DASAR-DASAR PENDIDIKAN
Pendidikan adalah upaya mengembangkan
potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa,
maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Yang sudah barang
tentu dalam menjalankan kelanjutan pendidikan tersebut harus ada alat sebagai
pegangan yang salah satunya adalah adanya kurikulum.
Kurikulum merupakan inti dari bidang
pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan.
Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka
penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan
kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang
tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap
kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula
terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini, Nana Syaodih
Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan
kurikulum, yaitu:
(1) filosofis;
(2) psikologis;
(3) sosial-budaya; dan
(4) ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini
akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting
dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan,
kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti: perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat
tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum
yang dikembangkan.
2. Landasan Psikologis.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum yaitu: (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi
belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu
yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya.
Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan
perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu,
serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar
mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek
perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
3. Landasan Sosial-Budaya.
Kurikulum dapat dipandang sebagai
suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan
pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih
lanjut di masyarakat.Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan
pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan
diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala
karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi
pendidikan.Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia
yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui
pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat
masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola
kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting
dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara
berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat
bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan
masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang
sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih
Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal
peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban
masa yang akan datang.Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan
sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional
maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad
pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori
baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus
semakin berkembang, Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya
merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang
akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi
berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan
abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong
merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.Kemajuan cepat
dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah
berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan
cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan
sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar
sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn)
dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang
ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..Perkembangan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi
telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum
seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan
sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.
II. Pembahasan
Lembaga pendidikan pada umumnya
adalah sarana bagi proses pewarisan maupun transformasi pengetahuan dan
nilai-nilai antar generasi. Dari sini dapat terpahami bahwa pendidikan senantiasa
memiliki muatan ideologis tertentu yang antara lain terekam melalui konstruk
filosofis yang mendasarinya.Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat
umum, maka dalam membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat.
Dalam arti, filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat
dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran
manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. Dalam filsafat terdapat
berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme,
pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari
filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat
pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak
aliran filsafat itu sendiri.
Perspektif O’neil (H.A.R. Tilaar)
memandang titik tolak pedagogik dari tindakan pemanusiaan. Sehingga pendidikan
tidak bisa dilepaskan dari filsafat manusia. Jadi, justru perbedaan persepsi
tentang manusia inilah yang kemudian melahirkan berbagai aliran dalam dunia
pendidikan.Di dunia dikenal beberapa aliran utama filsafat pendidikan yang di
antaranya dapat diuraikan berikut ini.
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
1. Perenialisme.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk
mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus
ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut.
perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya.
Perenialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual,
sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat
dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme
terhadap pendidikan:Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham
adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato). Perkembangan budi merupakan titik
pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya
(Aristoteles)Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur
agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas) Beberapa tokoh lain pendukung
gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.Adapun norma
fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta
kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi
serta cinta kerjasama.
Perenialisme merupakan suatu aliran
dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai
suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan
progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio
kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan
tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau
prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan
teruji.Aliran perennialisme meliputi:
a) seni dan sains dengan dimensi
perennial yang bersifat integral dengan sejarah manusia,
b) Pertama yang harus diajarkan
adalah tentang manusia, bukan mesin atau teknik. Sehingga tegas aspek
manusiawinya dalam sains dan nalar dalam setiap tindakan.
c) mengajarkan prinsip-prinsip dan
penalaran ilmiah, bukan fakta,
d) mencari hukum atau ide yang
terbukti bernilai bagi dunia yang kita diami,
e) Fungsi pendidikan adalah untuk
belajar hal-hal tersebut dan mencari kebenaran baru yang mungkin,
f) Orientasi bersifat
philosophically-minded (fokus pada perkembangan personal),
memiliki dua corak, yaitu:
(1) Perennial Religius.
Membimbing individu kepada kebenaran
utama (doktrin, etika dan penyelamatan religius). Memakai metode trial and
error untuk memperoleh pengetahuan proposisional.
(2) Perennial Sekuler.
Promosikan pendekatan literari dalam
belajar serta pemakaian seminar dan diskusi sebagai cara yang tepat untuk
mengkaji hal-hal yang terbaik bagi dunia (Socratic method). Disini, individu
dibimbing untuk membaca materi pengetahuan secara langsung dari buku-buku
sumber yang asli sekaligus teks modern. Pembimbing berfungsi memformulasikan
masalah yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh kelas. Sehingga, dengan
iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kultur ini, individu dapat mengetahui
pendapatnya sendiri sekaligus menghargai perbedaan pemikiran yang ada.
2. Essensialisme.
Esensialisme berpendapat bahwa dunia
ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya
dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang
mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia
berada.
Esensialisme juga didukung oleh
idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya
adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti
spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan
bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya
tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi
kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan
berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang
menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang
berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut.
Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan
tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme,
pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia
besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-
nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
• Esensialisme adalah suatu filsafat
dalam aliran pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu
kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa
pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di
antara kaum muda.Aliran pendidikan esensialisme secara umum menekankan pilihan
kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan
manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.Beberapa
tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan
Isac L. Kandell.
3. Progresivisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada
teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan
temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta
pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan
dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial
yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental,
yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Aliran Pendidikan Progresivisme bukan
merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Aliran pendidikan
progresivisme melihat manusia sebagai;
(a) Pemecah persoalan
(problem-solver) yang baik.
(b) Oposisi bagi setiap upaya
pencarian kebenaran absolut.
(c) Lebih tertarik kepada perilaku
pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup.
(d) Pendidikan dipandang sebagai
suatu proses.
(e) Mencoba menyiapkan orang untuk
mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan yang
memadai.
(f) Mempromosikan pendekatan sinoptik
dengan menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi humanisasi.
(g) Bercorak student-centered.
(h) Pendidik adalah motivator dalam
iklim demoktratis dan menyenangkan.
(i) Bergerak sebagai eksperimentasi
alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.
Beberapa tokoh dalam aliran ini:
George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick
C. Neff
4. Rekonstruksionisme.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi
lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia
masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual
seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang
pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Pendidikan rekonstruksionisme
Merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan
atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme
dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun
masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Fokus dalam aliran pendidikan
Rekonstruksionisme adalah berikut ini.
(a) Promosi pemakaian problem solving
tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian problema sosial yang
signifikan.
(b) Mengkritik pola life-adjustment
(perbaikan tambal-sulam) para Progresivis.
(c) Pendidikan perlu berfikir tentang
tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun
menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu
diciptakan.
(d) Pesimis terhadap pendekatan
akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi
langsung dalam unsur-unsur kehidupan.
(e) Pendidikan berdasar fakta bahwa
belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata
bersama sesamanya.
(f) Learn by doing (Belajar sambil
bertindak).
Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline
Pratt, George Count, Harold Rugg.
Selain keempat aliran pendidikan di
atas, sebenarnya masih ada beberapa aliran yaitu:
1. Idealisme yang memandang bahwa
realitas akhir adalah roh bukan materi maupun fisik. Pengetahuan yang diperoleh
melalui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang
nilai adalah tetap dan tidak berubah.
2. Realisme yang memandang realitas
adalah dualitis yang terdiri dari atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme
membagi realitas menjadi dua bagian yaitu:
a) subyek yang menyadari dan
mengetahui
b) realita diluar manusia yang
dijadikan obyek pengetahuan manusia
3. Materialisme yang berpandangan
bahwa hakekat realisme adalah materi bukan ruhani, spiritual ataupun
supernatural.
4. Pragmatisme yang berpendapat bahwa
manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami.
5. Eksistensialisme yang memfokuskan
pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn
pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari
keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau
realitas
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari uraian yang telah dikemukakan
diatas dapatlah diambil sebuah analisis bahwa:
Aliran Perenialisme adalah sebuah
aliran yang berlatar belakang sebuah pandangan bahwa dunia ini sudah kacau,
maka untuk menyelamatkan dunia perlu mengembalikan nilai filsafat yang
berpegang teguh nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi
pandangan hidup yang kokoh, kuat dan teruji. Namur demikian dalam mengikuti
perkembangan zaman, agak kaku.
Aliran Perenialisme berkembang di
kawasan Eropa yang pada saat itu pendidikan hanya berlaku dikalangan ningrat
yang menanamkan masalah nilai-nilai klasik bukan hal-hal yang praktis. Mak dari
penulis menganggap aliran ini kurang berkeadilan.Aliran Essensialisme adalah
sebuah aliran yang secara umum menekankan pilihan kreatif, subjektifitas
pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap
skema rasional untuk hakekat manusia secara realitas.
IV. Kesimpulan
Setiap orang, pasti menginginkan
hidup bahagia. Salah satu diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya
atau bisa disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat
diwujudkan melalui pendidikan. Dikaitkan dengan penjelasaan diatas, menurut
pendapat saya filsafat pendidikan yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya
kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif yang didukung oleh sebuah
idealisme, rasionalisme (kenyataan). Itu dikarenakan filsafat pendidikan
mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai
seperti yang telah disebutkan diatas.
Masing-masing aliran pendidikan
memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga para pelaku pendidikan harus
mempelajari semua aliran dan mengkolaborasikannya sehingga akan diperoleh suatu
sistem pendidikan atau pola pembelajaran yang baik
V. REFERENSI
Admin, 2006. Mazhab-Mazhab Filsafat
Pendidikan, Situs informasi Indonesia Serba serbi Dunia Pendidikan,
http://edu-articel.com
Hidayanto, D.N, 2000. Diktat Landasan
Pendidikan, Untuk Mahasiswa, Guru dan Praktisi Pendidikan, Forum Komunikasi
Ilmiah FKIP Universitas Mulawarman, SamarindaPasti, Y. Priyono, 2007, Menuju
Pendidikan Demokratis Humanistik,
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/23/Didaktika/1916660.htmGunarto,
H, 2004. Mengusung Pendidikan Humanistik,
http://www.freelists.org/archives/ppi/05-2004/msg00284.htmlO’neil,
F. William, 2001. Ideoligi-Ideologi Pendidikan, Pustaka Pelajar,
YogyakartaTjaya, Thomas Hidya, 2004. Mencari Orientasi Pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar