaran, yaitu
buku pelajaran dan perpustakan, peralatan laboratorium beserta bahan praktiknya
dan peralatan pendidikan di dalam kelas.
b)
Segi prosesnya, persoalan tata laksana sekolah berangkat dari desain,
penyusunan naskah, standarisasi spesifikasi, penggandaan atau pengadaan
distribusi,
sampai pada penempatan dalam sekolah yang berkaitan dengan dukungan prasarana
yang diperlukan.
c)
Segi fungsi dan pemanfaatanya, terutama dalam konteks proses pembelajaran,
yaitu alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran. Namun secara garis
besarnya tata laksana sekolah meliputi lima hal, yaitu penentuan kebutuhan,
proses pengadaan, pemakaian, pencatatan atau pengurusan dan pertanggungjawaban.
2.2.5
Manajemen Keuangan
Paling tidak ada tiga persoalan
pokok dalam manajemen keuangan, yaitu financing, menyangkut dari mana sumber
pembiayaan diperoleh, budgeting, bagaimana dana pendidikan dialokasikan dan
accountability, bagaiamana anggaran yang diperoleh digunakan dan
dipertanggungjawabkan.
Sumber anggaran pendidikan menjadi
semakin kompleks, sistem pengalokasiannya juga melalui berbagai jalur sehingga
pengelolaan penggunannya sampai kepada pertanggungjawabanya menjadi semakin
kompleks. Sistem pengelolaan pembiayaan pendidikan di pusat, provinsi,
kabupaten juga sangat berbeda karena wewenang dan perolehan anggaranya juga
berbeda.
2.2.6
Organisasi Sekolah
Organisasi dapat diartikan sebagai
memberi struktur atau susunan terutama dalam penyusunan atau penempatan
orang-orang dalam suatu kelompok. Faktor lain yang menyebabkan perlunya
organisasi sekolah yang baik ialah karena tugas guru-guru tidak hanya mengajar
saja, juga pegawai-pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah semuanya
harus bertanggunmg jawab dan diikutsertakan dalam menjalankan roda sekolah itu
secara keseluruhan. Dengan demikian agar tidak terjadi overlapping (tabrakan)
dalam memegang atau menjalankan tugasnya masing-masing, diperlukan organisasi
sekolah yang baik dan teratur. Dengan organisasi sekolah yang baik dimaksudkan
agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada semua orang sesuai
dengan kecakapan dan fungsinya masing-masing.
Adapun faktor yang dapat
mempengaruhi perbedan-perbedaan dalam susunan organisasi sekolah, antara lain:
a. Besar kecilnya sekolah
Ada sekolah yang memepunyai banyak murid,
banyak guru dan banyak pula ruangan belajarnya, tetapi ada pula yang sebaliknya.
b. Letak sekolah
Letak sekolah atau lingkungan
sekolah menetukan tokoh-tokoh masyarakat siapakah yang perlu diikutsertkan di
dalam membangun dan membina sekolah itu.
c. Jenis dan tingkatan sekolah
Sekolah kejuruan berbeda dengan
sekolah umum, sekolah dasar tidak sama dengan SLTP/SLTA, dan berbeda pula
dengan perguruan tinggi. Tujuan khusus tiap-tiap sekolah yang tidak sejenis itu
tidak sama.
Untuk memberikan gambaran dan
pengertian yang jelas, perlu dikemukakan suatu susunan organisasi sekolah
sebagai contoh organisasi sekolah yang agak besar (SLTP/SLTA).
SRI SUDARSINI
02.7313
PAI STAIMUS
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar