A. Surat An-Nahl ayat 40
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا ءَاتِيْكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ طَرْفُكَ فَلَمَّ رَأهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلٌوَنِي ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيْمٌ (النحل:
Artinya: Berkatalah seseorang yang memiliki ilmu dari al-Kitab: “Aku akan datang kepadamu dengannya sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala dia melihatnya terletak di hadapannya, dia pun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau kufur. Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
B. Penafsiran
Kata berasal dari kata yaitu gerakan membuka mata atau kelopak mata. Dalam bentuk membukanya guna melihat sesuatu. Sedangkan kata terambil dari kata yang berarti mengembalikan yang berarti tertutup kembalinya kelopak mata yang sebelumnya terbuka.
Untuk penafsiran surat An-Nahl ayat 40, bahwasanya sumber ilmu adalah al-Kitab atau al-Qur’an dan bagi yang menguasainya, maka kedudukannya pun akan mulia dalam ayat tersebut yang dimaksud memindahkan adalah memindahkan istana Ratu Balqis ke kerajaan Nabi Sulaiman dalam waktu sekejap. Orang yang berilmu pun akan dapat menguasai apa yang mereka kehendaki dengan ilmunya meskipun lawannya makhluk berupa jin Ifrit sekalipun dan dalam waktu yang tak terduga akan tetapi karunia berupa ilmu tersebut juga untuk menguji apakah dia bersyukur atas karunia dari Tuhan-Nya dan jika ia bersyukur maka Allah akan menambah ilmu dan karunia-Nya, akan tetapi jika dia tidak bersyukur dan mengira bahwa kelebihan ilmu tersebut berasal dari dirinya dan dari usahanya, akan tetapi Allah jauh lebih dari itu.
Uraian tersebut jelas bahwasannya ilmu itu bersumber dari al-Kitab atau al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah dan ilmu yang diperolah dari Allah tersebut bukanlah hanya sebagai hiasan tubuh dan lidah, akan tetapi untuk diamalkan karena dengan mengamalkannya akan menjadi cahaya penerang menuju kebahagiaan.
Uraian tersebut jelas bahwasannya ilmu itu bersumber dari al-Kitab atau al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah dan ilmu yang diperolah dari Allah tersebut bukanlah hanya sebagai hiasan tubuh dan lidah, akan tetapi untuk diamalkan karena dengan mengamalkannya akan menjadi cahaya penerang menuju kebahagiaan.
C. Hubungan Dengan Ayat Sebelumnya Dan Sesudahnya
Sebuah ayat pasti bersinambungan dengan ayat yang lain baik dengan ayat sebelum, sesudah ataupun ayat yang lainnya. Sedangkan hubungan surat an-Naml ayat 40 dengan ayat sebelumnya an-naml ayat 39 adalah merupakan kelanjutan kisah dari kisan Nabi Sulaiman dengan ratu Balqis dan menjadi jawaban dari tawaran jin ifrit untuk memindahkan istana ratu Balqis dalam waktu sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari singgasananya, akan tetapi muncullah hamba yang mendapat karunia ilmu yang lebih dari Allah yang mampu menandinginya hanya dengan ilmu.
Sedangkan hubungan an-Naml ayat 41 tidak berbeda maksudnya masih merupakan kelanjutan dari kisah tersebut. Akan tetapi disana juga terdapat keterangan bahwasannya semakin orang berilmu maka ia akan semakin merasa tidak dapat melakukan apa-apa (rendah hati) karena mereka berfikir bahwa diatas langit masih ada langit dan yang memiliki kesempurnaan dan pemuliaan hanyalah Allah semata. Mereka tidak ada apa-apanya.
D. Penafsiran Lain
Ibnu Asyur berpendapat bahwa perbincangan antara Jin Ifrit dan orang yang memiliki Ilmu al-Kitab sebagai perlambang bagi kemampuan ilmu dan hikmah untuk melakukan hal-hal yang tak dapat dilakukan oleh kekuatan. Upaya perolehan ilmu adalah cara penggunaan kekuatan yang tidak dapat dilakukan oleh kekuatan itu melalui dukung mendukung antara kekuatan satu dengan kekuatan yang lainnya. Dengan demikian uraian ini merupakan simbol dari kemenangan ilmu atas kekuatan. Dikarenakan tokoh/kedua tokoh tersebut adalah “anak buah” dari Nabi Sulaiman. Maka ini menunjukkan keutamaan Nabi Sulaiman dari Allah SWT sehingga keduanya dapat beliau gunakan.
Dalam hal kedudukan orang-orang yang berilmu, terdapat hadits qudsi yang menjelaskan yaitu (artinya): Nabi Muhammad saw bersabda: Sesungguhnya Allah Yang maha Mulia lagi Maha Agung berfirman: “Barang siapa yang memusuhi wali-Ku (orang yang dekat kepada-Ku) maka sesungguhnya Aku telah nyatakan perang baginya. Tidaklah seorang hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri dengan melakukan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan bila Aku mencintainya, menjadilah Aku telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, matanya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang dengannya ia menghajar, dan kakinya yang dengannya ia berjalan, apabila ia bermohon kepada-Ku maka pasti Ku-kabulkan permohonannya, apabila ia meminta perlindungan-Ku maka pasti ia Ku-lindungi. Tidak pernah Aku mundur maju menyangkut sesuatu yang Ku-kerjakan sebagaimana mundur maju-Ku terhadap jiwa hamba-Ku yang mukmin. Ia tidak senang mati, padahal aku tidak sednang menyakiti (hati)nya”. (HR. al-Bukhari, melalui Abi Hurairah).
Menurut penafsirannya juga bahwa ayat tersebut dengan mengetahui dan mengamalkan ilmu yang didapat dari Allah SWT seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemamuan jauh melebihi kekuatan dan kemampuan yang cerdik dan jenius walaupun dari jenis jin sekalipun. Manusia paling tidak memiliki empat daya pokok yaitu: 1) Daya fisik yang apabila diasah akan menimbulkan keterampilan 2) Daya pikir yang melahirkan teknologi dan ilmu 3) Daya kalbu yang menghasilkan iman serta dampak-dampaknya yang luar biasa, dan 4) Da
Tidak ada komentar:
Posting Komentar